" Dia tidak mencintaimu, dia mencintaiku. Dia tidak ingin menikahi mu, akulah satu-satunya wanita yang ingin dia cintai. Kami saling mencintai, tapi karena beberapa hal kami belum bisa mewujudkan mimpi kami, berhentilah untuk menolak percaya, kami sungguh saling mencintai hingga nafas kami berdua amat sesak saat kami tidak bisa bersama meski kami berada di ruang yang sama. " Begitulah barusan kalimat yang keluar dari bibir indah wanita cantik berusia tiga puluh tahun itu. Tatapan matanya nampak begitu sendu dan ya tega mengatakan apa yang baru saja dia katakan. Rasanya ingin marah Ana mendengarnya, tapi bisa apa dia karena nyatanya memang begitu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25
Ana mencium semakin dalam saat Jordan ingin mengakhiri ciuman itu, mungkin masih terus terlintas wajah dan nama Soraya di pikirannya, tapi Ana yang sudah di atas rata-rata kenekatannya tak akan pernah mau, dan tidak akan Sudi mundur dan mengakui kekalahannya. Biarlah Jordan menganggap dia seperti tak memiliki harga diri, nyatanya Jordan juga tahu benar bahwa Jordan adalah pria pertama yang menyentuhnya dan mendapatkan kesuciannya.
Jordan, pria itu sebenarnya benar-benar sangat dilema saat Ana menciumnya seperti sekarang ini. Soraya, wajah itu membuatnya takut untuk menyentuh Ana karena dia pikir dia tidak akan sanggup menghadapi kemarahan dan kekecewaan dari Soraya.
" Lihat aku, Jordan! Lihat aku dan jangan pikirkan siapapun sekarang ini. " Ucap Ana karena sadar benar Jordan sama sekali tak konsentrasi seperti pasangan berciuman yang ia baca menurut artikel bahwa pasangan berciuman biasanya akan sama-sama memejamkan mata, dan itu tandanya mereka sama-sama menikmati.
Jordan tadinya masih ingin mengelak, tapi begitu kedua telapak tangan Ana menangkup wajahnya, menatapnya dengan begitu lekat, dia seperti tersihir dan terdiam tak bisa lagi memilih untuk mengelak, atau menolak.
" Sekarang aku hanya ada aku, dan juga kau saja, Jordan. Jangan pikirkan yang lain, karena aku yakin orang yang sedang kau pikirkan itu sedang berada di dalam dekapan pria lain. " Ucap Ana ketika bibirnya sudah berada di dekat telinga Jordan. Dia berbisik sengaja menyakitkan hawa hangat dari mulutnya.
" Ayo kita sama-sama mencoba, Jordan. " Ana menjilat telinga Jordan dan itu benar-benar membuat Jordan kesulitan menahan diri. Belum lagi tangan Ana yang bergerak menyusuri tengkuk, dada, mengusapnya dengan lembut, gerakannya juga amat membuatnya tak karuan.
Sebentar Jordan terlena hingga mengikuti Ana membawanya masuk kedalam keindahan. Tapi, begitu tangan Ana menyusup masuk untuk meraih benda bawah Jordan, pria itu kembali tersadar. Tapi apalah daya ketika Ana lebih cepat menyambar bibirnya dengan ganas, memaksa masuk meraih benda bawahnya, lalu memberikan sentuhan memabukan yang tak bisa Jordan jelaskan.
Sudah tidak lagi mengingat apapun, Jordan yang sudah mulai naik ke puncak keinginannya segera membalikkan posisi. Ana kini berada di bawah tubuhnya, dan dengan segera Jordan menyergap menggunakan bibir, dan juga tangannya. Dia juga tak mau kalah dari Ana, pria itu memberikan sentuhan-sentuhan memabukkan yang membuat Ana merasakan indah dari sana. Sungguh, Ana tidak sadar pula jika dia telah terjebak bersama dengan Jordan dari permainan yang dia ciptakan sendiri.
Sebuah ruangan yang tak begitu luas, tepat dimana Jordan dan Ana tinggal untuk istirahat bersama kini telah menjadi saksi bisu bersatunya tubuh mereka berdua setelah pertama kali yang sangat menyakitkan bukan hanya untuk Ana saja, karena Jordan juga merasakan sakit itu hanya saja dia tidak menunjukkannya.
Panas, kulit dari dua tubuh yang menempel kini saling berpacu menghasilkan buliran keringat di sekujur tubuh. Suara lenguhan dari keduanya juga terdengar mengisi kamar mereka. Entah apakah ada orang yang mendengar atau tidak, nyatanya mereka berdua seperti tidak perduli sama sekali. Jordan, pria itu sadar benar jika yang berada di bawah lingkungannya adalah Ana, bukan Soraya, tapi dia tidak bisa berhenti, tubuhnya justru menginginkan untuk terus lanjut hingga akhir.
Jordan memeluk erat tubuh Ana saat dia sampai kepelepasan nikmat tak terungkapkan. Dia juga tahu benar bahwa beberapa saat lalu Ana sudah merasakan itu, jadi setidaknya dia tidak egois dan mementingkan dirinya sendiri.
Setelah tubuhnya merasa lega meski lelah, Jordan yang memang sudah kelelahan seharian bekerja tertidur tak lama setelahnya sementara Ana, dia pergi dulu ke kamar mandi untuk membersihkan diri karena dia tidak nyaman dengan keadaan itu. Sebentar Ana sempat berpikir, jadi seperti itu rasanya ya melakukan hubungan badan? Iya, tidak heran kalau Soraya mampu melakukanya dengan dia pria bergantian. Satu Ayahnya, dan satu lagi suaminya. Hah! Ana mengusap wajahnya, gila! Membayangkan hal itu Ana tiba-tiba merasa jijik dengan tubuhnya sendiri. Bayangkan saja saat Jordan melakukan hubungan itu dengan Soraya yang biasanya akan melakukan itu dengan Ayahnya, lalu dengan Jordan, dan Jordan melakukan itu dengannya. Gila! Ana menatap wajahnya di cermin yang ada di wastafel, dia sejujurnya ingin sekali berteriak seperti orang gila agar dia merasa lega, tapi tidak bisa kan?
Ana menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan beberapa kali, berharap dia bisa sebentar mengatasi perasaannya yang lagi-lagi kacau. Tak mau lagi memikirkan itu, Ana segera kembali mengguyur tubuhnya sampai dia merasa tenang. Barulah setelah beberapa saat setelahnya, Ana keluar dari kamar mandi, sedangkan Jordan masih tertidur di sana.
Sebentar Ana berdiri sembari menatap Jordan yang tertidur pulas. Sungguh sangat terlihat bahwa Jordan kelelahan, tapi mau bagaimana lagi? Ayahnya Jordan sudah memberitahunya bahwa dia sengaja membuat Jordan lebih sibuk di kantor agar Jordan tidak memiliki kesempatan kabur dari kantor untuk menemui Soraya. Sejauh ini semua berjalan lancar, Jordan juga tidak pernah meninggalkan kantor, dan informasi itu di dapatkan dari sekretaris Jordan sendiri.
Sebenarnya Ana merasa bingung sendiri, bagaimana bisa Jordan begitu jatuh cinta kepada Soraya yang jelas adalah istri dari seseorang? Bukankah dengan wajah Jordan dan juga uangnya dia mampu mendapatkan wanita yang lebih dari Soraya?
Sudahlah, dia sudah lelah juga jadi ingin segera istirahat dan bangun besok pagi agar bisa mengawali hari dengan suasana hati yang baru, dan bisa kuat menghadapi kenyataan hidup yang begitu pahit.
Besok paginya.
Jordan mengeryitkan keningnya saat terbangun dari tidurnya. Dia menatap Ana yang tidur memeluknya, kepalanya ia letakkan di dada Jordan dan dengan nyenyak dia masih tertidur di sana. Jordan menggerakkan satu tangannya ingin menyingkirkan rambut yang menutupi sebagian wajah Ana, tapi dia urungkan niatnya itu karena takut kalau Ana bangun, dan dia bingung ingin bicara apa setelah apa yang terjadi semalam dengan mereka.
Ana bergerak menggeliat, dia menatap ke atas lalu tersenyum minat Jordan yang menatapnya tanpa ekspresi.
" Selamat pagi? " Ucap Ana, dia sama sekali tidak terlihat gugup dan bingung harus bagaimana seperti Jordan, tapi cara itu sungguh membuat Jordan menjadi nyaman.
" Selamat pagi juga. " Jawab Jordan.
" Kau ada acara hari ini? " Tanya Ana membenahi posisi tubuhnya agar wajah mereka berdekatan dan saling menatap saat bicara.
" Aku ingin mengunjungi Ibu. " Ucap Jordan, entah lah dia benar-benar merasa gugup saat wajahnya begitu dekat dengan Ana, padahal untuk ukuran orang yang tidak memiliki suka, seharusnya perasaan gugup itu tidak ada kan?
" Aku ikut bersama mu ya? "
Jordan terdiam sebentar.
" Iya. "
Ana tersenyum, dia mulai mendekatkan wajahnya, lalu mencium bibir Jordan.
" Ana, sarapan sudah si- " Soraya mematung kaget melihat apa yang sedang dilakukan Jordan dan Ana.
Bersambung.
..maaf Thor AQ tinggal dulu ya sebenarnya suka tp masih kurang greget