Setelah 11 Tahun Pernikahan

Mia menatap kakaknya dari kejauhan ia tak ingin menganggu kakaknya saat ini, Mia tahu Mila butuh ruang untuk menenangkan dirinya ia pun lebih memilih untuk diam membiarkan kakaknya menangis sendirian di ruangan itu.

Bukan Mia tak ingin menenangkan hati kakaknya saat ini. Namun ia hanya menjaga perasaan Mila agar ia tidak khawatir jika Mia akan berbuat nekat untuk mendatangi kakak iparnya.

"Menangis lah kak tapi ini untuk yang terakhir kalinya kau menangisi pecundang itu setelah hari ini hanya akan ada kebahagiaan yang akan selalu menyertai kita." Gumam Mia lirih sambil mengusap air matanya yang ikut menetes.

Setelah satu jam lamanya Mia menunggu, akhirnya mila pun tertidur pulas karena kelelahan. Dan saat itulah Mia masuk ke ruangan kakak menatap wajah sembab kakaknya.

"Kau adalah keluarga satu-satunya yang ku miliki di dunia ini kak, karena itulah aku tidak suka jika ada seseorang yang menyakitimu karna kebahagiaan mu adalah kebahagiaan ku juga." Ucap Mia lirih lalu ia pun menyelimuti tubuh kakaknya.

Mia duduk di samping Mila memikirkan bagaimana jika suatu hari nanti Mila tahu bahwa ia telah kehilangan bayi yang belum ia ketahui keberadaan nya sama sekali.

"Apakah aku harus menyembunyikan hal ini untuk selamanya demi menjaga perasaan kakak? tapi bagaimana bisa begitu, itu artinya sama saja aku membiarkan bajingan itu bebas begitu saja setelah melakukan dosa yang sudah di buat nya.'' Mia merasa sangat dilema dengan semua yang telah terjadi saat ini. Mia menghela nafas panjang dan mengusap wajahnya dengan kasar.

*

*

Diana tersenyum lega saat melihat surat cerai yang sudah di tanda tangani oleh Mila ia tersenyum penuh kemenangan saat melihat beberapa poin yang tertulis di lembaran lain yang sudah di tanda tangani oleh mila juga.

"Kau memang sangat bodoh Mila" Diana tersenyum penuh kemenangan Melihat beberapa poin yang Diana usulkan pada Hendra juga tertera disana.

Dalam poin itu Hendra menceraikan Mila tanpa mendapatkan apapun dari harta yang Hendra miliki saat ini. Karena belum ada anak di antara mereka dan rumah itu sudah itu kini sudah menjadi hak milik Diana dan juga bayi yang ada dalam kandungan nya sebagai hadiah tujuh bulan kehamilan Diana.

"Satu lalat sudah terhempas tinggal menghempaskan lalat-lalat yang lain. Lihat saja Hendra aku akan membuat mu merasakan seperti yang pernah aku rasaka beberapa tahun yang lalu." Diana pun tersenyum penuh arti.

Diana pun mengelus perutnya yang sudah membesar, lalu Diana melempar surat cerai itu kesembarangan arah kemudian meninggalkan rumah Hendra untuk pergi ke suatu tempat.

*

*

Di sebuah mansion yang megah dengan nuansa Eropa bak kerajaan dalam dongeng. Kenzo sedang bersembunyi dari semua pengawal daddy nya yang kini sedang sibuk mencari nya.

Karena tubuhnya yang mungil membuat semua orang kesulitan untuk menemukan nya dengan cepat. Kenzo menatap coklat yang diberikan oleh Mila padanya tempo hari, ia menyimpan coklat itu dengan sangat hati-hati.

"Mommy" Ucap Kenzo lirih sambil mengelap air matanya. Pertemuan pertama nya dengan seorang wanita muda di taman itu membuat perasaan lain di hati Kenzo, ia merasakan rasanya kasih sayang seorang ibu saat wanita itu mengelus rambut nya dan berkata dengan suara lembut padanya. Itulah yang selalu kenzo rindukan selama ini, Kenzo berharap akan bertemu lagi dengan Mila

"Mommy aku ingin bertemu dengan mu." Kenzo berbisik kepada bungkus coklat yang berada di tangannya saat ini.

Tokk... Tok... Tok..

"Kenzo buka pintunya. Aku tahu kau ada di dalam sana!" Ucap Ravin sambil terus mengetuk pintu itu dari luar.

"Kenzo buka pintunya atau aku akan mendobrak nya sekarang juga!" Ancan Ravindra.

Sedangkan Kenzo yang mendengar suara daddy nya hanya diam. Dan tak melakukan apapun yang di perintahkan oleh daddy nya, Kenzo hanya menatap sekilas pada pintu yang di ketuk dengan keras oleh Ravindra.

"Kenzo jangan membuat batas kesabaranku habis. cepat buka pintunya;" Tegas Ravindra pada putra kecilnya.

Karena lama menunggu dan tidak ada jawaban apapun dari dalam ruangan itu. Ravindra pun memutuskan untuk mendobrak pintu itu dengan sekuat tenaga, lalu ia pun mulai mencari keberadaan putra kecilnya di ruangan itu.

Ravindra menyusuri ruangan itu sampai pandangan matanya melihat putra kecilnya tergeletak di atas lantai dan sedang tertidur pulas di bawah kursi. dengwn cepat Ravindra pun mengangkat tubuh putranya dan membawanya ke kamar milik Kenzo.

Setelah sampai Ravindra pun menidurkan putranya dengan perlahan agar Kenzo Tidak merasa terganggu olehnya, Ravindra juga menyelimuti seluruh tubuh putranya.

Sejenak Ravindra menatap wajah putranya yang sedikit mirip dengan mendiang istrinya yang sangat begitu ravindra cintai. Perjuangan nya untuk melahirkan penerus keluarga Adyaksa membuat sang istri yang sangat begitu ia cintai harus kehilangan nyawanya.

Dan sampai saat ini belum ada siapapun yang bisa menggantikan posisi istrinya di hati Ravin, bahkan ia sendiri yang menutup hatinya untuk wanita lain. Karena bagi Ravin hanya mendiang istrinya lah yang bertahta di dalam hatinya untuk selamanya.

Setelah cukup memandang wajah putranya. Ravindra memilih untuk pergi dari kamar Kenzo, karena semakin lama ia memandang wajah putranya maka ia akan semakin merindukan almarhumah istrinya.

Kenzo membuka matanya saat mendengar suara pintu tertutup dan menyimpan kotak coklat itu di bawah bantalnya. Kemudian ia pun turun dari tempat tidurnya melihat ke arah jendela menatap mobil daddy nya yang keluar dari halaman mansion.

Dengan cepat Kenzo pun berlari keluar dari kamarnya mencari keberadaan sang nenek. "Grandma, grandma" Teriak Kenzo sambil berlari mencari Grandma nya.

"Grandma di sini sayang." Ucap wanita paruh baya sambil menghampiri cucu kesayangan nya.

"Anak tampan kemarilah"

Kenzo pun belari menghampiri Nyonya Renata yang sudah merentangkan kedua tangannya.

"Ahhh.. cucu tampanku kemana saja kau hari ini kami semua sibuk mencari mu, dan tadi daddy mu bilang kau sedang tidur apa kau menipu nya lagi" Tanya nyonya Renata sambil mencolek hidup mancung Kenzo.

Kenzo hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Jadi cucu kesayangan ku mau melakukan apa lagi sekarang?" Tanya nyonya Renata.

"Taman" Ucap Kenzo singkat sambil menarik tangan grandma nya.

"Oke-oke tunggu sebentar sayang"

Namun kenzo terus menarik tangan Nyonya Renata dengan sangat tidak sabaran. Seperti biasa kenzo akan mengajak nyonya renata untuk datang ke taman itu dan menghabiskan waktu hanya untuk menunggu wanita yang di panggil nya sebagai mommy.

Sejauh ini nyonya Renata belum bisa menemukan siapa wanita yang di maksud oleh cucunya, karena Pak Lim belum juga memberikan laporan kepada nya sampai saat ini.

Bersambung