Nikah Dadakan

...~Happy Reading~...

Setelah drama sarapan yang cukup panjang, Calvin segera mengajak Mikha untuk berangkat ke sekolah. Awalnya, mereka akan berangkat bertiga dengan Keynan, lantaran supir Keynan sedang sakit, jadilah Calvin juga akan mengantarkan adik bungsu nya itu.

Tapi, di karenakan ulah Mikha di meja makan tadi, Keynan memilih untuk tidak ikut dalam mobil Calvin dan Mikha.

‘Enggak! Keynan gak mau dapet racun lagi yang buat sesat di mobil kakak ! Mending Calvin naik ojek online daripada di kasih ajaran sesat begitu!’ itulah perkataan Keynan sebelum akhirnya menaiki ojek online ke sekolah yang jaraknya sangat dekat dengan sekolah Mikha.

Mikha pun tidak mengambil pusing, ia nampak acuh dan tidak perduli. Toh juga itu Keputusan Keynan sendiri, bukan dia yang melarang, iya kan? Pikir Mikha.

Selama perjalanan, Mikha sibuk memeriksa ponselnya, sesekali tertawa kecil melihat pesan dari grup teman temannya. Calvin melirik sekilas, lalu mengingatkan, “Jangan lupa kamu sudah hampir lulus, Mikha. Sekarang waktunya fokus.”

Mikha mendengus, “Iya, Kak Calvin. Lama lama bawel kaya Papi, deh.”

Calvin tersenyum tipis, tapi tak bisa menyembunyikan kekhawatirannya. “Demi kebaikan kamu, Mikha,” balasnya sambil menghela napas.

Mikha menatap Calvin dengan senyuman jahil. “Iya deh, Kak Calvin yang ganteng, baik hati, dan tidak pelit. Tenang aja, istri Kakak ini akan lulus dengan nilai terbaik!”

Calvin memutar bola matanya. “Hemm...”

“Tapi...” Mikha menunduk sejenak, lalu melanjutkan dengan nada manja, “Agar lancar belajarnya, boleh dong minta seratus?”

Calvin mengernyitkan dahi. “Uang kamu habis?”

“Hehehe... bukan habis, Kak. Tapi dompet Mikha ketinggalan di rumah.” Katanya sambil memanyunkan bibir, ia baru sadar saat sudah jauh di jalan, dan ia hendak mengambil ponsel di dalam tas, saat itulah ia sadar bahwa dompet nya tidak ada.

“Kok bisa?” tanya Calvin mengerutkan dahi nya.

“Kan Mikha ganti tas, dan dompetnya ada di tas yang satu lagi. Karena tadi buru buru, jadinya lupa mindahin,” jelas Mikha sambil tersenyum cengengesan.

Calvin hanya menggelengkan kepala, lalu membuka dompetnya. Ia menyerahkan beberapa lembar uang ke Mikha.

“Nah, kan! Apa Mikha bilang, Kakak memang suami yang ganteng dan tidak pelit!” Mikha tertawa kecil.

“Udah, sana masuk. Kakak ada meeting pagi ini,” Calvin berusaha terdengar tegas, meskipun terselip senyum di wajahnya.

“Asiap bos! Assalamu'alaikum, cup!” Mikha mencium punggung tangan Calvin lalu berlari masuk ke gerbang sekolah.

Calvin menghela napas lega. Sebagai kakak laki laki yang kini sudah menjadi suami Mikha, ia merasa tanggung jawabnya terhadap Mikha lebih besar dari sekadar kakak biasa. Ia ingin Mikha mendapatkan yang terbaik, meskipun terkadang tingkah laku adiknya membuatnya geleng geleng kepala.

...🍁🍁🍁🍁...

Calvin melajukan mobilnya dengan pikiran yang penuh. Setelah mengantar Mikha ke sekolah, ia memikirkan jadwal meeting yang menantinya di kantor. Namun, sebuah kejadian di pinggir jalan mengubah harinya secara drastis.

Ketika Calvin melewati sebuah jalan yang cukup sepi, ia melihat sepasang pria dan wanita yang tampak bertengkar di pinggir trotoar. Suara mereka terdengar meskipun dari dalam mobil, dan tiba tiba pria itu yang kemudian Calvin kenali sebagai Reza, kakak tirinya menampar wanita itu.

Calvin spontan menekan rem. Jantungnya berdegup cepat. Ia tidak pernah menyangka akan melihat kekerasan seperti ini, apalagi dilakukan oleh seseorang yang ia kenal.

Keluar dari mobil, ia berjalan cepat menghampiri mereka. Reza dan wanita itu, Flora, tampak terkejut melihatnya.

"Ngapain kamu di sini? Pergilah! Jangan ikut campur!" usir Reza, suaranya penuh amarah.

Calvin menatap mereka dengan ekspresi dingin. Reza adalah kakak tirinya, seorang pria yang tidak pernah benar benar dekat dengannya. Dan Flora... wanita yang kini berdiri dengan pipi merah akibat tamparan, adalah mantan kekasih Calvin yang pernah mengisi hidupnya beberapa tahun lalu.

"Sebagai laki laki, jangan pernah main tangan kepada seorang wanita," ujar Calvin tegas, nadanya datar namun mengandung peringatan yang tak terbantahkan.

Flora tampak menunduk, air mata membasahi pipinya. Ia mencoba berbicara, tetapi suaranya tercekik oleh isak tangis.

"Ini bukan urusanmu, Calvin!" Reza kembali membentak, matanya menyala nyala.

Calvin tetap berdiri tegak. "Memang bukan, ini rumah tangga kalian, urusan kalian! Aku hanya ingin mengingatkan, bahwa kamu juga lahir dari Rahim seorang Wanita. Jadi, jangan pernah main tangan kepada Wanita!’’

Reza mencengkeram lengan Flora dengan kasar. "Dia istri ku! Aku berhak atas dia!"

Kata kata itu membuat Calvin terdiam sejenak, tetapi rasa marahnya semakin membesar. Ia tahu hubungan Flora dengan Reza sudah berlangsung sejak lama, tetapi ia tidak pernah menduga Flora akan berada dalam situasi seperti ini. Ia pikir, Reza sangat mencintai Flora sampai membuat wanita itu rela meninggalkan nya.

"Berhak?" Calvin mendekat, tatapannya tajam. "Menjadi suami tidak memberimu hak untuk menyakitinya."

Flora akhirnya memberanikan diri untuk berbicara. "Calvin... tolong... aku hanya ingin pergi," katanya dengan suara pelan namun penuh harapan.

Calvin mengangguk. "Kalau begitu, ayo pergi."

Namun, Reza berdiri di hadapan Calvin, menghalangi jalannya. "Jangan coba coba membawa istri ku pergi!"

Situasi semakin memanas. Reza tampak tidak ingin melepaskan Flora, sementara Calvin tetap tenang namun penuh kewaspadaan.

"Aku tidak akan membiarkan kamu menyakitinya lagi, Reza. Jika kamu masih punya harga diri, lepaskan dia sekarang," ujar Calvin dengan nada penuh peringatan, ‘’Temui dia, saat emosi kalian reda!’’

Reza mendengus. "Jangan sok pahlawan, Calvin. Kamu pikir kamu siapa?"

"Orang yang tahu bagaimana memperlakukan orang lain dengan hormat," balas Calvin dingin.

Flora menarik lengan Calvin, berharap pertengkaran tidak semakin membesar. "Calvin, tolong... jangan buat ini jadi lebih buruk. Aku hanya ingin pergi."

Calvin menatap Flora, melihat ketakutan yang mendalam di matanya. Ia tidak bisa membiarkan wanita itu terus terjebak dalam lingkaran kekerasan ini.

"Dengar, Reza. Kalau kamu menyentuh dia lagi, aku tidak akan tinggal diam. Dan kamu tahu apa yang bisa kulakukan," ujar Calvin dengan nada tegas.

Reza akhirnya melepaskan Flora dengan kasar. "Kamu mengancam ku, demi istri ku ?’’

Reza menatap Calvin dengan tatapan marah, tapi juga tidak menyangka, ‘’Apa kamu masih mencintai nya ?’’

Seketika itu Calvin tersenyum getir, cinta? Apa itu cinta? Calvin merasa cinta di hatinya sudah punah, sudah hilang dan tidak ada lagi perasaan seperti itu sejak Flora meninggalkan nya.

Ia sudah tidak memikirkan cinta lagi, yang ia pikirkan hanya berbuat baik. Terutama pada Mikha, ia tidak sungguh mencintai gadis itu. Perasaan nya masih menunjukkan rasa sayang sebagai kakak. Ia ingin memberikan yang terbaik untuk Mikha, tapi bukan berarti ia mencintainya.

Dan untuk Flora? Calvin sendiri tidak tahu, ia hanya ingin menolong Wanita itu dari korban kekerasan, karena biar bagaimana pun Calvin dan Flora pernah bersama selama beberapa tahun.

Tapi jika di tanya apakah ingin kembali? Jawaban nya tentu tidak, bukan karena sekarang Calvin sudah bersama Mikha, meskipun ia masih sendiri pun, rasanya Calvin juga tidak akan mau kembali kepada Flora. Hanya saja, ia tidak tega melihat wanita itu menangis dan mendapat perlakuan buruk di depan umum.

...~To be continue …....