TAMAT 02 NOVEMBER 2023
Ning Aisha menangis setelah King tak sengaja menciumnya. "Jangan dekati aku lagi!"
"Terus, gimana cara Gue jagain Lo, Cengeng?"
"Nggak perlu, aku bisa jaga diri baik-baik! Kita bukan mahram, jangan deket-deket! Setan pasti suka godain Kita, terutama kamu yang nggak kuat iman! Nggak mau shalat. Pasti jadi temen setan!"
"Lo mau dihalalin sama temen setan ini? Bilang! Besok Daddy sama Mom biar ngelamar Lo buat Gue!"
"Sinting..."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB LIMA
Setelah cukup banyak pertimbangan dalam konfrontasi keluarga. Semua setuju untuk menjodohkan Aisha dengan King.
Semua pihak diuntungkan, terutama Axel yang tidak mau melewatkan kesempatan langka tersebut. Yaitu menemukan jodoh terbaik untuk putranya yang nakal, semoga saja, King benar-benar bisa berubah setelah menikahi Aisha.
Gus Lukman tentu tak keberatan, mengingat yang memperistri Aisha pemuda dari garis keturunan yang sangat kaya raya. Aisha akan memiliki masa depan cerah bersama King.
Sah pun sudah menggema tanpa ada drama gugup atau grogi dari pihak King yang begitu percaya diri, seluruh keluarga Miller dan Rain hadir. Tak terkecuali keluarga inti Abah Zainy dan Gus Lukman.
Meski dadakan, Axel memberikan cukup banyak mahar, seserahan berupa tanah, kendaraan dan perhiasan yang membuat Gus Lukman tenang meski harus melepas putri cantiknya.
Fasilitas pakaian branded dan segala perintilannya pun Aisha dapat di rumah mewah mertuanya. Khaira yang semula Tantenya, kini juga sebagai kakak iparnya.
Mulai malam ini, King dan Aisha berada di kamar yang sama. Tak seperti pengantin baru orang dewasa, King dan Aisha masih tetap melakukan hal layaknya anak SMA.
King asyik bermain game, sedang Aisha terus menangis di ranjang. Sesekali gadis itu mengeraskan tangisannya, King merasa pengang sampai harus mengorek telinga.
Tak ada malu malu kucing, tak ada acara mandi malam, tak ada gombalan, tak ada satupun ritual malam pertama di kamar serba maskulin itu. Semua normal layaknya kegiatan biasa seorang remaja.
"Kau mau jadi mahram kan? Sekarang sudah jadi mahram kan, puas?"
Tangan King memijat stik PlayStation bukan memijat istrinya, matanya terpaku pada layar televisinya bukan dada istrinya.
"Jangan deket-deket, jangan dekat-dekat, kita bukan mahram, kita bukan mahram!" King menirukan ucapan istrinya dengan bibir yang meleyot leyot. "Ribet amat jadi manusia."
"Bukan ribet, King!" Aisha melempar bantal guling pada suaminya dan mengenai kepala yang seketika menunduk. "Aturan Agama kita memang begitu!"
"Bodo amat!" King melirihkan suaranya, dia sedang serius menerima serangan lawannya.
"Kamu tahu... Meski kita sudah menikah. Namanya tetap bukan mahram. Kamu harus bisa bedain istilah mahram dengan istri. Istri itu wanita yang halal dinikahi. Kalau mahram itu yang haram dinikahi, contohnya ibu, anak perempuan mu, saudara kandung dan sepersusuan mu, mertua, dan anak tiri."
"Oh..." King manggut-manggut. "Tapi intinya, kita sudah halal berdekatan kan? Kalau sudah ya sudah, selesai urusan."
Aisha benar-benar tidak menyangka jika yang dianggap pernikahan oleh King hanya status agar halal saja. "Jadi tujuan kamu menikahi ku untuk apa?"
"Biar bisa jagain Lo tanpa di bentak bentak bukan mahram!" sahut King seremeh itu.
"Cuma itu?" Aisha ternganga kesal. Dia harus menjadi seorang istri di usia muda dan yang jadi suaminya pemuda tidak tahu apa arti dari pernikahan.
"Memang mau apa lagi?" King sampai berpaling dari layarnya demi melihat wajah istrinya yang cantik. "Hayo ngaku, Lo mikir apa barusan?"
"Apaan sih!"
Aisha menjatuhkan kepalanya di atas bantal membelakangi suaminya. Matanya melirik ke belakang, dan benar dugaannya, King naik ke ranjang yang sama dengan dirinya.
Aisha menelan saliva. Jujur saja, ini sangat menegangkan. Dia meremas sprei karena takut yang mendera tiba-tiba.
"Sekarang buka jilbabnya!" King menarik hijab berbahan lembut dan melar milik Aisha.
"Ogah!" Aisha menepis. Lalu bangun kembali untuk menatap suaminya. Ya, bahkan rasanya lucu sekali jika dikatakan suami karena mereka masih sama-sama imut.
"Kenapa nggak mau buka jilbab?" heran King.
"Ada kamu!" Aisha membenarkan kembali jilbabnya rapat-rapat.
King mencebik datar. "Oh, jadi kalau anak pesantren, malam pertamanya pake telepati gitu hmm?" tanyanya. "Kita sentuhannya lewat ajian ngalih rogo?" tanyanya.
"Ya bukan gitu juga, King!" Aisha kesal, kenapa King sulit mengerti bahasanya.
King duduk bersila di depan istrinya yang juga duduk dengan tegak. "Terus, gimana cara malam pertama anak pesantren. Kenapa Lo nggak mau buka jilbab Lo di depan Gue?"
"Kamu mau nagih malam pertama?" Aisha mengernyit dahi yang keheranan.
"Ya memang kenapa?" enteng King.
"Kamu bilang cuma mau jagain aku tanpa di bentak bentak bukan mahram!"
"Sekarang berubah pikiran kayaknya." King menyengir lebar hingga tampak seluruh gigi putih yang berderet.
"Jadi?" Aisha mundur dengan menggeser geser kan pahanya.
"Gue penasaran sama rambut Lo. Sekarang buka. Gue mau lihat gimana bentukannya seorang Aisha tanpa jilbab!"
"Nggak mau!" tolak Aisha. Gadis itu menyilang kedua tangannya di depan dada.
"Lo botak hmm?"
Pertanyaan aneh King yang membuat Aisha spontan mengangguk. "Iya!"
"Oh, jadi Gue nikah sama Pak Ogah ternyata, pantesan ogah-ogahan gitu!" King berbaring di sisi paha Aisha.
"Gih sana!" Aisha mendorong kepala suaminya agar menjauh. Namun, bukan King jika menurut. "Apa sih, ini ranjang punya Gue kali! Lu cuma numpang yang sopan!"
"Tapi dalam hukumnya. Yang milik suami berarti milik istri!" sanggah Aisha.
King menyengir sambil menarik narik jilbab Aisha. "Kalo gitu milik mu milik ku dong!"
"Kalo itu belum!" Aisha lagi-lagi beringsut menjauhi suaminya. Dia bukan tidak tahu kewajiban seorang istri, tapi diusia muda dan mendadak, tidak mudah baginya menerima.
Apa lagi, King curang saat berkata King dan Aisha pernah melakukan hubungan yang lebih intens dari sekedar pelukan kepada semua keluarganya yang cukup fanatik pada ajaran agamanya.
"Jauh-jauh King...." Aisha menendang kaki King yang mendarat di pahanya.
King mengangkat kepalanya demi bisa menatap seksama Aisha. "Lo ini titisan Nagin ya. Perasaan Ummi Lo kalem gitu ngapa Lo bandel gini sik jadi istri?"
King meledek Aisha dengan memegang pahanya yang beringsut. "Jangan pegang pegang, Kiiiing!" pekiknya.
"Elah, Pak Ogah!" King terkikik melihat wajah Aisha yang seperti kepiting rebus. Cukup takut padanya walau hanya sentuhan kecil.