Tak Tersentuh

Seperti biasanya Arka masih saja tak mau menyentuh Fahira hingga rumah tangga berjalan sampai enam bulan lamanya. Fahira merasa sakit, dia terus menahan dirinya jika merasakan ingin meski rasanya tak tertahankan.

Malam ini, setelah Yumna tertidur. Fahira merasakan gairah yang begitu sulit ia tahan. Dia meraba dirinya sendiri dengan air mata menetes di pipi nya. Entah kapan dirinya bisa kembali merasakan nikmatnya berhubungan.

Fahira yang mendengar ada suara pintu rumah terbuka, dia segera berdiri dan melangkah keluar untuk melihat suaminya disana. Langkah Arka terhenti saat melihat Fahira dengan wajah menahan nafsunya juga mata yang sudah dipenuhi gairah dan air mata.

Fahira berhambur memeluk Arka dan meraba punggung Arka dengan begitu ingin nya. Arka yang baru pulang namun tidak mabuk, melihat Fahira dengan keadaan memeluknya seperti ini hanya terdiam.

"Mas..."

Fahira merintih mengusap leher Arka dengan hidungnya. Arka terus mengalihkan dan menghindari hidung Fahira dilehernya. Fahira mencengkram kemeja Arka saat dia akan pergi dari pelukannya.

"Aku mohon, jangan menghindar Mas. Malam ini saja puaskan aku.. Pliiiss..." lirih Fahira dengan air mata yang sudah tak bisa ditahan lagi.

Arka menepis tangan Fahira yang mencengkram kemejanya, dan menyingkirkan tubuhnya.

"Aku tidak bisa Fahira, lakukan saja sendiri.."

Fahira yang tahu Arka akan pergi terus menahannya dan Arka tetap memaksa ingin pergi masuk ke dalam kamarnya.

"Mas.. Hiks..hiks.. Mas aku mohon Mas.."

Fahira yang merengek memohon sambil menarik tangan Arka tak digubris olehnya. Arka masuk ke dalam kamarnya dengan menggebrak pintu lalu menguncinya rapat membiarkan Fahira terduduk dilantai seusai berlutut padanya.

Sedangkan Fahira yang ditinggalkan menangis sejadi-jadinya di lantai. Dia lagi-lagi harus menahannya sambil mengusap kasar seluruh tubuhnya agar nafsunya tidak terlalu tinggi.

Fahira yang masih saja merasa ingin, dia kembali berdiri dari duduknya menggedor kamar Arka terus memohon agar malam ini bisa terlepaskan apa yang ia inginkan.

Brak..Brak..Brak..

"Mas.. Buka pintunya Mas, aku mohon hanya malam ini saja.."

Brak..Brak..Brak..

"Mas Arka.. Aku mohon.. Hiks..Hiks.."

Lirih Fahira terus menggebrak pintu kamar Arka merengek menangis memohon padanya agar mau membuatnya puas. Arka yang duduk di tepi kasur mengusap wajahnya dan menghembuskan nafasnya kasar.

*

Cukup lama Fahira duduk didepan pintu kamar Arka hingga kelelahan dan tertidur dengan sendirinya disana. Sedangkan Arka yang baru selesai mandi tak lagi mendengar suara Fahira.

Dia kemudian membuka pintunya perlahan dan melihat Fahira tertidur di lantai dengan mata yang sudah bengkak karena menangis.

Arka berjongkok menatap wajah Fahira dengan begitu lekat, dia merasa kasihan. Namun perasaannya tak bisa dipaksakan, Arka memang belum bisa mencintai Fahira.

Arka kemudian mengangkat tubuh Fahira untuk ia pindahkan dikamar nya. Arka lalu menutup pintu kamar sang istri setelah membaringkannya di atas kasur. Dia kemduian kembali masuk ke dalam kamar dan tak lupa menguncinya.

*

Pagi harinya, Fahira terbangun di jam lima pagi. Dia merentangkan tubuhnya yang begitu pegal dan nyeri di beberapa bagian. Dia membuka matanya menatap langit-langit kamar dan terkejut langsung terduduk mengedarkan pandangannya diseluruh ruang kamarnya.

"Sepertinya semalam aku tidur di depan kamar Mas Arka, kenapa bisa disini ?"

Fahira bicara dengan dirinya sendiri. Dia lalu menurunkan kakinya dan tiba-tiba merasakan ngilu di bagian intinya.

"Aaww.. Sstt.. Aduuhh.."

Fahira menekan bagian bawahnya dengan tangan, lagi-lagi rasa itu yang ia rasakan jika merasakan ingin namun tak terlepaskan. Dia melirik Yumna masih tertidur dengan pulas.

Fahira lalu bangkit menuju kamar mandi dan melepas semua pakaiannya lalu mengguyur tubuhnya di bawah shower yang dingin kemudian dia melakukannya sendiri.

Dia memasukan jarinya ke dalam goa miliknya dan terus menggosoknya agar tidak begitu sakit yang ia rasakan saat berjalan. Dia menggeliat dan meraba tubuhnya sendiri dibawah guyuran shower kemudian kembali meneteskan air matanya karena berhasil mengeluarkan nya dengan tangannya sendiri.

Fahira terduduk menangis sejadi-jadinya di bawah air shower yang terus menghujani tubuhnya.

Cukup lama dikamar mandi, Fahira lalu mandi junub dan melaksanakan sholat subuh seperti biasanya. Dia menangis diatas sajadah mengadu pada Tuhannya, seakan bertanya kenapa dirinya ditakdirkan seperti ini.

*

Jam tujuh pagi Fahira dengan senyum diwajahnya seakan wajahnya berseri-seri. Setelah mengadukan semuanya pada sang Maha Kuasa, batin nya merasa sedikit lebih tenang dan damai.

Dia menyiapkan sarapan untuk dirinya dan Yumna, Fahira duduk dengan telaten nya menyuapi sang putri tercinta dengan senyuman diwajahnya.

Sedangkan Arka yang baru saja keluar dari kamarnya dan sudah bersiap untuk berangkat melihat Fahira sudah sumringah menatapnya heran.

"Kenapa dia ? Apa dia melakukannya dengan pria lain ? Kenapa wajahnya sebahagia itu ?"

Arka bertanya-tanya sendiri di dalam hatinya menatap wajah Fahira yang berseri-seri. Seakan kejadian semalam sudah Fahira lupakan begitu saja. Arka yang melihat Fahira kembali mendiamkannya lalu berdehem sambil mengikat tali sepatunya di sofa.

"Ehem.."

Fahira tak meliriknya sedikitpun, hanya Yumna yang terus menatap gerak-geriknya disana. Tak ada ucapan apapun dari bibir Fahira, akhirnya Arka memutuskan untuk berangkat tanpa berpamitan pada Fahira.

*

Sore harinya, Fahira mengajak Yumna jalan-jalan ke pusat perbelanjaan karena ingin melepas kejenuhan dan beban pikiran yang selama ini berkecamuk di dalam hati juga pikirannya.

Tanpa sengaja, Fahira melihat Arka sedang bergandengan tangan dengan seorang wanita sambil berjalan menyusuri area Mol tersebut.

"Dengan siapa lagi dia ?" tanya Fahira pada dirinya sendiri.

Yumna yang juga melihat Papa tiri nya itu langsung berlari memeluk kakinya, hal itu membuat Arka terkejut.

"Yumna.."

Fahira berlari untuk menahan sang putri agar tidak mencampuri urusan Papa baru nya itu. Sedangkan Arka yang sudah melihat itu Yumna lalu melepas nya dengan kasar.

"Kau ! Mau apa kau disini ! Jangan berani menyentuhku ! Mengerti !" Arka membentak Yumna dan hal itu membuat Fahira tak terima.

"Mas ! Berhenti membentak anakku ! Dia tidak bersalah ! Berani sekali lagi kau membentak nya ! Kau akan berurusan denganku !"

Dengan tatapan tajam Fahira mengancam Arka karena sudah berani membentak sang putri ditempat umum. Sedangkan Yumna menangis karena ketakutan melihat Arka memarahinya.

Fahira lalu melangkah pergi terus menenangkan Yumna agar tidak lagi memikirkan ucapan Arka. Fahira kemudian memutuskan untuk kembali pulang.

Dia melambaikan tangannya di depan halaman Mol tersebut memanggil taksi untuk mengantarnya pulang kerumah. Bertemu dengan Arka akan terus membuat hatinya sakit.

Tak lama, setelah sampai dirumah. Fahira mengambil kopernya dan membereskan semua bajunya dan baju sang putri untuk pergi sementara waktu dari rumah suaminya itu.

Berada disana selama enam bulan lamanya membuat dirinya hampir sakit jiwa dengan sikap Arka yang terus tidak menghargainya.

Fahira melangkah pergi, dia kembali menggunakan taksi menuju hotel. Fahira ingin menenangkan diri sementara waktu, dia ingin memikirkan hubungan nya dengan Arka. Apakah dirinya akan bertahan ? Atau harus pergi meninggalkannya ?

...----------------...

Bersambung...