NovelToon NovelToon
Berondong Itu Adik Tiriku

Berondong Itu Adik Tiriku

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Berondong / Ketos / One Night Stand / Nikah Kontrak / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: NinLugas

Veltika Chiara Andung tak pernah membayangkan hidupnya akan jungkir balik dalam sekejap. Di usia senja, ayahnya memutuskan menikah lagi dengan seorang perempuan misterius yang memiliki anak lelaki bernama Denis Irwin Jatmiko. Namun, tak ada yang lebih mengejutkan dibanding fakta bahwa Denis adalah pria yang pernah mengisi malam-malam rahasia Veltika.

Kini, Veltika harus menghadapi kenyataan menjadi saudara tiri Denis, sambil menyembunyikan kebenaran di balik hubungan mereka. Di tengah konflik keluarga yang rumit, masa lalu mereka perlahan kembali menyeruak, mengguncang hati Veltika.

Akankah hubungan terlarang ini menjadi bumerang, atau malah membawa mereka pada takdir yang tak terduga?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NinLugas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bayang-bayang Dendam

Setelah kepergian Mawar, suasana keluarga Andung semakin tegang. Haris, suami dari Nadin, yang kini terpuruk dalam amarah dan kesedihan, mulai mengarahkan seluruh kemarahannya pada Nadin dan keluarga Andung. Dia tidak bisa menerima kenyataan bahwa Mawar, yang sudah lama menjadi bagian dari hidupnya, pergi begitu saja. Setiap kali Nadin berusaha menghiburnya, Haris justru semakin memburukkan keadaan, menyalahkan Nadin atas kematian Mawar.

"Aku tahu kamu pasti ada sesuatu yang kamu sembunyikan, Nadin!" serunya dengan nada penuh amarah, "Kamu selalu berpura-pura baik-baik saja, tapi kamu membiarkan Mawar menderita! Kamu yang menyebabkan dia jatuh sakit dan akhirnya mati!" Haris tidak bisa mengendalikan emosinya. Setiap kali dia melihat Nadin, rasa benci dan kekecewaan itu semakin menumpuk.

Nadin, yang selama ini berusaha menjaga ketenangan, merasa hancur dengan tuduhan tersebut. Dia tahu betul, betapa sakitnya melihat Mawar dalam keadaan seperti itu, namun ia tidak pernah membayangkan bahwa Haris akan menganggapnya sebagai pihak yang bertanggung jawab. "Aku tidak pernah ingin dia menderita, Haris!" kata Nadin dengan suara yang tergetar. "Aku hanya ingin dia bahagia, seperti yang kamu inginkan. Kamu tahu betapa aku peduli padanya."

Namun, kata-kata itu tidak cukup untuk meredakan amarah Haris. Ia semakin jauh terperosok dalam dendam dan kekecewaan, hingga akhirnya mulai meneror keluarga Andung. Setiap kali Nadin atau anggota keluarga Andung berusaha melakukan sesuatu yang baik, Haris selalu ada untuk menghalanginya, menganggap mereka semua sebagai orang yang bertanggung jawab atas kehilangan yang tak terlukiskan itu.

Di tengah semua ini, Denis yang telah tumbuh dewasa menyaksikan kehancuran keluarganya. Dia merasa terjepit, tidak tahu harus berada di pihak mana. Ia mencintai Veltika, namun di sisi lain, ia merasa bersalah karena tidak bisa menyelamatkan ibunya dari penderitaan yang dia alami bersama Haris. Denis kecil berusaha untuk menenangkan ayahnya, namun Haris semakin terobsesi dengan keyakinannya bahwa Nadin-lah yang bertanggung jawab atas kematian Mawar, dan tidak ada yang bisa membantunya.

Keadaan keluarga Andung kini berada di ambang kehancuran. Semua hubungan yang dulu terjalin erat kini terancam rusak. Konflik yang begitu dalam dan penuh kebencian ini membuat Veltika semakin terasingkan. Semua orang yang seharusnya saling mendukung kini berada dalam pusaran konflik yang tak berujung.

***

Di restoran yang mewah, suasana terasa tegang. Haris duduk di ujung meja, wajahnya penuh amarah yang tak terkendali. Denis yang masih muda duduk di sampingnya, tampak bingung namun tetap tenang. Mereka datang untuk makan malam, namun yang terjadi justru percakapan yang menegangkan. Haris memandang tajam Nadin yang duduk di seberang meja, memecah kesunyian dengan suara seraknya, "Kenapa kamu sembunyikan semua ini? Apa alasanmu membiarkan Mawar pergi begitu saja? Aku tahu ada yang salah, Nadin. Jawab aku!"

Nadin terdiam, tubuhnya sedikit gemetar. Ia mencoba menahan air mata yang ingin tumpah, mengenang Mawar yang sudah tiada. "Aku tidak membunuhnya, Haris. Kanker itu yang merenggutnya, bukan aku," jawab Nadin pelan, matanya penuh kesedihan. Namun, Haris tidak percaya. Ia terus memaksa Nadin untuk mengakui sesuatu yang ia anggap sebagai pengkhianatan besar. "Kamu membunuhnya dengan membiarkan dia menderita tanpa pertolongan. Mawar tidak pernah tahu kebenaran, dan kini, aku tahu bahwa semua ini karena kau dan Andung!"

Di tengah ketegangan ini, Denis yang mendengar setiap kata-kata itu mulai menyadari bahwa ada lebih dari sekadar hubungan rumit di antara orang dewasa di mejanya. Ia merasa cemas, tak tahu apa yang harus dipercaya, namun satu hal yang jelas: kehidupan masa lalu mereka berhubungan erat dengan dirinya.

Di luar restoran, ketegangan antara Haris dan Nadin semakin memuncak. Nadin berusaha dengan sekuat tenaga untuk menjelaskan kepada Haris, meskipun perasaan bersalah dan penyesalan telah lama menggerogoti hatinya. "Haris, tolong dengarkan aku," ujar Nadin, suaranya serak karena tangis yang sulit ditahan. "Aku tidak membunuh Mawar. Aku tidak bisa memilih jalan itu... Semua ini bukan salahku."

Namun, Haris hanya menatapnya dengan mata penuh kemarahan. "Kamu membunuhnya! Kamu menghancurkan hidupku, Nadin!" teriaknya dengan suara bergetar, dipenuhi kebencian yang sudah lama terpendam. Dia semakin mendekat, wajahnya merah padam, dan seolah-olah tidak ada lagi ruang untuk mendengarkan penjelasan Nadin.

Dalam kekacauan itu, tanpa pikir panjang, Haris mendorong Nadin dengan keras. Nadin terhuyung mundur, kaget dan kehilangan keseimbangan. Saat itu, sebuah truk besar melaju dengan kecepatan tinggi, tidak ada waktu untuk menghindar. Suara rem kendaraan yang berdecit keras terdengar, tetapi terlambat. Truk itu menabrak Nadin dengan keras, tubuhnya terpental ke jalan.

Denis yang sedang berada di dalam mobil, menyaksikan seluruh kejadian itu dengan ketegangan yang mengalir deras di pembuluh darahnya. Dia terdiam, tidak bisa bergerak, hanya bisa memandang ke luar kaca mobil, menyaksikan tragedi yang baru saja terjadi. Semua serasa seperti mimpi buruk yang tak bisa ia hentikan. Matanya terbuka lebar, wajahnya pucat, dan di dalam hatinya bergejolak perasaan cemas, marah, dan bingung.

Nadin tergeletak di jalan, tak bergerak, darah mulai mengalir dari tubuhnya yang terluka parah. Haris tampak tertegun, kesadarannya datang terlambat. Denis keluar dari mobil dengan langkah tergesa-gesa, menyadari bahwa semuanya telah berubah dalam sekejap mata. Dia berlari ke arah Nadin, tetapi terhenti beberapa langkah sebelum bisa menyentuh tubuh wanita itu. Perasaan cemas dan takut begitu menguasainya, menghalangi setiap langkah yang ingin diambilnya.

***

Masa sekarang.

Denis menundukkan kepala, ekspresinya penuh dengan rasa sakit dan kesedihan yang mendalam. "Karena ayah yang mendorong ibu Veltika hingga kecelakaan itu terjadi," katanya dengan suara berat, yang penuh dengan beban emosional. Kata-katanya menggantung di udara, seperti petir yang menyambar dengan tiba-tiba. Dia tahu, mengungkapkan kebenaran ini tidak akan mudah, tetapi ia merasa sudah saatnya Caroline mengetahui semua yang terjadi.

Caroline terkejut, wajahnya langsung berubah pucat saat mendengar pengakuan itu. "Apa maksudnya, Denis?" tanya Caroline, suaranya bergetar. Ia berusaha mencerna kata-kata yang baru saja keluar dari mulut anaknya. Selama ini, dia hanya mendengar rumor, tapi tidak pernah menyangka kebenaran yang begitu pahit akan datang begitu tiba-tiba.

Denis mendalam menghela napas, merasa berat untuk melanjutkan, namun rasa sakit di dadanya seolah memaksanya. "Karena ayah yang telah membunuh ibu Veltika," ucapnya perlahan, seolah menyusun setiap kata dengan hati-hati. "Makanya, mama tidak merestui kami. Semua yang terjadi, semua kebencian yang mama rasakan padaku dan Veltika, itu karena ayah. Dia yang membuat semuanya hancur."

Denis kemudian menurunkan kedua lututnya di depan Caroline, gestur itu menandakan ketulusan dan kesediaannya untuk membuka hati. "Aku tidak ingin ada lagi kebohongan, Mama. Aku ingin kamu tahu kenapa hubungan aku dan Veltika begitu sulit. Kami berdua tidak bisa menghindari kenyataan ini, dan aku tidak bisa lagi diam dengan semuanya yang tersembunyi. Aku ingin kita semua bisa tahu yang sebenarnya," tambahnya, matanya penuh dengan air mata yang hampir tak terbendung.

Caroline terdiam sejenak, kepalanya terasa berputar. Perasaan bingung dan cemas menyelimuti dirinya. Dia selalu merasa ada sesuatu yang disembunyikan, tetapi tidak pernah membayangkan kebenaran akan datang dengan cara yang begitu menghancurkan.

"Tunggu, beri aku waktu untuk bisa memahami ini, Denis," ucap Caroline, suaranya serak, seakan dia mencoba menahan perasaan yang mendalam. Dia merasa seperti ada bumi yang terbelah di bawah kakinya, tak mampu bergerak atau berpikir dengan jernih. Segala yang dia percayai selama ini tentang keluarganya, tentang hubungan mereka, kini seakan runtuh dalam sekejap mata.

Denis hanya mengangguk pelan, memahami betapa beratnya ini bagi Caroline. Dia tahu, ini bukan hanya tentang dirinya atau Veltika, tapi tentang masa lalu yang kelam dan penuh rahasia, yang kini harus diungkap. Denis menatap ibunya, berharap suatu saat kebenaran ini akan diterima, walaupun dengan cara yang penuh luka.

Caroline berdiri, ragu sejenak, sebelum akhirnya melangkah keluar dari ruang tamu. "Aku harus pergi ke rumah lama Denis dan ayahnya," katanya dengan suara yang agak tegang, seolah ingin menjauh dari kenyataan yang baru saja dia terima. "Aku butuh waktu untuk memikirkan semua ini, Denis. Aku butuh waktu untuk melihat semuanya dengan cara yang berbeda."

Denis hanya bisa melihat ibunya pergi, langkahnya terkesan berat, seakan beban yang tak terlihat mengikutinya. Ia tahu bahwa perjalanan ini akan mengubah segalanya, tetapi ia juga tahu bahwa kebenaran tidak bisa disembunyikan selamanya. Dengan rasa cemas dan hati yang berdebar, Denis duduk kembali di kursi, berusaha menenangkan diri sambil menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.

1
Widyasari Purtri
q mampir kak.setangkai mawar untukmu
NinLugas: terimakasih
total 1 replies
Nikodemus Yudho Sulistyo
Menarik. pasti lebih banyak intrik nantinya. lanjut...🙏🏻🙏🏻
NinLugas: iya ni mau lanjut nulis lg, semngt juga kamu ka
Nikodemus Yudho Sulistyo: tapi menarik kok. semangatt...
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!