"Tak harus ada alasan untuk berselingkuh!"
Rumah tangga yang tenang tanpa badai, ternyata menyembunyikan satu pengkhianatan. Suami yang sempurna belum tentu setia dan tidak ada perempuan yang rela di duakan, apalagi itu di lakukan oleh lelaki yang di cintainya.
Anin membalas perselingkuhan suami dan sahabatnya dengan manis sampai keduanya bertekuk lutut dalam derita dan penyesalan. Istri sah, tak harus merendahkan dirinya dengan mengamuk dan menangis untuk sebuah ketidak setiaan.
Anin hanya membuktikan siapa yang memanggil Topan dialah yang harus menuai badai.
Seperti apa kisahnya, ikuti cerita ini ya☺️🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Suesant SW, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26. Rasa Yang Tak Sama
"A...apa maksudmu?" Bowo terpana dengan tubuh gemetar , kejutan apa lagi ini???
"Ratna, tolong jelaskan jika ini editan, lalu bagaimana dengan kehamilanmu itu? Apakah kamu tak ingin menceritakannya pada suamimu jika kalian akan punya bayi?" Pertanyaan itu di lontarkan Anin dengan alis bertaut seakan sangat penasaran atas jawaban Ratna.
Bibir Ratna bergetar, tubuhnya bergoncang gemetaran, sungguh dia tak menyangka, sebuah rahasia yang di simpannya begitu rapat dalam seminggu terakhir ini, di ketahui oleh Anin.
"Haishhh, tentu saja, siapapun akan senang dengan berita itu, tak perlu kamu sembunyikan lagi, bukankah setelah lima tahun menunggu, kehamilan ini adalah kafo terindah untuk suamimu?" Anin tersenyum datar penuh kemenangan, ketika di jenak berikutnya dia melihat bagaimana Bowo menghempaskan tangan Ratna dengan tatapan jijik dan tak percaya.
Bagaimana tidak? Dia terakhir pulang dan bertemu Ratna, sepuluh bulan yang lalu dalam cuti ijin selama 5 hari. Dan sekarang isterinya itu hamil? Sebuah momen yang di tunggu-tunggunya selama lima tahun pernikahannya dengan Ratna, seharusnya dia bahagia.
Tetapi, ini? Bagaimana bisa dia seolah ingin membunuh orang karena berita yang di mimpikannya bertahun-tahun. Siapa lagi yang mungkin melakukannya jika bukan...?
Mata Bowo berubah beringas, beralih kepada Galih yang hanya menggeleng-gelengkan kepalanya seraya mengatupkan mulutnya kuat-kuat, seakan dia baru mendengar surprise yang menakutkan.
"Ka...kamu hamil?" Tanpa sadar Galih berucap. Ratna mematung dengan pias ketakutan, dia tak bersuara kecuali nafasnya yang tersengal menahan isaknya yang seakan ingin meledak.
"Hey, temanku, lihatlah lelaki yang kamu perjuangkan diam-diam itu bahkan tak percaya padamu? Seharusnya kamu bisa mengendalikan dirimu, seberapa bejatnya kamu jangan pernah melemparkan dirimu pada pelukan lelaki beristri. Apakah kamu yakin dia membelamu di saat seperti ini?" Anin berdecak halus, matanya mengwlilingi ruangan itu dengan dagu terangkat tinggi.
"Aku...aku...ini bohong, aku tak tahu apa yang di bicarakan Anin." Sahut Ratna dengan gugup, suaranya terbata-bata serupa orang tersedak.
"Ratna, kenapa kamu begitu kejam pada bayimu. Kenapa kamu menyembunyikannya dengan usia kandungan hampir tiga bulan itu? Kamu menunggu waktu yang tepat mengatakan pada ayahnya atau...atau seperti kata Dokter Nita, tempat konsultasimu, kamu masih begitu bersemangat untuk mengaborsi kandunganmu? Akh, Tidak perlu berkelit lagi, aku tak akan memperdulikan siapa ayah anakmu itu, hanya saja setelah berselingkuh begitu lama kamu ingin menbah dosa dengan membunuh bayimu? Jangan menjadi iblis tak berperasaan hanya karena n@fsu." Kalimat panjang itu, seperti pidato, mengalir tanpa tekanan, Anin benar-benar telah berlatih keras untuk menjadi setenang ini.
"Tidak mungkin! Ini tidak mungkin..." Ibu Wati memegang dadanya dengan wajah merah padam.
Sebelum sempat Anin berkata-kata lagi, bu Wati telah pingsan di tempatnya, dia begitu shock di suguhkan kenyataan betapa anak yang di banggakannya itu telah melakukan kesalahan yang begitu besar.
Pak Shambo menangkap tubuh sang istri sebelum jatuh dari kursi, saat menyadari kekacauan itu, Galih memburu ke tempat ibunya tetapi,
Bug!
Sebuah tinju yang keras melanda rahangnya, membuatnya terjengkang hingga terduduk. Ratna terpekik melihat kejadian yang tepat terjadi di sebelahnya itu. Pukulan Itu di layangkan Bowo yang terlihat tak mampu lagi menguasai perasaannya, mata prajurit ini terlihat bekaca dengan bibir gemetar, tak ada yang bisa menjabarkan kesakitan yang mungkin di rasa laki-laki ini.
"Kau! B@jingaan!" Umpatnya sambil mengayunkan telunjuknya, keributan itu tentu saja mengundang security dan pelayan untuk menerobos masuk.
"Dan kamu?? ikut denganku!" Bowo, seperti singa yang terluka menyeret sang istri yang tengah menangis ketakutan itu keluar di iringi tatapan sinis Anin yang tak bergeming di tempatnya berdiri.
Dia tahu semuanya ini akan hancur setelah semua kebenaran ini terungkap, tetapi Anin yakin satu hal hal, hancur bersama lebih baik dari pada meratapi kehancurannya sendiri.
"Aku mungkin menangis karena kesakitan ini tetapi aku bersumpah bahwa aku tak akan menangis sendirian."
Tanpa berpamitan, Anin keluar dari pintu tak lama setelah Bowo membawa pergi Ratna.
"Aniiiiin!!!" Teriakan Galih sambil memapah ibunya yang pingsan tak di perdulikannya, setelah menghampiri meja kasir dia mengeluarkan sebuah black card, kartu transaksi ini pertama kali di gunakannya setelah orangtuanya meninggal.
...***...
"Anin!" Galih menangkap tangan Anin yang menarik satu koper pakaiannya hendak meluar dari dalam kamar mereka ketika dia tiba di rumah setelah makan malam yang kacau balau itu.
Untung saja ibunya sudah sadar saat dia membawanya pulang tadi, hanya saja masih menceracau tak karuan di atas tempat tidurnya.
"Kamu mau kemana?!" Galih menarik lengan Anin lalu membalik badan istrinya itu supaya menghadapnya.
"Pergi." Sahut Anin pendek dan dingin, matanya yang memerah itu begitu lekat pada Galih.
"Sayang, ini hanya salah paham. Aku tak punya hubungan apapun dengan Ratna. Aku bersumpah." Galih terus berbicara dengan nafas ngos-ngosan.
Anin melepaskan tangan Galih tetapi seperti kesetanan Galih merangsek memeluk Anin, dengan gerakan aneh dan liar berusaha menciumi leher dan puncak tengkuk Anin yang memunggunginya.
"Lepaskan aku!!" Anin berontak, merasakan cengkeraman Galih yang begitu erat di kedua bahunya dan berusaha memeluknya.
"Sayang, ayolah..." nafas Galih memburu, mendengus-dengus begitu rupa membuat Anin memekik.
"Kamu isteriku. Kamu harus mendengarku! Jangan bersikap begini, aku bisa jelaskan. Itu kesalahan saja, Ratna yang memulainya, aku akan meninggalkannya. Sayang, aku minta maaf, itu hanya khilaf. Aku berjanji tak akan mengulanginya." Galih memeluk erat tubuh Anin yang terus berusaha berontak.
"Lepaskan aku atau aku akan berteriak!!!" Ancam Anin, suaranya menggeram. Perlahan Galih mrlonggarkan pelukannya, Wajah Anin merah padam saat dia berbalik.
"Terlambat sudah, jikapun aku memaafkanmu semua tak pernah sama lagi." Ucap Anin.
Kalimat itu menyulut kepanikan Galih, dia terlihat kalap.
"Layani aku malam ini, sayang. Ayolah, setelah aku menghangatkanmu, kepalamu pasti dingin lagi dan kita akan melupakan pertengkaran ini. "Ucapnya serupa geram di sela dengusnya, seperyi orang hilang akal membujuk Anin.
"Aku tidak mau!" Tolak Anin, dia tiba-tiba jijik membayangkan setelah sang suami bergelut dengan Ratna sekarang datang padanya meminta pelayanan seorang istri.
Selama ini perasaan jijik itu dikuburnya dalam-dalam dalam kepasrahan, selalu berusaha menerima Galih kembali tanpa bicara dalam beberapa minggu terakhir setelah dia tahu semuanya. Membongkar setiap dosa yang di sembunyikan Ratna dan Galih, menelusuri setiap detil tentang mereka meski kadang air matanya runtuh.
"Hentikan, aku tak sudi lagi di sentuh olehmu---"
"PLAK!"
Sebuah tamparan mengenai pipi Anin , terasa panas seperti tersengat ribuan tawon bahkan sejenak matanya berkunang-kunang, dia hampir terjatuh tapi lengan kirinya di cengkeram kuat oleh Galih.
"Kamu masih istriku, kewajibanmu adalah melayani suamimu!"
(Yeayyyy....Author sungguh terhutang UP nih, gegara banyak dapat kiriman beberapa gelas kopi dan puluhan tangkai bunga, di tambah permintaan Update yang bikin gemezzzzz😅😅😅 Mudah2an sambil bakar jagung malam ini kita bisa update lagi buat nemenin readers semua🥰)
Happy New year semuanya, semoga di tahun yang baru lebih baik lagi terlebih semua cita-cita dan harapan kita tercapai semuanya😘 luv u all)
andai d alam nyata, tak bejek2 tu suami .bikin dendam aja
sukses dalam berkarya.
ku suport dngan kirim setangkai mawar.