kehadirannya tak pernah di harapkan. kelahirannya di anggap kesalahan besar dan bencana.
ia lahir karena sebuah kesalahan.
Dia...
seorang anak haram dari seorang pengusaha terkenal.
Ryicki Mahendra Setiawan Ananta.
dia lahir dari rahim seorang wanita malam yang sengaja di jadikan jebakan untuk menghancurkan nama baik sang pengusaha.
mampukah ia menjalani kehidupannya dengan baik,
setelah hal buruk juga perlakuan buruk tanpa keadilan kerap kali ia terima dalam setiap jengkal langkahnya.
dalam setiap hembusan nafasnya,
hanya hinaan yang ia terima.
dialah gadis cantik berwajah dingin...
Maurelia Agastya prameswari.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon khitara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 25 hati yang terus kecewa
Hampir tiga jam telah berlalu sejak seorang gadis dengan rambut panjang terurainya duduk sendirian di atas rooftop kampus.
Sebuah tempat terbuka yang berada di lantai teratas gedung kampus ini.
Gadis itu nampak berdiri di sisi pagar pembatas rooftop dengan menjadikan kedua lengannya yang ia tumpuk di atas pagar pembatas sebagai tumpuan tubuhnya yang agak melengkung ke depan karena ia yang saat ini tengah menatap keramaian di bawah sana.
Para mahasiswa yang nampak mondar mandir dan hilir mudik dengan kesibukan juga urusan mereka masing masing di bawah sana.
Hingga terdengar sebuah panggilan dari pengeras suara kampus menyebut namanya dan memintanya datang ke ruangan rektor.
" panggilan kepada saudara Maura Agastya Prameswari untuk segera datang menemui rektor "
Panggilan itu terdengar berulang ulang kali di perdengarkan,
seolah sengaja di lakukan agar si empunya pemilik nama segera mendatangi tempat yang di maksud.
Maura pada akhirnya bangkit menegakkan tubuhnya dari posisinya sekarang,
setelah sebelumnya ia abai pada panggilan itu selama beberapa menit,
gadis itu nampak mengikatkan kemejanya yang ia lepas pada pinggangnya.
Ia merasa gerah dan panas tadi setelah menghajar Clara hingga babak belur.
Karenanya ia melepaskan kemeja lengan panjangnya itu kemudian ia sampirkan di pundaknya.
Tak lupa kemudian ia pun mengikat asal rambutnya ke atas dengan hanya sebuah karet pembungkus makanan biasa.
Sungguh penampilan Maura sangat terkesan liar dan urakan.
Jauh dari kesan feminim...
Apalagi lembut.
Tak lama gadis itu terlihat mulai menuruni anak tangga.
Kaki Maura terus melangkah menuruni satu demi satu anak tangga,
Berlanjut menyusuri koridor kampus tanpa memperdulikan tatapan mata penuh selidik kearahnya.
Ia terus melangkah dan langsung menuju ruang kantor rektor.
" Maura ada apa ?! Kenapa namamu di sebut sebut berulang ulang kali ?! " tanya Maulana yang langsung berlari kepadanya ketika ia melihat gadis itu.
sejak tadi memang Maulana mencari Maura.
tepatnya sejak nama Maura di sebut dalam pengeras suara.
Ia sempat mendengar kabar tentang keributan yang menyeret nama Maura, namun ia tak percaya jika ia tak mendengarnya langsung dari Maura.
Pasalnya ia sangat tahu,
Jika saat ini, perilaku Maura sangat di perhatikan.
nama baik dan perilaku baiknya adalah jaminan utama program akselerasi yang sedang ia jalani.
Jadi...
Maulana rasanya kurang percaya jika Maura bahkan terlibat dalam masalah itu.
" kau tak mendengar kabar apapun tentang aku dan Clara ?! " tanya Maura sambil terus melangkah tanpa menoleh kepada Maulana.
" ya...
Aku mendengarnya, tapi aku tidak percaya kau....." kata kata Maulana tak berlanjut karena Maura keburu memotongnya.
" jangan tidak percaya...
Percayalah, aku memang melakukannya.
Aku memang menghajar idolamu itu hingga babak belur.
Jika kau tidak terima,
Tak masalah....tidak usah berteman denganku " jawab Maura cuek sembari terus melangkah meninggalkan Maulana yang kini berdiri membeku di tempatnya.
Pemuda itu tanpa sadar sontak menghentikan langkahnya demi mendengar jawaban gadis itu. Bukan karena ia yang tak terima Maura menghajar Clara.
Tapi lebih pada kekhawatiran yang tiba tiba menderanya tentang kejiwaan Maura.
" Maura...
Kau tidak mungkin....... " kata kata lirih Maulana menguap di udara, tatapan matanya tak berkedip mengikuti langkah Maura.
Ketika Maulana larut dalam kekhawatirannya tentang kejiwaan Maura yang menurutnya sudah berada di ambang batas mengkhawatirkan.
Maura sendiri kini telah sampai di depan ruang rektor.
tok tok tok.....
Maura terlihat mengetuk pintu sebelum akhirnya ia memutar handle pintu untuk membuka pintu itu,
Tentu saja setelah sebelumnya ia mendengar perintah masuk dari dalam ruangan.
Cklek....
Pintu terbuka.
Pemandangan pertama yang di temui Maura adalah,
Tatapan mata tajam yang seolah siap menerkamnya sekaligus menghakimi dirinya.
Seperti biasa,
Pemilik mata itu akan selalu menghakimi dirinya tanpa mau bertanya kenapa dan bagaimana.
Sorot mata yang selalu mengintimidasi dirinya.
Kepalanya mulai tertunduk.
Berhadapan dengan pemilik mata itu, ia tak berdaya.
Meski berjuta rasa kecewa ia pendam untuk laki laki itu.
Dan saat ini,
Kembali rasa kecewa itu kembali menyeruak dalam benaknya.
dan seperti yang sudah sudah....
Sekali lagi, laki laki itu menghakimi dirinya.
Di sisi laki laki itu berdiri seseorang yang sejak ia masuk ke ruangan ini juga menatapnya tak berkedip.
Namun,
Maura tak menatapnya sedikitpun walau sejenak.
Tatapan mata seseorang yang sarat akan rasa kasih dan khawatir juga penuh kecemasan.
Leo, menatap Maura penuh iba.
Andai bisa, ia ingin membawa gadis itu pergi dari lingkungannya yang memang mengerikan menurutnya.
Sayang....
Ia masih tak mampu melakukan apa apa.
Ia tak memegang kendali apapun bahkan dalam hidupnya sendiri.
( tunggu sampai aku mampu Maura, setelah itu...aku benar benar akan membawamu pergi dari sini )
Bisik Leo di dalam hati.
Hatinya sangat miris melihat kondisi Maura saat ini.
Wajah gadis itu nampak pias, pucat dan tertekan.
Jelas jika saat ini gadis itu tengah tak baik baik saja.
Namun ia berusaha menutupinya.
Sementara Maura,
Gadis itu terdengar sedikit menghela nafas.
Perlahan gadis itu melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan.
Sampai di ujung ruangan,
Ia melihat
Ada tiga samapai empat orang rektor duduk di sofa melingkar di ruangan itu.
Ada satu orang lagi yang juga duduk di sana dan ia tak tahu siapa.
" nona Maura...." panggil kepala Rektor menyebut namanya.
Maura mendongak dan menatap pria itu.
Kini,
Ia menjadi pusat perhatian semua orang yang ada di ruangan itu.
" anda tahu kenapa anda kami panggil ke sini ?! " tanya orang itu yang bernama pak Gunawan.
" ya..." jawab Maura singkat.
Raut wajahnya datar dan dingin. Maura menatap tak berkedip sosok pak Gunawan yang kini mulai bicara kepadanya itu.
" jadi anda tahu apa konsekuensinya terhadap..... "
" beri dia kesempatan satu kali lagi...dan masalah ini, aku yang akan bertanggung jawab " seseorang tiba tiba memotong kata kata sang kepala rektor.
Pak Gunwan dan semua orang sontak menoleh dan menatap ke arah sumber suara.
" tuan Ricky....ini kasus kekerasan dan penganiayaan. Ini masalah yang serius " kata pak Gunawan.
Ricky yang ternyata adalah sang pemilik suara menatap sejenak pak Gunawan.
Tapi kemudian ia beralih menatap seorang pria yang juga duduk di sana tapi Maura tak mengenalnya.
" tuan Lewis.....saya akan bertanggung jawab terhadap putri anda,
Masalah ini...cukup sampai di sini " suara Ricky terdengar tegas dan mengintimidasi sosok itu. Dan tahulah Maura kini, jika laki laki baya itu adalah ayah dari Clara.
Yang pastinya, dia juga ayah dari Crist.
William Wilson Lewis.
" tuan Ricky saya.... " seseorang yang di tatap Ricky bersuara tergagap.
" masalahmu....aku tahu,
Jangan khawatir, aku tidak akan menutup mata, meski putramu telah mengecewakan putriku.
Tapi aku tidak akan mempermasalahkannya.
Ku anggap itu bukan masalah yang serius.... " lanjut Ricky lagi.
Dan paham dengan apa yang di ucapkan oleh seorang Ricky Ananta,
William sadar....
Target telah masuk ke dalam perangkap, walau itu di luar skenarionya..
Tapi pada akhirnya, Pria baya berwajah asing itu pun menganggukkan kepalanya.
Selanjutnya, ia menoleh dan kembali menatap kepada sang kepala rektor.
" pak Gunawan, kami akan menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan " kata William kemudian.
serrraaaangngng....🔫🔫🗡️🗡️💣💣
btw, majikanmu masih hidup jadi perjuangin... kalau perlu minta tolong sama kakek nenek Maura. mereka kayaknya udah mulai sayang sama Maura.
biar Ricky nyesel udah nyia-nyiain anak kandung sendiri demi anak orang.
anak yang kata-katain anak pelacur malah anak gadis baik-baik. justru yang dianggap istri yang baik malah seorang wanita murhn