Alden adalah seorang anak yang sering diintimidasi oleh teman-teman nakalnya di sekolah dan diabaikan oleh orang tua serta kedua kakaknya. Dia dibuang oleh keluarganya ke sebuah kota yang terkenal sebagai sarang kejahatan.
Kota tersebut sangat kacau dan di luar jangkauan hukum. Di sana, Alden berusaha mencari makna hidup, menemukan keluarga baru, dan menghadapi berbagai geng kriminal dengan bantuan sebuah sistem yang membuatnya semakin kuat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21 Penghancur anak baru
Di sisi lain, Revan berjalan terburu-buru diikuti oleh Rio yang di belakangnya; emosinya masih menggebu-gebu setelah tadi dihentikan paksa oleh Elara.
Jika bukan karena kekuatan di balik wanita itu, Revan mungkin sudah lama ingin menjambak Elara.
"Revan, tenanglah," ucap Rio yang mulai tertinggal karena sahabatnya itu yang berjalan terlalu cepat. Namun, Revan tidak menghiraukannya hingga tanpa sengaja dirinya menabrak seseorang bertubuh besar.
"Perhatikan langkahmu, dasar brengsek!" bentak pria itu. Ia berbalik kemudian melihat Revan dengan tatapan meremehkan. "Wah wah wah, aku kira siapa ternyata idola kelas 2 yang posisinya tergeser oleh murid baru."
"Carlos," ucap Revan menatap pria itu. Ia menunjukkan tanda-tanda permusuhan namun tidak berniat membuat masalah.
Carlos, atau yang lebih dikenal dengan julukan Penghancur Siswa Baru, seperti julukannya, sangat senang bermain-main dengan murid baru hingga mereka menjadi trauma.
Tujuannya hanya satu, yaitu untuk menunjukkan kekuasaannya di tempat itu. Dia adalah salah satu orang yang tidak boleh disinggung sembarangan. Namun, yang menjadikan Carlos lebih ditakuti adalah karena dia menjadi bagian dari geng Viper.
"Ah, aku jadi ingin bermain dengan murid baru itu."
Carlos menunjukkan ketertarikannya terhadap Alden bukan hanya karena dia murid baru tetapi karena rumor mengenainya yang telah menyebar luas.
"Dia adalah mangsaku. Kau pikir bisa berbuat semaumu?" kata Revan tegas. Ia tidak ingin dendamnya diganggu oleh orang lain.
Carlos tersenyum sinis sambil memegang pundak Revan sebelum meremasnya perlahan-lahan, "Aku bermain dengan siapapun yang kumau, atau apa kau ingin menghentikanku?" ucapnya penuh ancaman.
Revan merasakan rasa sakit yang diberikan Carlos pada pundaknya, dan meskipun amarahnya ingin meledak, dia tahu bahwa menghadapi Carlos secara langsung bukanlah keputusan yang baik. Carlos terkenal dengan ketidakstabilan emosinya dan kekuatan fisik yang jauh melampaui kebanyakan siswa di sekolah itu.
Sulit baginya menahan rasa frustrasi ketika posisinya terusik, tetapi dia tahu, bermain aman lebih baik saat ini.
"Baiklah, lakukan sesukamu," kata Revan pasrah.
Carlos tersenyum puas dan melepaskan cengkeramannya. "Bagus, jaga dirimu baik-baik, Revan. Aku akan bertemu dengan murid baru itu segera," ucapnya sebelum berbalik meninggalkan Revan dan Rio.
Revan menghela napas berat setelah Carlos pergi. Dia merasa terhina karena harus menyerah, tetapi ia tahu batas kekuatannya sendiri.
Rio, yang berdiri di sampingnya, menepuk bahunya pelan. "Sekarang murid baru itu akan menghadapi kesulitan," katanya dengan nada prihatin.
Di sisi lain, Alden sedang berjalan di lorong sekolah, mencoba untuk memetakan setiap sudut sekolah di kepalanya. Ia mendapat informasi dari Leon jika eksekutif ke-3 juga seorang siswa, namun ia tidak tahu seperti apa penampilannya.
Seorang pria besar tiba-tiba berdiri di tengah lorong, menghalangi pandangan dan jalan Alden. Ia melihat perawakan pria itu yang tampak garang dan mengintimidasi, dia adalah Carlos.
Senyum lebar yang tampak tidak ikhlas terpampang di wajah Carlos ketika dia berjalan mendekati Alden dengan langkah yang santai namun menakutkan.
Aura mengancam yang melingkupi pria itu cukup untuk membuat siswa-siswa lain yang berpapasan segera menjauh, memberikan ruang pada Carlos untuk menjalankan rencana yang sudah jelas dari tatapan matanya.
"Aku dengar banyak hal tentangmu," ucap Carlos dengan suara rendah penuh naluri predator.
Alden, meskipun merasakan kehadiran ancaman yang nyata, hanya menatap Carlos dengan pandangan yang tenang dan waspada.
Dia tahu sosok seperti Carlos adalah orang yang biasa mendapatkan kehormatan lewat menakut-nakuti.
“Begitu cepat gosip menyebar di sini,” jawab Alden singkat, mencoba menunjukkan bahwa dia tidak terkesan dengan gertakan kosong.
Carlos tersenyum miring, mendekat lebih dekat hingga jarak antara mereka hampir tak ada. “Kau mungkin menarik banyak perhatian, tetapi ada aturan di sini. Dan bagian terbesar dari aturan itu adalah aku.”
Alden mengangkat satu alis, menilai situasi. Jelas, ini bukan sekadar pertemuan iseng. Carlos ingin menegaskan dominasinya dan mengingatkan Alden bahwa statusnya sebagai murid baru tidak berarti dia bisa langsung melenggang dengan tenang di sekolah itu.
"Jadi?" Alden menanggapi dengan suara tenang, menantang tanpa terlihat putus asa. “Apa yang kau inginkan?”
"Ini yang ingin kulakukan." Carlos memegang pundak Alden, lalu menekannya ke bawah dengan perlahan. Ia berniat untuk membuat Alden berlutut. Namun tanpa diduga, Alden masih berdiri kokoh.
Carlos sedikit terkejut melihat Alden menolak untuk tunduk dan tidak bergeming sedikit pun. Meskipun postur tubuhnya jauh lebih besar dan kuat, kekuatan Alden tampaknya setara dengannya, atau bahkan lebih.
"Menarik," gumam Carlos dengan senyum yang semakin lebar, "Kau lebih kuat dari yang kuduga."
"Aku tidak sedang mencari masalah. Tapi jangan berpikir aku akan membiarkan diriku diinjak."
Alden membalas sikap Carlos. Dengan satu tangan, ia memegang kepala pria besar itu sebelum membantingnya ke lantai. Tabrakan besar terjadi hingga membuat lantai hancur dan kaca lorong bergetar.
Semua pasang mata yang melihat tampak melotot tak percaya jika Carlos yang reputasinya terkenal kejam di tempat itu dapat dikalahkan dengan mudah oleh murid baru.
Alden merapikan kerah bajunya yang sedikit kusut sebelum berjalan membelah kerumunan murid dengan santai.
Dalam pikirannya, gebrakan besar barusan pasti akan membuat eksekutif ke-3 keluar menampakan wujudnya. Jadi Alden hanya tinggal menunggu mangsa masuk ke jebakannya.
Kehadiran Alden yang mampu menjatuhkan Carlos, orang yang paling ditakuti di sekolah, menjadi berita yang dengan cepat menyebar menggemparkan.
Kejadian itu seolah menjadi pembuka mata bagi para siswa yang sebelumnya menganggap Alden sebagai anak baru yang bisa dipermainkan.
Banyak siswa penasaran ingin mengetahui lebih dalam siapa Alden sebenarnya. Seperti apa latar belakangnya dan bagaimana dia bisa memiliki keberanian dan kekuatan semacam itu, menjadi pertanyaan yang beredar di benak mereka.
Sementara itu, Revan yang menyaksikan kejadian tersebut dari jauh hanya bisa mengelus dada, merasakan ketidaksenangan yang terus menggerogoti batinnya.
Rio, di sisi lain, merasa terkejut dan cemas melihat kemampuan Alden yang ternyata jauh melampaui perkiraannya.
Di sebuah ruangan yang nampak seperti gudang, terlihat Carlos dengan tubuh babak belur dan kondisi tangan terikat.
Puluhan orang memenuhi gudang dengan cahaya remang-remang itu; mereka semua menatap Carlos dengan tatapan menjijikkan karena kalah dengan memalukan.
"Bos, tolong maafkan aku. Aku pasti akan memperbaiki reputasiku dengan menghajar anak itu!" rintih Carlos dengan tubuh gemetaran. Ia merasa kekalahannya hanya karena dia lengah.
Orang yang Carlos panggil bos duduk di sebuah kursi dengan satu kaki menyilang. Ia menatap Carlos dengan tatapan dingin, seolah melihat seonggok sampah.
"Diamlah. Kau bukan hanya kalah dari murid baru itu, tapi juga mempermalukan geng Viper. Aku tidak bisa membiarkannya," ucapnya dingin.
Dirinya adalah sosok yang paling ditakuti di sekolah, kehadirannya saja seolah seperti tsunami yang bisa menghancurkan gedung pencakar langit.
Pria itu adalah eksekutif ke-3 Viper, Elvario!