Nayla, seorang gadis sederhana dengan mimpi besar, tak pernah menyangka hidupnya akan berubah drastis setelah menerima lamaran dari Arga, seorang pria tampan dan sukses namun dikelilingi rumor miring—katanya, ia impoten. Di tengah desakan keluarganya untuk menerima lamaran itu demi masa depan yang lebih baik, Nayla terjebak dalam pernikahan yang dipenuhi misteri dan tanda tanya.
Awalnya, Nayla merasa takut dan canggung. Bagaimana mungkin ia menjalani hidup dengan pria yang dikabarkan tak mampu menjadi suami seutuhnya? Namun, Arga ternyata berbeda dari bayangannya. Di balik sikap dinginnya, ia menyimpan luka masa lalu yang perlahan terbuka di hadapan Nayla.
Saat cinta mulai tumbuh di antara mereka, Nayla menyadari bahwa rumor hanyalah sebagian kecil dari kebenaran. Tetapi, ketika masa lalu Arga kembali menghantui mereka dalam wujud seseorang yang membawa rahasia besar, Nayla dihadapkan pada pilihan sulit, bertahan di pernikahan ini atau meninggalkan sang suami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rose.rossie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Ketegangan merayap di udara saat Arga memegang kotak kecil itu. Dia memutar kotak itu di tangannya, mencoba mencari petunjuk, tapi yang dia dapatkan hanya rasa gelisah yang semakin menumpuk. Di dekatnya, Nayla bersandar di dinding dengan tangan terlipat, menatapnya tanpa suara.
“Kau mau buka sekarang atau mau tunggu sampai kotak ini berubah jadi harta karun?” ucap Nayla akhirnya, memecah keheningan.
Arga meliriknya sekilas. “Kau yakin ini bukan semacam jebakan?”
“Arga, itu kotak kecil. Apa yang paling buruk yang bisa terjadi? Kecuali kalau isinya adalah tagihan kartu kreditmu yang belum dibayar.”
Arga mendengus, meskipun dia tahu lelucon itu hanya setengah benar. Dengan hati-hati, dia membuka kotak itu. Di dalamnya, selembar kertas dilipat rapi. Dia mengambilnya dan membaca tulisan tangan di atasnya, "Lepaskan Clara atau aku akan menyebarkan rahasiamu."
Nayla mengangkat alis. “Oh, ini baru menarik. Siapa pun yang menulis ini, dia benar-benar tahu caranya membuat drama.”
Arga mendesah keras, melipat kertas itu kembali. “Ini mulai melelahkan.”
“Aku setuju,” balas Nayla. “Tapi pertanyaannya, rahasia apa yang mereka maksud? Apa kau punya sesuatu yang belum kau ceritakan padaku, Tuan Suami?”
Arga menatapnya lama sebelum akhirnya menjawab, “Kalau aku punya rahasia sebesar itu, aku pasti sudah mengungkapkannya sebelum menikah denganmu. Percayalah, kau lebih menakutkan daripada siapa pun yang menulis ini.”
---
Beberapa jam kemudian, Arga menemukan dirinya berdiri di depan rumah Raka. Sebenarnya, dia lebih memilih untuk tidak melibatkan pria itu lagi, tapi situasi ini terlalu aneh untuk diabaikan.
Pintu terbuka, dan wajah Raka muncul. Dia terlihat bingung, tapi juga sedikit penasaran.
“Arga? Apa yang kau lakukan di sini?”
“Aku hanya ingin bertanya sesuatu,” jawab Arga langsung, tanpa basa-basi.
Raka menyilangkan tangan di dada, menatapnya dengan ekspresi serius. “Baiklah. Apa yang kau ingin tahu?”
“Apakah kau mengirim kotak kecil ke rumahku? Dengan pesan tentang Clara dan—”
Raka mengangkat tangan, menghentikannya. “Tunggu. Clara? Kau pikir aku masih peduli pada perempuan itu?”
Arga terdiam, sedikit terkejut dengan nada tajam Raka.
“Aku sudah selesai dengan Clara sejak terakhir kali aku melihatnya mencoba memanipulasiku,” lanjut Raka. “Kalau aku mau balas dendam, aku tidak akan mengirim kotak kecil dengan pesan murahan. Aku punya lebih banyak gaya daripada itu.”
Malam itu, Arga kembali ke rumah dengan pikiran yang sedikit lebih tenang. Namun, begitu dia masuk ke dalam, dia menemukan Nayla duduk di sofa dengan ekspresi curiga.
“Jadi?” tanyanya, tanpa memberi Arga waktu untuk duduk.
“Raka bukan pelakunya,” jawab Arga.
Nayla memiringkan kepala. “Bagaimana kau bisa yakin? Apa dia bersumpah dengan darah?”
“Tidak,” balas Arga sambil tersenyum tipis. “Tapi dia lebih peduli pada reputasinya daripada Clara. Kalau dia mau menyerangku, dia akan melakukannya dengan cara yang lebih elegan.”
Nayla terdiam sesaat, lalu berkata, “Oke, kalau begitu, siapa yang mengirim kotak itu? Karena aku mulai merasa kita seperti berada di film thriller yang terlalu panjang.”
Arga duduk di sebelahnya, menatapnya dalam-dalam. “Aku tidak tahu, tapi aku janji, aku tidak akan membiarkan apa pun atau siapa pun menyakitimu.”
Nayla tertawa kecil, meskipun matanya sedikit berkaca-kaca. “Kau tahu, kalau kau lebih sering berkata seperti itu, aku mungkin akan lupa betapa keras kepalamu.”
“Kalau begitu, aku harus mencoba lebih sering,” balas Arga sambil tersenyum.
---
Beberapa hari berlalu, dan meskipun situasi mereka tidak sepenuhnya tenang, Nayla mulai melihat sisi lain dari Arga. Dia mungkin tidak selalu pandai mengekspresikan perasaannya dengan kata-kata, tapi tindakannya berbicara banyak.
Seperti saat dia tiba-tiba membawa bunga ke rumah tanpa alasan, atau ketika dia dengan sabar mendengarkan cerita Nayla tentang hari-harinya tanpa memotongnya sekali pun.
“Apa yang terjadi padamu, Arga?” tanya Nayla suatu malam.
“Apa maksudmu?”
“Kau jadi romantis. Itu menakutkan.”
Arga tertawa kecil. “Mungkin aku hanya ingin memastikan kau tahu betapa pentingnya kau bagiku.”
Nayla menggelengkan kepala, meskipun senyum kecil muncul di wajahnya. “Baiklah, Tuan Romantis. Tapi jangan pikir aku akan membiarkanmu lolos begitu saja kalau kau membuat masalah lagi.”
“Setuju,” jawab Arga dengan nada serius.
Namun, momen manis itu tidak bertahan lama. Beberapa hari kemudian, sebuah paket besar tiba di rumah mereka. Di dalamnya, ada setumpuk foto yang membuat darah Arga mendidih.
Di setiap foto, terlihat Nayla dan Arga dalam berbagai momen kebersamaan mereka. Tapi di salah satu foto, ada tulisan besar di atasnya, "Kebahagiaanmu hanya sementara."