Ricard Dirgantara, pelayan bar yang terpaksa menjadi suami pengganti seorang putri konglomerat, Evelyn Narendra.
Hinaan, cacian dan cemooh terus terlontar untuk Richard, termasuk dari istrinya sendiri. Gara-gara Richard, rencana pernikahan Velyn dengan kekasihnya harus kandas.
Tetapi siapa sangka, menantu yang dihina dan terus diremehkan itu ternyata seorang milyader yang juga memiliki kemampuan khusus. Hingga keadaan berbalik, semua bertekuk lutut di kakinya termasuk mertua yang selalu mencacinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sensen_se., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33 : SISI LAIN RICHARD
Velyn berdecak kesal, menghempaskan punggungnya pada sandaran mobil, menarik napas dalam-dalam dan mengeluarkannya perlahan. “Risiko suami tampan, baby face, humble, ya gitu. Harus stok sabar banyak-banyak,” gerutunya enggan memunculkan diri di sana. Hanya memerhatikan suaminya tengah berdebat serius dengan seorang wanita.
“Apa lagi?” seru Richard berkacak pinggang saat sudah berhadapan dengan Claudya.
“Mobil aku masih di sana! Serakah sekali kamu, mau ambil juga! Ingat ya, kalau usiamu genap 30 tahun dan belum memiliki keturunan, semua harta Dirgantara akan jatuh ke tangan mamaku! Dan kamu bersama kakek tua bangka itu aku tendang dari sini!” tegas wanita itu menunjuk wajah Richard.
Manik hitam kelam itu menyorot dengan tajam, menepis jari telunjuk Claudya. Sama sekali tidak terpengaruh dengan ancaman itu. Bibir tipis lelaki itu menyeringai, menoleh pada satpam rumahnya. “Keluarkan mobil sampah itu, Pak!” titahnya menunjuk dengan dagunya.
“Apa kamu bilang? Mobil sampah? Kamu itu yang sampah. Bisa-bisanya Papa mewariskan aset-aset utama sama anak pelakor kayak kamu!” sinis wanita itu mencebikkan bibirnya.
Dengan gerakan cepat Richard mencengkeram dagu Claudya dengan sangat kuat. Manik tajam itu bak ujung mata pisau yang siap mengoyak wajah wanita itu. “Ibuku bukan pelakor! Dia wanita yang paling dicintai oleh Papa. Dan jika kamu tahu kenyataannya, jangankan berbicara, menjajakkan kaki di tanah ini saja kamu pasti tidak akan berani!” geram Richard dengan gigi bergemeletuk. Tidak terima dengan penghinaan yang terlontar dari mulut wanita itu.
Kedua netra Velyn membulat sempurna melihat kemarahan Richard. Buru-buru ia turun dari mobil dan berlari menghampiri. Ia mendorong tubuh kekar sang suami, memeluknya dengan sangat erat. “Cad, sabar,” bisiknya terus berusaha mendorong sang suami.
“Claudya! Kamu dan ibumu bisa hidup tenang sampai sekarang atas kemurahan hati Mama dan Papa. Jika tidak, ibumu pasti sudah dipenjara dan kamu jadi anak terlantar!” sentak Richard dengan amarah membuncah.
Bagai petir yang menyambar di sore hari. Suara Richard menggetarkan gendang telinganya. Tubuh Claudya menegang, bibirnya sampai bergetar tidak mampu mengeluarkan kata-kata lagi. Dadanya naik turun dengan cepat, diiringi napas yang memburu.
“Cad, tenangin diri kamu,” sergah Velyn mendorong tubuh suaminya dengan sekuat tenaga. Mencengkeram tepi jas mahal Richard begitu kuat, tubuh mereka berimpitan tak berjarak.
Emosi yang membuncah membuat Richard gelap mata. Andai tidak ada hukum di negaranya, lelaki itu sudah mencekik leher Claudya sampai kehabisan napas. Atau mungkin dirobek mulutnya. Deru napas Richard memburu, tangannya mengepal kuat. Wajahnya memerah disertai gigi yang bergemeletuk.
“Ayo masuk,” ajak Velyn memaksa, sungguh ia ketakutan melihat sisi lain Richard seperti ini. Khawatir jika pria itu tidak bisa mengontrol emosinya.
“Pak, tolong bawa masuk mobil Richard. Lalu tutup gerbangnya,” pintanya pada satpam yang sudah berhasil membawa mobil Claudya keluar.
Claudya tersadar dari lamunan, “Heh! Siapa kamu berani mengatur-atur?!” sentaknya melangkah panjang dan hendak menjambak rambut Velyn.
Dengan sigap Richard menarik Velyn ke belakang punggungnya. Tubuh kekarnya menjadi tameng untuk sang istri. “Berani menyentuh istriku seujung rambut? Aku patahkan jari-jari tanganmu!” ancam Richard dengan geraman yang menyeramkan. “Pergi sebelum aku hilang kendali!” sambungnya menunduk, menatap Claudya dengan sengit.
Merasa lemah dan tidak punya pendukung, Claudya memilih mundur terlebih dahulu. Ia pulang dengan membawa segudang pertanyaan yang berputar di kepalanya. Meski masih tidak terima dengan pernyataan Richard.
Richard memeluk pinggang istrinya, membawa masuk ke rumah meninggalkan mobilnya yang dipasrahkan pada satpam.
Velyn sendiri memeluk erat lelakinya, di mana detak jantung Richard yang antah berantah terdengar jelas di telinganya. Terkejut, Velyn sungguh terkejut. Dia yang terbiasa melihat kelembutan Richard, tersentak akan serigala yang terbangun dari diri pria itu.
“Langsung ke kamar ya,” ajak Richard yang hanya dibalas anggukan oleh Velyn.
Sesampainya di kamar, Richard langsung menangkup kedua pipi istrinya. Menatap lekat wajah yang memucat itu. “Maaf, kamu terkejut ya,” ujarnya.
Velyn mengangguk pelan, menelan salivanya gugup dengan tatapan nanar. Richard menghela napas panjang, menarik wanita itu ke dalam pelukannya. “Maaf ya,” tambahnya mengecup kening Velyn bertubi-tubi.
...\=\=\=000\=\=\=
...
Claudya mengempaskan pintu mobil begitu kuat. Ia melenggang penuh amarah memasuki rumahnya. “Mama! Ma!” teriaknya mengudara di seluruh penjuru rumah.
“Ada apa sih, Dy? Ngapain teriak-teriak gitu? Habis ketempelan apa gimana?” sambut Laura—wanita separuh baya yang menghampirinya.
“Ma, apa Mama tahu kalau Richard sudah menikah?” tanya gadis itu menggebu-gebu.
Kening Laura mengernyit, raut wajahnya tampak terkejut, “Apa? Menikah? Kapan? Jangan ngaco deh kamu. Tidak ada kabar sama sekali. Dia saja baru kembali entah dari mana!” cecar Laura seolah tak percaya.
“Serius, Ma. Tadi aku melabraknya ke rumah. Dan ada wanita yang melerai kami. Richard bahkan mengancam aku kalau berani menyentuh wanita yang diakui istrinya itu!” seru Claudya menggebu-gebu.
Terdiam sejenak, mencoba mengingat-ingat. Apa mungkin ia melewatkan kabar paling penting itu. “Ah, ini nggak mungkin. Paling Cuma akal-akalan Richard biar namanya enggak dihapus jadi ahli waris!” ketus Laura menghela napas panjang.
“Tuh ‘kan? Aku juga sempet mikir gitu, Ma! Kita harus selidiki, Ma!”
“Jangan sekarang, Dy. Kamu ini selalu gegabah. Kalau dia udah pulang, kita nggak bisa seenaknya keluar masuk ke kediaman Dirgantara!” Kedua wanita beda generasi itu saling pandang. Lalu tersenyum menyeringai ketika isi otak mereka sama.
Bersambung~
semoga sehat selalu 🤗🤗🤗
ck.. ck.. ck..
Malunya gak akan abis tujuh turunan..
Sulit buat Velyn.. makin cinta dech.. /Heart//Heart/
aq kasih bunga sama Vote
Mana panas pula lihat Stevy dah masuk mobil Delon