Arabella harus menelan kekecewaan dan pahitnya kenyataan saat dirinya mengetahui jika pria yang selama dua tahun ini menjadi kekasihnya akan bertunangan dan menikah dengan wanita yang sudah dijodohkan dengan pria itu.
Arabella pikir dirinyalah wanita satu-satunya yang dicintai pria itu, tapi ternyata dirinya hanyalah sebagai pelampiasan selama wanita yang dijodohkan berada di luar negeri.
"Bagaimana jika aku hamil? apa kau memilih ku dan membatalkan perjodohan mu?"
"Aku tidak mungkin mengecewakan kelaurga ku Ara."
Jawaban Maher cukup membuat hati Arabella seperti ditikam benda tajam tak kasat mata. Sakit, terlalu sakit sampai dirinya lupa bagaimana melupakan rasa sakit itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak akan menyerah
Samuel menarik koper menuju tempat pengecekan tiket pesawat, keduanya sudah berada di bandara untuk melakukan perjalanan pulang ke kota tempat tinggal.
"Kamu kenapa?" tanya Samuel yang melihat Arabella beberapa kali menoleh kebelakang.
"Entahlah, aku hanya merasa sesuatu yang aneh saja." Arabella sendiri tidak tahu apa yang sedang dia rasakan, wanita itu hanya merasa aneh dengan perasaanya tapi dirinya sendiri tidak tahu pasti.
"Ya sudah ayo." Samuel menarik tangan Arabella setelah pengecekan selesai, mereka hanya tinggal menunggu panggilan keberangkatan.
Hotel..
"Atas nama nona Arabella sudah cek-out tiga puluh menit yang lalu pak,"Ucap resepsionis wanita.
Tyo mengusap wajahnya kasar, "Apa kalian tahu mereka akan pergi kemana?" Meksipun sudah pasti tidak mendapat jawaban, tapi Tyo tetap bertanya.
"Maaf kami tidak tahu."
Dengan terpaksa Tyo harus menuju bandara untuk menyusul Arabella, semoga saja masih bisa bertemu.
Maher memanggil nama Arabella saat pria itu sadar, Arabella yang selalu Maher panggil membuat mereka tidak tega membiarkan Maher semakin terpuruk.
Sepanjang perjalanan menuju bandara Tyo kerap kali mendapat umpatan dari pengguna jalan lainnya, karena cara mengemudinya yang sedikit ekstrim.
Perjalanan yang harusnya di tempuh tiga puluh menit, kini hanya menjadi dua puluh menit kalau dalam keadaan urgen seperti ini. Tyo langsung keluar dari mobil dengan tergesa pria itu menerobos masuk di antara banyak orang.
Tak lama Tyo mendengar panggilan pesawat yang akan segera lepas landas membuat Tyo hanya bisa menghela napas pasrah.
Kakinya bertumpu diatas kedua lututnya dengan tubuh membungkuk, dirinya sudah melakukan semaksimal mungkin tapi tetap saja tidak bisa bertemu dengan Arabella.
Dirumah sakit Husada kota..
Maher duduk bersandar di atas ranjang dengan leher yang terdapat gift, tidak bayak yang bisa pria itu lakukan dengan keadaannya.
Setelah menjalani operasi pada kakinya kini kondisi Maher sudah stabil.
"Kenapa kamu bisa begini? apa kamu tidak ingin menebus kesalahan mu," Disya berucap dengan wajah sendu, putranya ini sering kali di ambang kematian, Maher sudah seperti dikelilingi malaikat pencabut nyawa.
"Dia sudah punya pria lain Mah," Lirih Maher dengan kedua mata berkaca-kaca.
Jika mengingat Arabella hatinya begitu sakit sampai suasana hatinya ikut sedih.
Disya menyentuh tangan putranya, wanita yang sudah mengandungnya dan menyayanginya itu tidak tahan dengan air matanya yang menggenang.
"Kamu tidak ingin melihat putrimu, apa kamu tidak penasaran dengan wajahnya? dia sangat cantik persis seperti kamu dan Ara." Disya mengusap air pipinya, menangis sesenggukan,"Mama pikir kamu akan meminta Maaf saat bertemu dengannya, kamu akan menyesali apa yang sudah kamu perbuat, tapi yang Mama lihat kamu justru larut dalam penyesalan dan kesedihan sampai membuatmu seperti ini."
Maher memejamkan matanya, seketika air matanya menetes dengan dada yang terasa begitu sesak, bayangan Arabella menangis dalam kebahagiaan, Arabella yang begitu kuat dan tegar dengan apa yang sudah wanita itu lalui.
Lalu, bagaimana dengan dirinya yang larut dalam penyesalan dan takut akan penolakan.
Maher tidak setegar itu untuk hatinya, dia begitu mencintai Arabella sampai membuatnya tidak berani mendekati karena kesalahannya yang tidak akan bisa di maafkan begitu mudah.
"Semua butuh perjuangan Maher, kamu harus membuktikan jika kamu benar-benar menyesal dengan apa yang sudah kamu lakukan." Ultimatum Mamanya membuat Maher sedikit membuka pikirannya.
Yang dikatakan Mamanya benar, dia harus berjuang untuk mendapatkan maaf lebih dulu, selebihnya dia akan berusaha mengejar kembali wanita yang ia cintai.
"Maaf Ara, kali ini aku tidak akan menyerah." Ucapnya dalam hati.
"Ingatlah, sebelum janur kuning melengkung, Ara masih bisa kamu tikung." Pelopor Disya untuk putranya.
*
*
...Tinggalkan jejak kalian sayang 😘💗...