Kisah seorang murid yang menjadikan gurunya sebagai inspirasi terbesar nya. Terjadi di dunia modern, yang semuanya serba ada namun serba sulit banyak kekurangan.
Murid yang selalu berusaha mencari perhatian sang guru. Dengan kemampuan aneh yang dimilikinya. Dan bagaimanakah kisah kelanjutannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febby Sadin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Belum Mendapatkan Jawaban
Kelima murid, Rangga, Fandi, Hasbi, Bara dan Bintang berjalan berjajaran memenuhi kampung Idiom, serasa bila ada orang hendak lewat berpapasan dengan mereka, rasanya tak muat jalan tersebut.
Sesampainya di depan rumah Bu Fastaqima, tepatnya di rumah dimana mereka kini status nya sedang mondok disana, mereka terheran heran.
"Sejak kapan ada tenda hajatan sih? Emang mau ada acara apa?" tanya Bintang, pada diri sendiri.
Tak luput pula yang lainnya juga berpikiran yang sama. "Iya ya... Kok bisa sih kita ini kayak kesirep gitu loh." ucap Rangga.
"Apa itu kesirep?!" Fandi, Bara, Hasbi dan Bintang bertanya bersamaan kepada Rangga.
Sedangkan seketika Rangga langsung menjawab dengan tegas, "Kayak terhipnotis gitu loh rek! Gimana kalian ini! Orang Jawa kok gak tau istilah Jawa." ucap Rangga.
"Kita kan bukan orang Jawa." sahut Bara.
"Kita orang Madras!" jawab mereka berempat secara kompak.
Tak lama kemudian Bu Fastaqima keluar dari dalam rumah memecah perdebatan mereka berlima. "Anak-anak kalian ngapain masih di luar? Segera masuk! Dan tolong bantu Bu guru untuk beres-beres acara nanti malam." ucap Bu Fastaqima.
"Emangnya ada acara apa sih Bu?" tanya Fandi memberanikan diri.
"Loh, kalian kemana aja emangnya? Kalian kan memang sudah bantuin Bu guru dari tadi bangun subuh.... Ayo sekarang bantuin lagi, semangat ya, walaupun baru datang sekolah." ucap Bu Fastaqima.
Semakin bingung lah kelima murid itu, karena disaat yang bersamaan mereka masih belum mendapatkan jawabannya.
Malah mereka mendapatkan pertanyaan tambahan. "Kok kita bantuin Bu Fastaqima dari tadi subuh? Lalu sebelum sekolah tadi maksudnya kita ada di rumah Bu Fastaqima?" bisik Hasbi kepada keempat temannya.
"Entahlah." jawab mereka berempat kemudian.
"Yaudah yuk masuk aja dan bantuin Bu Fastaqima, beliau udah minta tolong." ucap Bintang dengan bijak, membuyarkan segala perdebatan tentang apa yang menjadi pertanyaan mereka.
Waktu pun berlalu, kini mereka tidak lagi terjadi waktu dan hal aneh. Mereka berlima benar-benar sedang berada di rumah Bu Fastaqima sebagai santri mondok dan sedang membantu Bu Fastaqima dalam persiapan acara Yasinan rutin setiap malam Jum'at. Yang diundang diacara itu adalah pengajian laki-laki. Maka mereka berlima pun sangat sibuk saat itu. Sehingga saat itu juga ingatan mereka tentang apa yang menjadi pertanyaan mereka pun telah terskip otomatis oleh waktu.
Malam hari pun telah tiba. Acara yasin rutinan telah usai. Waktunya untuk keluarga Bu Fastaqima yang selaku pemilik hajatan dengan dibantu santri pondok tak lain adalah kelima murid Bu Fastaqima untuk bersih-bersih pasca acara.
Mereka menggulung tikar yang telah di hampar, dan menyapu halaman, ada pula yang mencuci piring, ada yang membersihkan kotoran lainnya.
Seusai membantu bersih-bersih, mereka berlima pun dipersilahkan Naik ke kamar mereka, tempat mereka beristirahat di rumah pesantren itu. Sesampainya mereka di atas. Mereka pun langsung merebahkan tubuh masing-masing.
"Huh! akhirnya selesai juga!" ucap Bintang.
"Iya. Capek juga ya, ini pertama kalinya ada acara dan kita bantuin totalitas." ucap Bara. puitis sekali kata-katanya Bara.
"Ya betul, aku juga baru pertama ini bantuin acara bener bener Sampek selesai. Biasanya kalau ada dirumah gitu, bantuannya mungkin kalau ada acara ya bantuin doa hehe" ucap Fandi.
"Huh.... Gak heran lah kalau sama kamu!" sahut Rangga.
"Btw rek...." Bintang pun membuka percakapan, "Kita lanjut obrolan yang sempat terlupakan yuk!"
"Apa maksudnya?" tanya Hasbi.
"Loh kamu udah lupa ta? kita kan tadi mau nanya ke Bu Fastaqima apa yang sebenarnya terjadi pada kita. Tapi berhubung Bu Fastaqima repot, jadi terskip deh." ucap Bintang menjelaskan panjang lebar.
"Ah sudahlah, biarin aja. Apa yang tadinya terjadi pada kita anggap saja semua itu hanya ilusi. Karena gak jelas sejak kapan kita ada ditempat beda alam bagus lagi!" ucap Bara kemudian.
"Ya ya.... setuju! Biarin aja apa yang telah terjadi, terjadilah." ucap Rangga, menyetujui pendapat teman-teman nya itu.
...****************...
Keesokan harinya.
.
.
.