Genre : TimeTravel, Action, Adventure
Mo Lian. Seorang Kultivator terkuat di Alam Semesta.
Saat ia hendak naik ke Alam Selestial, Dao menolaknya karena di dalam hatinya terdapat penyesalan besar. Akhirnya pun Dao mengirimkannya kembali ke masa sekolahnya saat berusia 18 tahun.
"Kali ini aku harus berkultivasi secara perlahan sembari membalaskan semua dendam yang ada! Hingga tidak lagi meninggalkan penyesalan maupun rasa bersalah, yang mana dapat membangun iblis hati!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenaKertas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 27 : Paviliun Baozang
Mo Lian langsung pergi menuju kamarnya sesaat setelah ia sampai di Mansion Bai Long. Ia membersihkan dirinya sekali lagi, serta mencuci bajunya yang terkena cipratan darah secara diam-diam. Dan untuk kepala Lu Hu Jin, ia telah menyembunyikannya di hutan yang tidak jauh dari tempat tinggalnya.
Setelah selesai membersihkan dirinya, ia turun ke lantai satu untuk menyantap makan malam bersama kedua orang yang disayanginya. Kemudian bersantai di ruang keluarga sembari menonton televisi.
"Selamat malam pemirsa. Mohon maaf karena mengganggu tayangan televisi Anda. Hari ini, tanggal 31 Maret 2020, pukul 15.20 terlihat manusia tengah terbang di atas Kota Chengdu. Gambar ini diambil oleh pejalan kaki yang berada di sekitar SMA 1 Chengdu, sekarang di SNS sudah banyak gambar yang serupa memenuhi linimasa. Jika gambar ini diperbesar, kami menemukan orang ini adalah seorang pelajar dari SMA 1 Chengdu."
"Berita selanjutnya. Gudang terbengkalai di Distrik A telah hangus terbakar pada pukul 16.00, untuk saat ini pihak kepolisian belum menemukan penyebab kebakaran yang pasti. Itu saja berita hari ini, saya Du Hongtian melaporkan."
"Pfftt." Mo Lian menyemburkan air minum di dalam minumnya ketika melihat gambar dirinya terpampang jelas di layar televisi. Tapi untungnya pada saat itu ia sempat menutupi kepalanya.
Su Jingmei menolehkan kepalanya melihat Mo Lian dan layar televisi secara bergantian. "Lian'er. Apakah itu kau yang terbang di atas kota?" tanyanya sembari memasukkan biskuit ke dalam mulutnya.
Mo Lian sedikit tersentak kaget dengan tubuh sedikit terangkat dari sofa. Ia menolehkan kepalanya ke sisi lain seraya menggaruk pipinya yang sedikit berkeringat. "Ma- Mana mungkin, Bu. Mu- Mungkin saja itu orang lain, haha haha," jawabnya tertawa canggung.
Su Jingmei mendekatkan wajahnya pada wajah Mo Lian dengan mata menyipit tajam. Kemudian ia menghela napas panjang. "Baiklah. Ibu tidak akan bertanya lagi, hanya saja Ibu berpesan. Jangan melakukan tindakan yang berbahaya."
"Baik." Mo Lian menganggukkan kepalanya.
Mo Fefei sendiri hanya terkekeh kecil saat melihat foto Kakaknya terpampang jelas di layar televisi.
Ketiganya terus menonton televisi sampai hari sudah memasuki jam malam. Ketiganya pun beranjak dari ruang tamu menuju kamar masing-masing.
Mo Lian masuk ke dalam kamar dan langsung merebahkan dirinya di atas tempat tidur tanpa melakukan apa-apa. Sampai akhirnya hari sudah memasuki tengah malam, dan hari sudah berganti besok.
Mo Lian bangkit dari tempat tidurnya, ia mengambil pakaian hitam pekat untuk menyembunyikan penampilannya. Setelah dirasa cukup, ia melompat keluar kamar, terbang menuju hutan untuk mengambil karung berisikan kepala Lu Hu Jin.
"Bau amisnya sangat menyengat." Mo Lian menolehkan kepalanya paksa karena tidak tanah dengan bau yang tercium.
Mo Lian menenangkan dirinya, kemudian melayang secara perlahan meninggalkan daratan, lalu terbang menjauh dari tanah menuju Kediaman Fang seraya membawa karung di tangan kanannya.
Puluhan menit terlewat dengan cepat, Mo Lian telah tiba di atas Kediaman Fang. Dengan santainya ia melempar karung berisikan kepala di depan pintu kediaman. Setelah itu ia merogoh kantung celananya, mengeluarkan Talisman Jaring Petir.
Mo Lian melemparkan Talisman itu tepat di langit dari Kediaman Fang. Kemudian membuat segel tangan dengan kecepatan yang dapat terlihat oleh mata, meski dapat mengaktifkan Talisman hanya dengan berucap, namun Mo Lian menambahkannya dengan segel tangan, ini guna memperkuat dampak yang ditimbulkan dari Talisman.
"Talisman Jaring Petir! Aktif!"
Talisman bercahaya biru terang, kemudian cahaya itu mengeluarkan kilatan petir yang mengurung seluruh kediaman seperti jaring laba-laba. Di setiap jaring itu muncul petir yang menyambar seluruh kediaman dengan ganasnya, pepohonan terbakar, atap rumah yang hancur berlubang, dan beberapa tembok rumah yang hancur.
Meski tidak hancur rata dengan tanah, namun ini sudah cukup mengerikan dan sudah rugi beberapa juta Yuan.
"Untuk sekarang cukup sampai di sini. Kalian akan terus menerima kesialan yang tak terduga, inilah akibatnya karena berani melukai keluargaku," ucap Mo Lian memandang kediaman yang telah hancur sebagian, kemudian berbalik kembali ke Puncak Gunung Emei.
***
Keesokan Harinya
Mo Lian berangkat ke sekolah seperti biasa tanpa memikirkan apapun. Dan untuk pengawal Keluarga Qin yang menjaga Mo Fefei, kini pengawalnya telah berganti, itu karena yang menjaga Mo Fefei sebelumnya mengalami luka parah karena bertarung dengan Lu Hu Jin.
Perihal kejadian kemarin juga telah Mo Lian jelaskan pada murid-muridnya. Ketika muridnya mendengar itu, sontak mereka terkejut dan mengkhawatirkan Mo Lian. Mo Lian yang dikhawatirkan hanya diam dan tersenyum, untuknya yang saat ini tidak ada yang perlu ditakutkan kecuali senjata berat dan rudal.
Saat Mo Lian berjalan menuju ruang kelas, banyak sekali percakapan antara siswa maupun guru mengenai manusia super yang terbang di atas kota. Mereka semua sangat penasaran tentang siapa orang ini, tapi tidak sedikit pula yang mengaku-ngaku sebagai orang ini, mau bagaimanapun orang yang terbang di atas kota berasal dari SMA 1 Chengdu. Jadi tidak ada yang aneh jika banyak yang membanggakan dirinya sebagai orang ini.
Mo Lian terus berjalan tanpa beban, ia melihat di depannya pria yang seumurannya dengannya. Berpakaian seragam sekolah, rambut pendek potongan rapi berwarna orange, dengan tindik di telinga kirinya. Di sebelah pria itu berdiri seorang wanita dengan tinggi berkisar 168 cm, memiliki rambut panjang berwarna hitam pekat dengan mata yang selaras.
Kedua orang itu adalah Long Bing dan Xia Fei.
Long Bing menatap tajam Mo Lian, saat keduanya berselisih jalan. Long Bing mendengus dingin menghina Mo Lian. "Heh! Bukankah ini Mo Lian, jagoan kita yang bertarung di depan SMA 2 dan menghajar Fang Tian," ucapnya dengan nada tinggi yang menarik perhatian semua orang.
Mo Lian menghentikan langkah kakinya, ia menolehkan kepalanya menatap tajam Long Bing. "Fang Tian? Maksudmu mayat? Apakah kau tidak membaca berita? Fang Tian telah mati!" balasnya sedikit berteriak.
Wajah Long Bing mengeras dengan urat-urat lehernya yang terlihat ketika mendengar Mo Lian menghina temannya. "Kau! Keluarga Fang tidak akan melepaskan mu karena telah menghajar Fang Tian."
Mo Lian hanya menggelengkan kepalanya dan kembali berjalan.
Xia Fei mengepalkan tangannya erat. "Mo Lian! Memangnya apa bagusnya jika kau bisa berkelahi! Kau hanyalah seorang yang miskin! Apa kau tahu? Malam ini aku dan Long Bing akan pergi ke Paviliun Baozang untuk mengikuti pelelangan!" ujarnya berteriak seraya menunjukkan jarinya ke arah Mo Lian.
"Paviliun Baozang? Pelelangan? Sepertinya aku harus menanyakan ini pada Keluarga Qin." Mo Lian bergumam tanpa menghentikan langkah kakinya.
Menurut arti nama yang digunakan untuk menamai Paviliun. Seharusnya Paviliun itu menyimpan barang-barang yang berharga, dan mungkin saja terdapat harta surga dan bumi.
Beberapa jam kemudian, bel terakhir berbunyi. Mo Lian keluar kelas menuju gerbang sekolah dan masuk ke dalam mobil yang sudah menunggunya, kemudian mobil berjalan menuju sekolah di mana Mo Fefei bersekolah.
Setelah menjemput Mo Fefei. Mobil kembali melaju menuju kediaman Mo Lian. Ketika Mobil berhenti di depan gerbang Mansion Bai Long, terlihat sebuah mobil mewah yang dikenali oleh Mo Lian, ya, mobil itu adalah mobil milik Qin Nian.
Mo Lian turun dari mobil dan langsung disambut oleh Qin Nian. "Salam, Master."
Mo Lian mengangguk kecil seraya sedikit menaikkan tangan kanannya untuk membalas salam. "Angkat kepalamu. Ada keperluan apa?" tanyanya langsung pada intinya.
Qin Nian mendongakkan kepalanya, kemudian menjawab, "Kakek menyuruhku untuk membawa Master malam ini datang ke Paviliun Baozang," jawabnya dengan suara merdu.
Mo Lian menundukkan kepalanya dengan tangan menyentuh dagu. "Paviliun Baozang. Bisa kau jelaskan lebih lanjut. Ah! Mari kita bicarakan ini di dalam," ucapnya memasuki kediaman dan diikuti oleh Qin Nian.
Beberapa menit kemudian, keduanya telah tiba di dalam ruang tamu. Mereka berdua duduk berhadapan dengan minuman di atas meja.
Qin Nian meneguk minuman di atas meja, kemudian meletakkannya kembali. "Paviliun Baozang adalah rumah lelang milik Keluarga Qin kam—" Belum sempat menyelesaikan perkataannya, ia menghentikan ucapannya karena dipotong oleh Mo Lian.
"Tunggu! Apakah keluarga kalian memiliki segalanya di Kota Chengdu?"
Mendengar itu, Qin Nian terdiam sejenak dengan mulut sedikit terbuka, kemudian terkekeh kecil. "Meski keluarga kami adalah Keluarga Militer. Namun kami juga membangun beberapa bisnis lainnya untuk membuat kedudukan keluarga kami di Kota Chengdu tetap terjaga. 70% saham dari Paviliun Baozang adalah milik kami, dan yang mengurusnya adalah orang lain."
Mo Lian menganggukkan kepalanya. "Lanjutkan," ucapnya meminta penjelasan.
"Ehem." Qin Nian berdehem. Ia menghela napas panjang, kemudian melanjutkan perkataannya, "Paviliun Baozang merupakan rumah lelang terbesar di Kota Chengdu. Kami melakukan pelelangan setiap tiga bulan sekali, barang-barangnya juga bermacam-macam, dan biasanya yang terendah berada di harga 100.000 Yuan ..."
"Untuk orang yang bisa memasuki Paviliun Baozang bukan sembarang orang. Paling tidak mereka harus memiliki Kartu Keanggotaan Paviliun Baozang dengan membayar 100.000 Yuan, dan itu pun merupakan anggota paling bawah. Dan cara kedua untuk masuk ke sana adalah melalui undangan."
Mo Lian kembali menganggukkan kepalanya sebagai balasan dari penjelasan itu. "Baiklah. Malam ini aku akan datang ke sana."
"Kalau begitu saya pamit dulu Master. Nanti jam 7 malam saya akan datang menjemput Master." Qin Nian beranjak dari tempat duduknya, ia membungkukkan badannya dengan menangkupkan kedua tangan memberi hormat pada Mo Lian.
Mo Lian sedikit menaikkan tangannya membalas salam itu, kemudian mengantarkan Qin Nian keluar gerbang.
"Semoga saja aku mendapatkan benda berharga."
...
***
*Bersambung...