Era kekacauan telah tiba. Ramalan penyihir ratusan tahun telah terwujud.
Sang Penjahat telah tiba untuk menuntut ketidakadilan.
Menantang dunia dan surga.
Saatnya kalian semua membuka mata dengan kemunculanku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Galih Pratama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengakuan.
Setelah semua ujian pendewasaan berakhir, Luo Yan dan Yuan Rui berjalan berdampingan menuju sebuah tempat yang sangat familiar bagi mereka. Sesampainya di atas sebuah jembatan megah, mereka berhenti untuk menikmati suasana.
"Tempat ini..." kata Yuan Rui, merasa nostalgia. Jembatan ini adalah tempat favoritnya saat ingin menyendiri, suatu tempat yang menyimpan banyak kenangan.
Jembatan itu sangat luas dan tinggi, menawarkan pemandangan air tenang yang mengalir di bawahnya. Angin sejuk berhembus lembut, membawa aroma segar yang menyegarkan jiwa. Ketika mereka melihat ke bawah, tampak perahu-perahu kecil berlayar, mengarungi sungai yang berkilau terkena sinar matahari. Lebih jauh ke depan, rumah-rumah penduduk berjejer rapi, menciptakan panorama indah penuh kehidupan.
Dikenal sebagai tempat paling romantis untuk sepasang kekasih, jembatan ini dijuluki Jembatan Cinta Abadi. Dulu kala, Luo Yan hampir menyatakan cintanya di sini.
"Aku memenangkan pertandingan pendewasaan," kata Luo Yan sambil tertawa bahagia, menghampiri Yuan Rui dengan langkah ringan.
"Sesuai perkataanmu, kau adalah orang yang akan mendapat hadiahnya," jawab Yuan Rui, namun ekspresinya datar. Dia merasa acuh tak acuh terhadap sikap santai Luo Yan yang selalu penuh percaya diri.
Yuan Rui merasakan betapa mengejutkan situasi sebelumnya—bagaimana mungkin Luo Yan bisa menyembunyikan kekuatannya? Tidak pernah teringat dalam ingatannya, suatu saat dia akan kalah bertanding melawan Luo Yan.
"Kalau begitu, ini adalah kesempatanku sekarang," Luo Yan melanjutkan dengan suara penuh tekad.
"Hm?" Yuan Rui memiringkan kepalanya, mencoba memahami maksudnya.
"Kumohon, bertunangan denganku!" Luo Yan berlutut, menghadirkan permohonan yang tak terduga.
Mendengar itu, wajah Yuan Rui langsung memerah, suhu tubuhnya meningkat dan jantungnya berdegup kencang. Dia tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.
Dalam dunia persilatan yang keras ini, untuk menjadi sosok yang hebat, seseorang harus menggenggam segala hal—melatih tubuh dan jiwa, bahkan mengorbankan semua yang dianggapnya penting. Mereka bisa saja mengabaikan janji demi mendekatkan diri kepada kekuatan sejati, caranya dengan berkhianat dan melahap orang lain.
"A-A-Apa yang barusan kau katakan?!" Yuan Rui menutup mulutnya, berusaha menekan suara bergetar di dadanya, berharap itu tidak terdengar oleh Luo Yan.
"Jalur di dunia beladiri ini dipenuhi dengan kesepian," ujar Luo Yan, menarik napas dalam-dalam dan merenung tentang masa lalu.
Nasib mereka yang mengejar kekuatan sejati telah menempatkan mereka dalam kesendirian. Luo Yan memahami hal ini lebih dalam; selama hampir satu abad, dia tidak pernah bisa bersama siapapun. Setiap saat dia menjalin ikatan, musuh di sekelilingnya selalu mengintai dan menyempitkan ruang geraknya. Luo Yan telah menciptakan banyak musuh di dalam perjalanan hidupnya.
"Aku ingin memiliki hubungan bersama denganmu," lanjut Luo Yan, tatapan tulusnya menembus relung hati Yuan Rui. Mereka saling berhadapan, Yuan Rui meremas dadanya, bertanya-tanya apa yang membuat Luo Yan menyukainya.
Yuan Rui perlahan membuka mulutnya untuk berbicara, tetapi tiba-tiba sebuah pikiran muncul dan menghentikannya. Dia teringat misinya—sebuah tugas mulia yang diberikan langsung oleh langit kepada dirinya.
"Aku mengerti, aku akan menjawabnya. Tapi... aku memiliki rahasia. Apakah kau bisa menanggungnya?" tanyanya, suaranya bergetar.
"Tentu saja," Luo Yan menjawab mantap.
"Kalau begitu, aku ingin bertemu denganmu di pertandingan turnamen nanti," ungkap Yuan Rui.
Mata Luo Yan melebar, terkejut.
Turnamen? Dalam ingatannya, Turnamen Naga adalah acara yang paling dekat dan segera berlangsung. Apakah Yuan Rui mengincarnya?
Dia teringat bahwa di masa lalu, Yuan Rui lah yang keluar sebagai juara di Turnamen Naga. Jika Luo Yan bisa bertemu dengannya di sana, apakah itu akan membuat dirinya diakui?
Apakah dia perlu berjuang untuk menjadi juara satu di turnamen bergengsi seluruh kekaisaran?
Luo Yan memejamkan matanya sejenak untuk berpikir. Apakah benar sesulit ini untuk bersama dengan seseorang yang sangat dicintainya?
Namun, Luo Yan menolak untuk menyerah. Dia bangkit dengan semangat menggebu, tertawa dengan suara baiknya. Dari balik jubahnya, ia mengeluarkan sesuatu yang berkilau, kemudian melemparkan benda itu ke arah Yuan Rui.
Yuan Rui segera menangkap benda tersebut. Saat dia memahami apa benda itu, matanya melebar penuh kejutan.