Sinopsis :
Viona, seorang wanita mandiri dan cerdas mendapati dirinya masuk ke tubuh siswi SMA yang manja dan sudah bersuami. Dia langsung mengetahui bahwa dirinya masuk ke tubuh Emilia Vivian. Suami Emilia orang terkaya dan berkuasa di kota bernama Agam Revandra Graha.
Awalnya kehidupan Emilia hanya berkutat pada Agam. Dirinya sering stres dan frustasi karena Agam tidak pernah mencintainya, padahal cintanya begitu besar pada Agam. Sekarang, dengan adanya jiwa Viona di tubuh Emilia, sikap Emilia berubah. Emilia sudah tidak tertarik lagi dengan suaminya. Emilia memilih mengurus kehidupan pribadinya dan berhenti mengemis cinta pada Agam. Perubahan sikap Emilia membuat Agam mulai tertarik padanya.
Emilia menjadi siswi popular yang banyak di taksir teman sekolahnya maupun pria lain, terlebih hanya orang tertentu yang tau kalau Emilia sudah bersuami. Hal itu membuat Agam semakin resah. Dengan berbagai cara, Agam akhirnya mendapatkan malam pertama Emilia yang sering kali Agam tolak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 13 : Nilai Sempurna
Tokoh Pendamping :
Sania Graha (55 tahun)
Ibu kandung Agam, ibu tiri Roy, istri pertama pemilik Graha Group. Sania sosok ibu yang keras kepala, ambisius dan tegas, tapi sebenarnya baik hati.
Mananta Graha (60 tahun)
Sosok ayah yang lemah. Telah lama koma di rumah sakit karena kehilangan istri simpanannya. Pemimpin yang bijaksana tapi sebagai suami dan ayah, dia sudah gagal.
***
Jam pertama hari ini adalah pelajaran seni musik. Hari ini guru yang mengajar di kelas 12 E meminta setiap murid memainkan sebuah musik dari seorang penyanyi terkenal menggunakan piano secara bergantian. Murid yang memainkan musik lagu dengan sempurna di beri nilai 100.
"Adinda nilainya 30," ucap guru. Adinda memasang wajah biasa saja karena gagal mendapat nilai tinggi. Murid kelas 12 E memang murid-murid dengan nilai dari belakang.
"Kalian semua di kelas 12 E kenapa sih? Tidak ada yang pintar? Dari dulu tidak pernah berubah, pantas nilai kalian kalah dari murid kelas lain," omel guru. "Emilia, sekarang giliran Kamu!" titah guru. Emilia pun berdiri dengan percaya diri.
Emilia duduk di depan piano. Mulai meletakan jemarinya di atas tuts-tuts piano, kemudian memainkannya.
Bukan hanya memainkan not lagu, Emilia bahkan menyanyi dengan suara yang lebih bagus dari suara penyanyi aslinya. Membuat guru dan teman-temannya menganga.
Saat lagu selesai, mereka tidak sadar bertepuk tangan, saking kagumnya.
"Terima kasih," ucap Emilia tersenyum bahagia. Dulu, dia hanya murid biasa yang senang bermain piano di ruang musik sekolah sendirian. Kemampuan itu bahkan pernah dia pakai untuk kerja paruh waktu di cafe. Dia tidak menyangka kembali ke masa muda dan mendapat tepuk tangan meriah dari teman-teman yang menyukai permainan musiknya.
"Emilia, nilainya 100," ucap guru.
"Emilia, Kamu baik-baik saja? Kemaren matematika dapat 100, hari ini pelajaran seni musik juga dapat 100. Kamu ternyata pintar? Aku pikir kita berdua sama-sama bodoh? Sejak SD kita selalu sekelas, dan selalu peringkat belakang," kata Adinda.
"Akhir-akhir ini Aku belajar, tidak mungkin Aku selalu bodoh. Aku ingin meraih cita-citaku, jadi harus banyak belajar."
"Aku dukung Kamu."
"Makasih, Adinda," ucap Emilia. Walau Adinda adalah sahabat Emilia asli, tapi Emilia sekarang bersyukur, dulu dia tidak punya teman satupun, sekarang punya, tentunya teman yang tulus.
"Emilia, Aku pastikan, sebelum Aku keluar dari tubuhmu, Aku harus puas melakukan yang belum pernah ku lakukan dulu," batin Emilia.
Emilia yang tiba-tiba pintar menjadi bahan obrolan para guru di sekolah. Hal itu sampai di telinga semua murid. Mereka seakan tak percaya.
Ibu Agam, Sania Graha, sebagai ketua yayasan sekolah Bima Sakti juga mendengar berita itu.
"Menantu ku memang hebat," puji Sania. Dia sedang mengobrol dengan kepala SMA Bima Sakti.
"Apa perlu dia kami pindahkan ke kelas 12 A, Bu Sania?" tawar kepala sekolah.
"Tidak perlu, lagi pula hanya tinggal beberapa bulan lagi dia akan lulus. Aku tidak ingin membebaninya dengan banyak pelajaran. Dia hanya harus fokus dalam satu hal, memberikan Graha Group keturunan, alias cucu untukku."
"Baik, Bu Sania."
"Terima kasih informasinya Pak Kepala Sekolah, Anda boleh keluar!" titah Sania. Kepala Sekolah pun keluar dari ruangan ketua yayasan.
Sania senang bukan main. Tidak salah dia memilih Emilia sebagai menantu. Secara sifat mereka sama, berpendirian tetap, gigih dan tidak mudah menyerah, kelemahan mereka hanya satu yaitu terlalu mencintai sang suami.
"Tidak akan ku biarkan menantuku bernasib sama sepertiku. Emilia harus memiliki anak dari Agam, bukan dari Liora."
Agam dan Roy sebenarnya satu ayah tapi beda ibu. Keduanya tidak tau karena Sania menyimpan rapat rahasia itu selama ini. Terlebih, ayah Agam sudah lama terbaring tidak berdaya di rumah sakit sampai sekarang.