Apa arti hidup bagi Ashkar...
Sepanjang perjalanan di kehidupan ini, tidak ada hal baik terjadi...
Seakan dunia tidak pernah menerima dirinya...
Keadilan tidak pernah datang untuk menyelamatkan...
Dan orang-orang hanya menganggap bahwa hidupnya adalah kesalahan...
Memang apa yang salah dengan hidup sebagai seorang pengangguran...
Hingga kematian datang dan iblis memberi penawaran...
"Bantu kami mengalahkan para pahlawan...."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shina Yuzuki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ilmu sihir
Kediaman Rug berada di bagian selatan desa Ers han.
Tidak jauh dari pusat desa yang dimana Wilayah selatan desa Ers han dihuni oleh kelompok iblis pemburu dan iblis pekerja.
Meski tidak ada aturan tertulis mengenai pembangunan rumah bagi semua iblis, namun dalam kelompok tertentu, mereka seakan membuat pembatas untuk membedakan kasta antara si kaya dan si miskin.
Iblis-iblis yang tergolong memiliki posisi tinggi dalam pemerintahan desa mendirikan rumah di wilayah utara, para pemburu muda hingga senior berada di wilayah selatan, wilayah barat menjadi tempat asrama serta pelatihan, dan wilayah timur menjadi tempat pembuangan sampah.
Sampah di sini adalah mereka-mereka yang tidak lagi berguna, hidup miskin, penyakitan, Pela*cur dan budak.
Kejam, memang kejam... Tapi apa yang diharapkan dari iblis. Baik hati ?, tidak sombong ?, rajin menabung ?.
Semua itu tidak ada, iblis adalah makhluk yang memikirkan diri sendiri dan keturunannya secara egois, siapa kuat jadi pemenang, seakan sudah menjadi moto dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan iblis yang tidak lagi berguna, cacat dan penyakitan akan ditempatkan di bagian timur.
Satu-satunya cara untuk tetap bertahan hidup adalah berburu. Namun dengan kondisi fisik yang sudah buruk, kematian seakan ada di depan mata dan mereka lebih memilih pasrah.
Hingga ketika mereka tewas, para penjaga desa akan membuang bangkai mereka ke tepian hutan, seperti seonggok sampah yang sudah membusuk.
Itu adalah kepahitan bagi para iblis.
Cukup banyak keluarga dari iblis pemburu mendirikan rumah di wilayah selatan.
Diantara mereka ada yang hidup bersama istri dan anak-anaknya, keluarga harmonis. Ada pun yang hidup bersama istri tanpa memiliki anak, penganut free child. Begitu pula mereka hidup hanya bersama anak, tanpa ada istri. Para pejuang cinta sampai mati.
Ada pun yang secara sengaja hidup dalam rumah dengan selingkuhan, tidak jarang rumah selingkuhan hanya berjarak tujuh langkah dari rumah istri. Pejuang berani mati.
Hanya beberapa dari mereka hidup bersama dengan istri dan juga selingkuhan, termasuk kategori pejuang cari mati.
Dan cukup banyak harus hidup sendiri tanpa memiliki ketiganya. Jangan bertanya lagi untuk jenis ini, karena telah menjadi tersangka perselingkuhan setengah mati.
Di dalam rumah kecil beratapkan jerami dan dinding kayu yang tersusun ala kadarnya hingga membentuk bidang persegi panjang dengan atap kerucut, agak miring, namun itu masih baik-baik saja.
Tatapan mata Rug tetap waspada terhadap Ashkar, perasaan intimidasi hingga membuatnya gerah, karena bagi Ashkar, dia seperti menjadi korban salah tangkap yang diancam pidana pencurian kotak amal, hanya karena tampang gelandangan dan kondisi perekonomian dibawah standar UMR setempat. Itu adalah pengalaman pribadi.
Di hadapan Rug, pertanyaan kepada Ashkar pun terucap... "Jadi kenapa kau ingin berlatih ilmu sihir, apa tidak salah ?."
"Mau bagaimana lagi, aku tidak tahu apa pun soal ilmu sihir, tuan Rug."
Rug merasa aneh..."Ilmu sihir sudah tertanam sejak iblis terlahir, jadi harusnya kau sudah bisa merasakan adanya energi dalam tubuh untuk digunakan."
Itu terdengar mudah, tapi tidak denganku.
"Memang sulit di percaya, bahkan jika tuan Rug menganggapnya sebagai lelucon, tertawa pun aku terima, tapi kenyataannya, aku belum pernah menggunakan energi sihir sejak lahir hingga sekarang." Jawab Ashkar tersenyum pahit.
Tanpa perlu digambarkan, cara Rug membuat ekspresi wajah begitu jelas kalau dia tidak percaya dan menahan tertawa, lebih seperti iblis yang terkena sembelit akibat salah makan.
"Tapi kenapa kau meminta Reu untuk mengajarkan mu." Tanya Rug.
"Memang harus siapa lagi ?, Aku baru datang ke desa ini beberapa hari lalu. Hanya Reu yang cukup aku kenal dan sangat paham tentang ilmu sihir."
Rug sedikit mengangguk..."Hmmm ya kau tidak salah."
Reu yang baru saja datang dari belakang rumah, kini membawa secangkir air untuk diberikan kepada Ashkar.
"Kakak, jangan terlalu banyak bertanya, Ash, meminta ku mengajarkan ilmu sihir tidak secara cuma-cuma, dia memberikanku batu energi sebagai gantinya." ucap Reu sedikit memberi pembelaan.
"Kenapa kau tidak bilang Ash."
"Memang kenapa ?."
"Jika Reu mendapat kompensasi atas latihan yang dia beri, tentu ini adalah bisnis untuk saling menguntungkan. Kau tahu, aku hanya tidak ingin Reu dimanfaatkan." ucap Rug atas alasan kenapa dia begitu serius.
"Itu alasan yang cukup masuk akal. Hanya saja menuduhku sembarangan bisa dianggap pencemaran nama baik." balas Ashkar.
"Kau menganggapnya terlalu serius." Tawa Rug menepuk pundak Ashkar.
kalau pencemaran nama baik hanya berakhir menjadi bercanda, maka harusnya tidak akan ada orang yang tersinggung dan melaporkan ke polisi....
Reu duduk di sebelah Ashkar, dia pun sudah siap untuk memulai pembelajaran dengannya.
"Jadi... apa yang kau tahu tentang ilmu sihir." tanya Reu.
"Tidak ada..."
"Sungguh ?." Reu merasa tidak percaya.
"Aku mengatakan sejujurnya."
"Jadi aku harus memulainya dari dasar ?."
"Itu yang aku harapkan." balas Ashkar setuju.
"Baiklah..."
Reu memberi penjelasan....
Kemampuan sihir terdiri dari tiga jenis.
Pertama adalah pelafalan mantra.
Kemampuan ini mengharuskan pengguna sihir mengucapkan mantra yang terdiri dari gabungan huruf dewa dalam serangkaian kalimat dan memanifestasikannya berbentuk lingkaran sihir.
Saat itu dilakukan, maka energi sihir dalam tubuh akan dikonversikan menjadi wujud lain sebagaimana keinginan dan tujuan kalimat mantra yang diucapkan.
Dalam bentuk lingkaran sihir memiliki beberapa tingkat yang mengharuskan setiap penggunanya memenuhi syarat.
Sihir tingkat rendah, terdiri dari dua kalimat dewa.
Sihir tingkat menengah, terdiri dari tiga kalimat dewa.
Sihir tingkat tinggi, terdiri dari empat kalimat dewa.
Sihir tingkat raja, sihir tingkat kaisar, dan puncaknya adalah sihir tingkat dewa.
Semakin tinggi sihir yang digunakan, maka semakin rumit pembentukan setiap huruf dewa menjadi kalimat dalam mantra dan banyak pula jumlah konsumsi energi yang dibutuhkan.
Sehingga mereka membutuhkan kapasitas energi setara kaisar iblis sejati untuk melafalkan mantra kelas Dewa.
Kedua adalah artefak.
Berbeda dari pelafalan mantra yang digunakan secara lisan.
Artefak adalah sebuah benda dengan pahatan huruf dewa berbentuk rangkaian mantra sihir yang bisa digunakan kapan pun, dimana pun dan kondisi apa pun, selama jumlah energi sihir untuk mengaktifkannya tercukupi.
Pembuatan artefak mengharuskan penggunaannya membentuk lingkaran sihir secara nyata melalui perantara berupa benda atau semacamnya.
Contohnya, Artefak bertuliskan empat kalimat dewa hanya digunakan oleh ahli sihir kelas atas. Jika pun jumlah energi untuk satu orang tidak mencukupi, maka mereka bisa menggunakan dua ahli sihir kelas menengah saat mengaktifkannya.
Ketiga adalah pemanggilan.
Kemampuan ini mengharuskan pengguna membuat perjanjian dengan makhluk Astral, entitas asing yang hidup di dimensi lain.
Dengan membuat perjanjian antara dua belah pihak, maka penggunanya berhak menggunakan sihir atas bantuan mereka.
Namun untuk menjalin kerjasama dengan makhluk astral tidaklah mudah, mereka akan diuji tentang kelayakan dan kesetaraan.
Layak untuk diakui sebagai tuan oleh mereka dan setara dalam hubungan simbiosis mutualisme agar saling menguntungkan.
Itu semua adalah pelajaran dasar bagi Ashkar yang benar-benar buta akan segala informasi di dunia Dios.
"Pertama-tama kau mengalirkan energi sihir di dalam tubuh mu." kata Reu.
Ashkar tidak tahu dan bertanya..."Bagaimana caranya ?."
Reu memberi contoh dan Ashkar yang duduk di hadapannya diminta untuk saling berpegangan tangan. Saat itulah Reu membiarkan Ashkar merasakan aliran energi sihir secara langsung.
Ashkar sadar bahwa ada menyentuh kulitnya namun tidak kasat mata dan itu mengalir deras seperti air sungai untuk keluar melalui telapak tangan Reu.
"Semua energi sihir berasal dari sini." Tunjuk Reu ke arah dada.
"Payu*dara ?." Asal saja Ashkar menjawab, karena hanya itu yang terlintas dalam pikirannya.
"Bukan, bodoh... Tapi Inti kehidupan, semua makhluk yang bernyawa, tentu memiliki inti kehidupan, dan dari sanalah energi sihir berasal." perjelas Reu sedikit kesal.
"Ya, aku mengerti." Meski pun Ashkar hanya paham secara teori saja.
Ashkar kini coba merasakan sendiri keberadaan energi sihir yang ada dalam tubuhnya.
oiya kapan2 mampir di ceritaku ya..."Psikiater,psikopat dan Pengkhianatan" makasih...