Bagaikan mimpi buruk yang sangat menakutkan, Cecilia tidak menyangka hidupnya sangat tragis sekali.
Lelaki yang baru tiga bulan di nikahinya, ternyata menyukai adik tirinya.
Lelaki yang baru di nikahinya itu, bersekongkol dengan adik tirinya dan Ibu tirinya, ingin merebut perusahaan Ayahnya, dan menguasai harta keluarga Cecilia.
Cecilia bertekad akan membalas semua apa yang telah dilakukan oleh ke tiga orang itu pada keluarganya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Bertemu dengan adik tiri.
Baru saja Cecilia mulai memeriksa berkas-berkas yang ada di mejanya, tiba-tiba pintu ruang kantornya ada yang membuka dengan kasar.
Brak!
Spontan Cecilia memandang ke arah pintu.
Layla tampak berdiri di ambang pintu dengan wajah terkejut, dan kemudian wajahnya berubah marah.
"Cecilia! kenapa kau berada di kantorku, bukankah kamu seharusnya masih di dalam penjara!" teriaknya.
Layla melihat papan nama di atas meja, sontak wajahnya semakin terlihat kalap.
"Apa maksudnya ini, di mana papan namaku!" teriaknya lagi, lalu berjalan dengan cepat menuju meja kerja Cecilia.
Tangan Layla mencoba meraih papan nama Cecilia, tapi dengan cepat tangan Cecilia menepis tangan Layla.
Plak!
"Aaa..!!" Layla menjerit kesakitan.
Tepisan tangan Cecilia terasa begitu sakit.
"Kalau kamu coba menyentuh lagi papan namaku! ku potong tanganmu!" sahut Cecilia dengan tajam.
Tatapan matanya terlihat begitu dingin menatap Layla dengan wajah datarnya.
"Ka..kamu! seseorang kemari cepat! singkirkan perempuan ini!" teriak Layla dengan histeris, dia tidak tahu apa yang terjadi, kenapa Cecilia bisa ada di dalam kantornya, seharusnya Cecilia sekarang masih mendekam di dalam penjara.
Seorang petugas keamanan datang dengan tergesa-gesa ke dalam kantor Cecilia.
"Ada apa Nona?" tanya si petugas dengan bingung, karena teriakan Layla tadi.
"Tangkap dia! seret keluar! dia sepertinya melarikan diri dari penjara!" teriak Layla dengan kalap.
Dengan tenang Cecilia meraih sebuah kotak coklat besar, lalu melemparkannya ke depan Layla.
Dan isinya berhamburan di lantai.
"Kamu bukan Direktur lagi, kamu di pecat, bawa semua barangmu itu!" sahut Cecilia dengan tenang.
Layla melihat barang-barang yang berantakan di lantai, itu semua miliknya.
"Cecilia! apa maksud mu ini!" teriak Layla semakin kalap.
"Kamu bukan lagi Diretur, adik tiriku! kamu di pecat! apa aku kurang jelas tadi mengatakan nya padamu?" sahut Cecilia dengan tenang, dan kembali duduk dengan anggun di kursinya.
"Kamu perempuan murahan! dasar rendahan! berani sekali kamu memecatku! kamu yang sudah tidak memiliki hak apa pun lagi di perusahaan ini!" teriak Layla histeris.
Tatapan dingin Cecilia begitu tajam menatap Layla, yang terlihat begitu kalap, melihat dirinya yang tetap santai dengan teriakannya itu.
"Katakan sekali lagi! siapa yang murahan?" tanya Cecilia dengan tajam, wajah datarnya terlihat mulai terpancing emosi mendengar perkataan Layla.
"Kamu seharusnya masih di penjara, hukumanmu masih ada empat tahun lagi, aku akan memanggil polisi untuk menangkapmu kembali!"
Layla merogoh tasnya untuk mengambil ponselnya.
Orang-orang sudah berdiri berkerumun melihat adegan Layla mengamuk di depan pintu ruang kantor Cecilia.
"Ada apa ini, kenapa berkerumun di sini?" suara seorang lelaki terdengar berseru kepada semua karyawan yang sedang menyaksikan Layla yang berteriak pada Cecilia.
Layla yang hampir saja menelepon Polisi, begitu mendengar suara lelaki itu langsung berubah drastis.
Dengan wajah yang begitu kasihan, Layla berlari ke arah pria tersebut.
"Sayang, Nando!" sahutnya dengan suara yang sedih, "Untung kamu datang, lihat perempuan rendahan itu! dia memecatku!"
Nando, pria itu yang di panggil Layla, ternyata mantan suami Cecilia.
Lelaki itu memandang Cecilia yang tampak begitu tenang duduk di kursinya, dia sangat terkejut kenapa Cecilia bisa ada disini.
Bukankah dia masih di dalam penjara? pikir Nando dengan mata terbelalak terkejut melihat Cecilia.
Nando melihat ada perubahan pada diri Cecilia, gadis itu terlihat bukan seperti Cecilia dua tahun lalu.
Cecilia yang duduk itu terlihat begitu asing, auranya terasa begitu kuat, dan terlihat begitu dingin.
Tatapan mata Cecilia yang begitu datar, tampak begitu tenang menatap ke arah mereka berdua.
Bersambung.....