"Jadi, ini yang membuat sikapmu berubah padaku selama ini?" Ucap Wita lirih. Menahan rasa sakit di hatinya.
"Dengarkan aku dulu! Semua tak seperti yang kamu kira. Ini hanya sebuah kesalahpahaman saja. Aku mencintai kamu." Randy mencoba meyakinkan. Wajahnya terlihat gusar, dia terlihat menyesali perbuatannya.
Tepat di delapan tahun pernikahannya, Wita mengetahui perselingkuhan suaminya dengan mantan kekasih suaminya dulu. Aplikasi rahasia di ponsel suaminya, yang akhirnya membuat Wita tahu. Kalau suaminya bertahun-tahun telah mengkhianati cintanya. Padahal, selama ini dia banyak berkorban untuk Randy. Dia harus menjadi tulang punggung, menggantikan posisi Randy saat tak bekerja. Lukanya begitu dalam.
Bagaimana kisah rumah tangga mereka, setelah Wita mengetahui perselingkuhan suaminya? Akankah Wita memaafkan Randy? Ataukah dia justru memiliki bercerai dari laki-laki pengkhianat itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SyaSyi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6. Diusir
"Sayang, kok telepon aku gak diangkat sih? Lagi sibuk urus anak-anak atau siap-siap mau berangkat kerja? Maaf ya! Aku gak bisa antar kamu kerja. Nanti pulangnya aku jemput ya, Sayang! Ini aku lagi siap-siap mau OTW pulang ke Bekasi dari Bandung. Kangen kamu sama Anak-anak. Pengen cepat-cepat sampai di rumah. I love you."
Wita tersenyum sinis membaca pesan chat dari Randy. Sudah cukup Randy membohonginya. Dia bukan Wita yang dulu, yang selalu percaya pada kebohongannya. Kini dia justru merasa jijik. Dia tak ingin lagi menerima panggilan telepon dari Randy.
Dia hanya membaca. Namun, enggan membalas pesan dari Randy.
"Ehm, pasti dia masih marah," ucap Randy.
Sella menghampiri Randy, dan bergelayut manja padanya.
"Kenapa?" tanyanya pada Randy.
"Wita masih marah sama aku. Dia juga udah mulai curiga sama aku. Gara-gara lihat foto kamu di aplikasi itu," jawab Randy.
"Bukannya, dia emang sering marah-marah sama kamu. Buat kamu akhirnya gak nyaman sama dia. Nanti juga baik lagi. Biasanya gitu 'kan?" Ujar Sella.
"Iya, sih. Nanti, kalau aku rayu. Biasanya, dia luluh lagi. Maafin aku. Semoga aja kali ini pun marahnya gak akan berlanjut. Ya udah yuk siap-siap! Kita pulang sekarang," sahut Randy.
"Satu ronde lagi, gimana?" goda Sella sambil memainkan alisnya.
Tanpa menunggu jawaban dari Randy. Dia langsung mencium bibir Randy. Memancing gai*rah Randy. Hingga akhirnya, penyatuan terjadi lagi. Mereka bercinta dulu, sebelum pulang.
***
Setelah kedua anaknya berangkat. Wita langsung bersiap-siap untuk berangkat. Dia tidak ingin bertemu dengan Randy. Wita sudah memasukkan semua barang-barang Randy ke dalam tas besar dan juga kardus. Barang-barang itu berada di kamar anaknya. Dia juga sudah meminta tolong security untuk menemaninya. Karena dia yakin, Randy pasti mengamuk tidak mau pergi meninggalkan rumah.
"Bi, ibu berangkat dulu ya! Jangan buat bapak curiga dulu, sampai ibu kembali ya! Nanti kamu kabarin ibu ya! Kalau bapak sudah pulang," pesan Wita kepada sang ART.
Wita sudah pergi meninggalkan rumah, menuju tempat pertemuannya dengan pengacara yang akan membantu mengurus perceraiannya dan juga hak asuh atas anaknya. Dia memilih untuk tidak memberi kabar kepada ibu mertuanya, tentang rencananya bercerai dari Randy.
Dia tak lagi peduli dengan apa yang dilakukan Randy. Hatinya sudah membeku. Rasa cintanya kini sudah tertutup dengan rasa sakit hatinya. Dia ingin secepatnya berpisah dengan Randy. Laki-laki pengkhianat tak pantas untuk dipertahankan.
Setelah selesai bercinta, mereka langsung mandi, dan pulang. Randy mengantarkan wanita itu terlebih dahulu. Setelah itu, barulah dia pulang ke rumah. Dia datang terlihat santai, seperti tak ada masalah.
"Ibu kerja, Bi?" tanya Randy kepada sang ART.
"Iya, Pak," jawab sang ART singkat.
Randy mengernyitkan keningnya. Dia tampak bingung, mengapa semua pakaiannya sudah tak ada di lemari. Jantungnya langsung berpacu cepat. Dia jadi memikirkan hal buruk akan terjadi padanya.
Saat dirinya keluar kamar, dan hendak bicara dengan ART-nya. Wita datang. Dia tambah bingung saja. Wajahnya terlihat panik, meskipun dia berusaha menutupinya.
"Sayang, kok, kamu udah pulang? Kamu gak kerja?" tanya Randy berpura-pura menutupi perasaan tegangnya.
"Iya, gak jadi kerja," jawab Wita singkat.
Wita langsung menghubungi security komplek, untuk segera datang ke rumahnya.
"Kamu telepon siapa?" tanya Randy kembali.
"Security," jawab Wita. Dia terlihat cuek, sudah menutup hatinya untuk laki-laki yang masih berstatus suaminya.
Tak lama kemudian security datang. Wita langsung masuk ke kamar sang anak, untuk mengambil barang-barang milik Randy.
"Ini barang-barang kamu, dan aku minta sekarang juga kamu pergi dari sini! Aku gak sudi rumahku dikotori oleh seorang penzina," ucap Wita tegas. Dengan cepat dia juga langsung mengambil kunci mobil yang tergeletak di atas meja.
"Apa-apaan sih ini? Kamu gak lagi bercanda, ngeprank aku 'kan?" Randy berkata. Dia masih berusaha tenang, dan mengira kalau Wita sedang ngerjain dia.
"Kurang kerjaan banget aku ngeprank kamu. Aku sudah mengurus perceraian kita. Aku sudah mengajukan gugatan cerai. Aku ingin bercerai dengan kamu. Silakan kamu lanjutkan hubungan kamu sama dia. Sudah cukup kamu mengkhianati aku. Keputusan aku sudah bulat. Anak-anak pun sudah tahu, dan mereka mendukung. Anak-anak akan ikut bersamaku. Aku yang berhak atas anak-anak. Sekarang kamu angkat kaki dari sini!" Usir Wita.
Randy bersikeras. Dia tak ingin bercerai dengan Wita. Hingga terjadi pertengkaran. Wita berusaha kuat memperjuangkan haknya. Randy merasa tak terima, dan di hina.
"Kita bertemu di pengadilan nanti! Selama ini aku yang mencicil semua ini. Kamu gak berhak atas semua ini. Sekarang kamu sadar 'kan? Kalau kamu itu gak punya apa-apa. Uang yang kamu berikan saja, gak cukup untuk menafkahi aku dan kedua anak kita. Semoga nantinya kamu bisa berubah bersama dia. Aku do'akan! Aku gak ingin berdebat. Untuk urusan anak, aku gak akan melarang kamu menjadi ayah yang bertanggung jawab. Karena, sampai kapanpun Kemal dan Rara akan menjadi tanggung jawab kamu. Meskipun kita sudah bercerai. Kita besarkan bareng-bareng, meskipun kita tak bersama." Wita berkata.
"Aku yang berhak atas Kemal dan Rara. Aku tahu, kamu seperti ini karena kamu sudah memiliki laki-laki lain 'kan? Makanya, kamu ngotot ingin cerai dari aku. Siapa laki-laki itu? Aku gak akan pernah membiarkan kamu hidup bahagia sama dia," ujar Randy.
Wita tertawa. Ucapan Randy seperti sebuah lelucon. Dia yang selingkuh, dirinya justru menuduh Wita selingkuh. Sudah jelas-jelas Wita memiliki bukti perselingkuhan dia yang nantinya akan memberatkan Randy di pengadilan.
"Aku akan buat hakim menolak tuntutan kamu," ancam Randy.
"Oh, ya? Dengan cara apa? Kalau aku memiliki bukti perselingkuhan kamu. Bukti itu nantinya yang akan menguatkan aku di pengadilan," ucap Wita membuat wajah Randy memerah. Dia begitu terkejut mendengarnya.
"Bukti apa? Semua foto-foto itu 'kan sudah aku hapus," sahut Randy. Yang masih berusaha untuk tenang.
"Yang di kamu memang sudah kamu hapus. Tapi sebelumnya, aku sudah mengirimkan bukti-bukti itu ke nomor lain. Kamu pikir aku bodoh? Cukup delapan tahun kamu bodohi aku!"
"Argh ... brengsek! Sampai kapanpun aku gak mau pisah sama kamu. Aku cinta sama kamu. Aku mohon, maafkan semua kesalahan aku! Aku janji, gak akan mengulanginya lagi. Aku gak mau keluarga kita hancur. Kasihan Anak-anak kita. Aku gak mau mereka menjadi Anak-anak broken home, karena memiliki orang tua yang bercerai." Randy memohon, dia juga tampak berlutut di kaki Wita.
"Sayangnya, semuanya sudah terlambat! Kamu yang sudah menghancurkannya. Tapi, kamu tenang saja! Sebisa mungkin, aku akan berjuang untuk tidak menjadikan mereka seperti anak broken home. Kamu pun seharusnya, tetap menjalankan tugas kamu sebagai seorang ayah. Meskipun nantinya tidak hidup bersama. Selamanya, tidak akan pernah ada mantan ayah ataupun mantan anak. Hanya ada mantan suami atau mantan istri. Keputusan aku sudah bulat. Aku ingin kita bercerai. Bukankah ini bagus? Dengan seperti ini, kamu tak perlu ngumpet-ngumpet menjalin hubungan di belakang aku. Kamu pun bisa menikah dengannya, agar tidak berzina terus menerus. Cinta kalian pun akhirnya bersatu, tanpa ada aku menjadi penghalang di hubungan kalian." Wita berkata. Dia menahan untuk tidak menangis. Hatinya begitu sakit.
Wita berusaha untuk tidak peduli lagi pada Randy. Tak sedikitpun rasa iba di hatinya, melihat Randy menangis menyesali perbuatannya. Dia yakin, Sella tak akan mau menikah dengannya. Sella akan tetap mempertahankan suami kaya rayanya. Randy hanya dijadikan pelampiasan naf*sunya. Sedangkan dirinya, rumah tangganya dengan Wita sudah hancur. Anak-anaknya menjadi korban, karenanya.