mampir mampir mampir
“Mari kita berpisah,”
“Mas rasa pernikahan kita sudah tidak bisa di pertahankan, mungkin ini memang salah mas karena terlalu berekspektasi tinggi dalam pernikahan ini.” Lirih Aaron sambil menyerahkan sesuatu dari sakunya.
Zevanya melakukan kesalahan yang amat fatal, yang mana membuat sang suami memilih untuk melepasnya.
Namun, siapa sangka. Setelah sang suami memutuskan untuk berpisah, Zevanya di nyatakan hamil. Namun, terlambat. Suaminya sudah pergi dan tak lagi kembali.
Bagaimana kisahnya? jadikah mereka bercerai? atau justru kembali rujuk?
Baca yuk baca!!
Ingat! cerita hanya karangan author, fiktif. Cerita yang di buat, bukan kenyataan!!
Bijaklah dalam membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Marsha punya ayah
Ayla tengah sibuk menghidangkan jamuan untuk tamu di yayasan, dia dan tetangga sekitarnya pun turut membantu acara yang akan di selenggarakan.
Sedangkan Marsha, dia bermain bersama anak-anak panti di halaman. Dirinya asik bermain, sedangkan para orang tua sibuk beberes untuk acara.
"Eh Ayla, kakakmu itu sekarang kerja dimana? kok anaknya main di tinggal gitu aja? hati-hati loh, banyak kejadian anak di tinggal kerja orang tuanya milih nikah lagi dan gak pulang-pulang. AKhirnya terlantar itu anaknya," ujar salah sekarang ibu-ibu pada Ayla.
Ayla tersenyum, dia enggan menjawab. Biarlah ibu-ibu itu mendelik sinis padanya, yang penting dirinya tak membuka suara tentang kehidupan kakaknya.
Saay Ayla tak menjawab, ibu tersebut malah menggosipinya dengan ibu yang di sampingnya. Ayla yang merasa sudah biasa hanya acuh tak acuh.
"Lihat dia, kakaknya melahirkan tanpa seorang suami. Sekarang, kakaknya meninggalkan anaknya di asuh oleh adiknya."
"benar, kasihan yah." Sahut ibu yang lain.
Jika bukan ibu-ibu, Ayla sudah melemparnya dengan perkataan pedas darinya. Hanya saja, ibu-ibu ras terkuat bukan? gak akan ada habisnya berdebat dengan ibu-ibu.
"EH! MEREKA DATANG! MEREKA DATANG!!"
Semua orang berkumpul, menyambut rombongan yang datang. Ayla segera membawa jamuan itu ke meja dan menyusunnya bersama ibu-ibu yang lain.
"Selamat datang pak kepala sekolah, pak guru dan kakak-kakak. Terima kasih sudah menyempatkan datang di yayasan kami," ujar seorang wanita paruh baya.
Raihan berada di rombongan itu, dia melihat-lihat sekitar yayasan. Dia meringis ketika melihat bangunan yayasan yang sangat sederhana, berbanding terbalik dengan rumahnya yang megah.
"Bagaimana anak sebanyak ini tinggal di tempat yang sempit, aku saja engap melihatnya. Apalagi mereka yang tinggal disini." Ringis Raihan.
"Raihan!"
"Eh, iya pak!" Sahut Raihan segera mendekati guru kelasnya.
"Kamu bagikan nasi kotak dan amplopnya yah, biarkan yang lain membantumu untuk memberikan pada mereka." Titah sang guru.
"Baik oak!"
Raihan pun memegang amplop, sementara teman-temannya memegang nasi kotak untuk mereka berikan pada anak-anak yatim yang kini sudah berbaris.
"Terima kasih kak." Ujar seorang anak kecil pada Raihan.
Entah mengapa, hati Raihan merasa senang. Dia merasakan bahagianya berbagi.
"Ternyata berbagi semenyenangkan ini, aku akan meminta uang pada daddy dan aku bagikan di lain waktu." Batin Raihan.
Marsha menatap heran teman-temannya yang berbaris, dia oun ikut berbaris.
"Kakak, ini ngantli cembako?" Tanta MArsha pada anak di depannya.
"Bukan, ini penyantunan anak yatim." Jawab anak yang ada di depan Marsha.
"Anak yatim itu apa?" Tanya Marsha kembali.
"Anak yatim itu ana yang tidak ada punya ayah, diam dan fokus mengantri lah. Jangan sampai tidak dapat," ujarnya kembali.
Marsha terdiam dengan kening mengerut, otak kecilnya berusaha mencerna aoa yang temannya itu jelaskan.
"Nda ada ayah, Malca nda ada ayah. Belalti dapat juga kan? Lejeki anak baik, dapet uang. Bica jajan batagol hihi." Gumam Marsha dengan raut wajah senang.
Setelah lama mengantri, akhirnya giliran Marsha. Saat Marsha akan menerima amplop dari Raihan, tiba-tiba remaja itu memekik keras.
"Kamu anak yang tadi kan?!"
"Eh? om nyacal, ketemu lagi kita. Malca tantik mau amplopna juga! mana cini, janan pelit-pelit nanti pantatna lebal." Marsha menodongkan tangannya pada Raihan yabg menatapnya dengan raut wajah pias.
"Kamu anak yatim?" Tanya Raihan dengan pelan, dia merasa kasihan dengan Marsha karena mengira anak itu adalah anak yatim.
"Iy. ...,"
"EH BUKAAANN!!"
Ayla sudah heboh, dia menarik Marsha menjauh dari Raihan. Keponakannya bukan anak yatim dan tak berhak mendapatkannya.
"Kakak! aku belum dapet!! lumayan uangna, pulang kita beli batagol!! lepacin kakak!! Olang cebental lagi dapet duga!!!" Pekik Marsha tak terima.
Raihan bukan kaget karena teriakan Ayla, dia malah terdiam lantaran tertegun dengan kecantikan Ayla. Dia bahkan sampai terbengong, dan tak berkedip hingga gurunya menyadarkannya.
"Astaga, bidadari turun darin mana dia?" Batin Raihan.
Puk!
"Eh?"
"Ma-maaf, Marsha bukan anak yatim." ucap Ayla pada Raihan.
"Eh, oh ... Enggak papa. Mungkin dia hanya mengikuti teman-temannya saja," ujar Raihan dengan canggung.
"Kakak! yatim kan nda puna ayah! Malcha nda ada ayah, belalti Malcha yatim. Boleh dapet amplop! kakak tuh gimana cih! uangna bica di belikan batagol loh!" Pekik Marsha tak terima, antriannya sia-sia sudah.
"Syut! Marsha punya ayah sayang!" Bujuk Ayla.
"Kalau Malcha puna ayah, mana ayah Malcha?! Malcha nda pelna ketemu, dia nda pelnah jenguk Malcha! Malcha cuman punya bunda hiks! Malcha nda ada ayah!!"
Marsha akan menangis, Ayla tahu karena dari suara Marsha yang berubah getar. Dia segera menggendong paksa Marsha dan kembali mengucapkan maaf pada Raihan.
"Maaf sekali lagi," ujar Ayla dan buru-buru pergi dari sana.
Raihan tertegun sejenak, perkataan Marsha menyentuh relung hatinya. Dia menatap amplop yang memang tersisa satu itu.
"Dia emang bukan anak yatim nak, tapi ibunya di tinggalin ama suami nya. Makanya tuh anak gak pernah ketemu sama ayahnya." Celetuk ibu-ibu di samping Raihan.
"Ih gitu hu? terus sekarang ibunya kemana?" Tanya Raihan dengan kepo.
"Ibunya kerja di Jakarta, jadi baby sitter gitu. remaja perempuan seumuran kamu tadi itu sebenernya anak dari mantan pembantu ibunya Marsha. Ibunya tinggal sama mantan pembantu nya, karena di tinggalin sama lakiknya pas lagi hamil. Karena mantan pembantunya kasihan, jadi di ajaklah tinggal bareng dia."
Raihan menganggukkan kepalanya mengerti, sungguh kasihan nasib anak itu menurut Raihan. Dia menatap amplop yang ada di tangannya dan menyerahkannya pada sang guru.
"Eh maaf bu, apa ibu tau dimana anak kecil tadi tinggal?" Tanya Raihan.
"Taulah, orang mereka tetangga saya. Ayo saya antar."
Raihan pun pamit pada gurunya dan segera pergi ke rumah Marsha bersama dengan ibu-ibu tadi, jalanan menuju rumah Marsha ternyata tak terlalu jauh dengan penginapannya.
"HUAAA!!! MALCHA MAU BATAGOL!! MAU BATAGOL!!!"
"Iya, nanti kakak belikan. Lagian, tukangnya belum lewat." Bujuk Ayla.
Langkah Raihan dan ibu itu berhenti, keduanya menatap Ayla yang sedang membujuk Marsha. Pasalnya anak itu memeluk erat besi pagar tanpa mau melepaskannya.
"Yaudah Malcha tungguin cini," ujar Marsha.
"Masih lama datangnya cantiikk." Greget Ayla.
"Abangna nda kayak kakak yang cuka lama bokelna."
Ayla menepuk keningnya, kenapa permasalahan dirinya buang air besar terus yang bocah itu persamakan. Lagian, wajar bukan lama di kamar kandi ketika buang air?
"Ekhem!"
Raihan berdehem, ibu-ibu tadi sudah pamit kembali ke rumahnya. Melihat Raihan yang berada di depan rumahnya, Ayla pun menjadi salah tingkah.
"Ma-maaf, apa kamu masih mempermasalahkan hal tadi? Marsha masih kecil, dia belum mengerti tentang hidupnya. Jangan salahkan dia," ujar Ayla dengan nada memohon.
"Ehm bukan, aku tahu dia masih kecil. Mungkin dia belum mengerti, kau bisa berikan pemahaman padanya. Dan ini, aku ingin memberikannya ini."
Saat Raihan akan memberikan uang amplop pada Marsha, Ayla menolaknya. Dia menggeleng dengan tegas.
"Marsha bukan anak yatim, dia punya ayah!"
"Ini bukan santunan anak yatin, tapi uang pribadiku. Aku memiliki ponakan yang hampir seukuran dengannya, aku jadi teringat ponakanku. Jadi, izinkan aku untuk memberikan uang yang tak seberapa ini."
Tanpa menunggu di perbolehkan, Raihan langsung menaruh uang itu pada tangan Marsha. Dia segera pergi takut keburu Ayla mencegahnya.
"Eeh!! A! A! uangnya Aa!!" Teriak Ayla.
MArsha menarik tangan Ayla, netranya melotot melihat uang berwana merah yang sangat banyak.
"Kakak! banyak kali uangna, ada catu dua tiga ... cepuluh. Banak ini! Untungna Malcha belajal hitung cama bunda, jadi bica beli gelobak batagolna."
JANGAN LUPA DUKUNGANNYA😁😁
lucu banget daah...
syedih nih kayanya..
perlu bawa kanebo kering gak yaaaah
K E R E N !!!!