Dewasa 🌶
Hasha, putri bungsu keluarga Drake dijebak oleh temannya sendiri. Ia hampir diperkosa oleh laki-laki hidung belang. Namun malam itu, seorang pria dari masa lalunya tiba-tiba muncul menyelamatkannya dari laki-laki hidung belang tersebut.
Namun seperti kata pepatah, lolos dari lubang buaya, masuk ke lubang singa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menikah?
Hasha tidak keluar kamar semenjak dia mendengar ada suara Zayn di lantai bawah. Ia pikir kemarin itu sahabat sang kakak hanya asal bilang mau ke rumahnya. Ternyata muncul beneran. Mana dia belum mandi pula dari pagi. Nanti Kalau dia keluar pria itu akan meledeknya habis-habisan lagi dikatain bau atau apalah.
Sebenarnya tuh orang mau ngapain sih ke rumah bawa-bawa orang tua segala. Kan tante Ria sama suaminya nggak temenan sama papa mama.
Hasha masih tak berhenti penasaran. Alasan Zayn datang ke rumahnya bersama orang tuanya masih menjadi tanda tanya buat Hasha.
"Hasha sayang,"
Suara sang mama membuatnya berlari secepat mungkin dan bersembunyi di dalam lemari. Pasti mamanya ingin menyuruhnya turun. Tidak, dia tidak mau. Dengan gaya begini? Pake baju baby doll, mana belum mandi pula? Jangan harap.
Hasha mendengar pintu kamarnya di buka.
"Hasha?"
"Kemana anak itu?"
Hilda mencari ke dalam kamar mandi. Karena putrinya tidak ada dalam kamar mandi, dia melangkah ke balkon kamar Hasha. Wanita paruh baya itu mengerutkan kening.
Putrinya kemana?
Lalu ia mendengar sebuah bunyi dari dalam lemari pakaian putrinya. Sebenarnya Hilda tidak terpikir putrinya akan bersembunyi, namun begitu dia membuka lemari dan melihat sang putri di dalamnya, Hilda melotot heran.
"Hasha, kamu ngapain di dalam situ?"
Siapa yang tidak heran coba. Apalagi sebagai seorang ibu Hilda belum tahu menahu soal putrinya yang ingin menghindari tamu mereka yang datang hari ini. Hilda ingat dulu Flint cerita Hasha tergila-gila sekali sama sahabatnya yang bernama Zayn, tetapi belum ngeh kalau Zayn yang datang di bawa adalah Zayn yang Flint maksud.
"Heheh, Hasha lagi bertapa ma, Hasha pengen hitung Hasha bisa bertahan hidup sampai berapa jam di dalam lemari." sahut Hasha random.
"Ya ampun Hasha, jangan aneh-aneh kamu ya. Nggak, mama nggak ijinin kamu main-main begitu, nanti kalau kamu pingsan gimana? Ayo keluar cepat. Di bawa ada tamu, temannya abang kamu sama orangtuanya. Cepet mandi dan ganti baju lalu turun." kata Hilda menarik putrinya keluar dari dalam lemari.
"Ih, itu kan temennya bang Flint. Kenapa Hasha harus turun juga sih ma? Hasha ngantuk pengen tidur."
"Nggak boleh gitu sayang. Tamunya abang kamu itu datang buat ketemu sama seluruh keluarga kita. Pokoknya kamu harus turun! Mama kasih waktu kamu siap-siap lima menit. Nanti mama panggil lagi."
Perkataan sang mama membuat Hasha melotot lebar. Lima menit buat siap-siap? Mandi saja dia biasanya butuh waktu tiga puluh menit, belum keringin rambut, pilih-pilih baju yang cocok, makeup-an dikit. Ih, mamanya nggak perempuan banget deh.
Hasha membanting kakinya ke lantai. Mamanya sudah keluar. Sudah lebih dari lima menit dirinya belum beranjak-anjak mandi juga, malah melamun sembari berdoa memohon agar Zayn dan keluarganya cepat pulang.
"Adek," itu suara abang pertamanya.
"Abang masuk ya." tanpa persetujuan Hasha Flint sudah membuka pintu dan masuk ke dalam kamarnya. Dasar si abang, kebiasaan.
"Loh, kok belum mandi? Kata mama kamu lagi mandi tadi? Babang Zayn kamu udah nungguin di bawa." ujar Flint duduk di sebelah sang adik.
Hasha mencebik.
"Babang Zayn apaan? abang Hasha cuma ada dua. Bang Flint sama bang Suho." celetuk Hasha.
"Oh, karena babang Zayn itu calon suami masa depan kamu?" Flint menggoda dan tersenyum lebar di pelototin adiknya.
"Abang ihh! Hasha udah gak suka sama bang Zayn, kok abang godain Hasha terus sih?"
"Maca cihh? Terus kenapa kemaren di anterin pulang sama babang Zayn? Kalian ke mana berduaan?"
"Abang tahu dari mana?"
"Ya dari Zayn lah, darimana lagi? Abang kan ketemu sama dia semalam."
Ih, sebal. Gak Zayn nggak abang Flint dua-duanya nyebelin. Hasha nggak bisa ngelak karena dia memang antar pulang sama pria itu.
"Ayo turun." Flint tiba-tiba berdiri dan meraih tangan Hasha.
"Kemana?"
"Kemana lagi? Ya turun ke lantai bawa temuin babang Zayn sama calon mertua kamu?"
Mata Hasha membulat lebar.
"Mertua apaan? Nggak, Hasha nggak mau turun, nggak mau ketemu mereka." tolaknya langsung.
"Nggak boleh dedek, mereka itu bela-belain datang ke sini karena mau lihat kamu. Masa kamu tega nggak keluar."
"Tapi,"
"Nggak ada tapi-tapian, ayo."
"Hasha belum mandi baang..." rengek Hasha.
"Nggak apa-apa. Kamu tetap cantik begini. Siapa suruh dikasih waktu buat mandi tadi kamu nggak pake."
Hasha terus berusaha berpegangan di sisi kepala tempat tidur agar Flint tidak berhasil membawanya namun sia-sia. Abangnya berhasil menariknya keluar kamar.
Dan di sinilah dia sekarang. Duduk di antara kedua abangnya Suho dan Flint. Di depan mereka duduk Zayn. Mama dan papa Zayn juga mama papa mereka duduk berhadapan di sofa yang lain.
Zayn menatap penampilan Hasha dari bawah ke atas lalu ujung bibirnya berkedut. Hasha tertunduk malu. Belum mandi dari pagi, rambutnya pasti lepek dan wajahnya berminyak. Ini semua gara-gara abang Flint. Dia mendelik tajam ke sang abang yang duduk di samping kirinya.
"Tenang aja, rambut kamu nggak lepek, kulit wajah kamu glowing bukan berminyak." ucap Flint seolah tahu isi pikiran sang adik. Hasha yang sudah terlanjur kesal mencubit paha pria itu untuk melampiaskan kekesalannya.
Tindakan itu tak luput dari Zayn. Di matanya Hasha tetap cantik. Karena pada dasarnya perempuan ini lahir dengan kecantikan alami, jadi mau dipoles atau tidak, wajahnya tetap cantik. Semua yang ada pada dirinya sudah menjadi candu bagi seorang laki-laki kejam seperti Zayn. Zayn sudah merasakan setiap jengkal tubuh Hasha, dan dia ingin merasakannya lagi dan lagi.
"Bang Suho, bang nggak kerja?" Hasha bertanya pada abang keduanya. Sengaja menghindari bertatap muka dengan laki-laki di depannya.
"Nanti siang dek, memangnya kenapa?"
"Mm, nggak. Hasha cuman nanya doang."
"Babang Zayn kamu natap kamu terus tuh. Yakin nggak mau ditatap balik? Aw!"
Hasha kembali mencubit paha Flint hingga sang empunya paha meringis.
"Flint, Hasha. Jangan main-main di depan tamu." tegur mama mereka.
"Silahkan lanjutkan pembicaraan yang tadi pak Max. " kata papa Hasha beserta kedua abangnya.
Max sebagai papanya Zayn mulai berbicara lagi.
"Jadi begini pak Isaac, bu Ria. Kedatangan saya beserta istri dan anak saya ke sini adalah kami ingin melamar putri kalian Hasha. Kami ingin putri kalian menikah dengan anak tunggal kami, Zayn."
"HAHHH?!!"
" MENIKAH?!"
Suara Hasha kencang sekali hingga semua orang di dalam ruangan itu menatapnya. Zayn menampakkan seringainya, menikmati ekspresi kaget Hasha.
punya sahabatpun mau diembat.
cari yg lain...
disitu ada ulat lagi...nita