Menceritakan seorang wanita yang memiliki perasaan cinta kepada suaminya sendiri. Penikahan paksa yang di alami wanita itu menyebabkan tumbuhnya beni cinta untuk sang suami meskipun sang suami selalu bersikap dingin dan acuh kepadanya.
Wanita yang bodoh itu bernama Andin. Wanita yang rela suaminya memiliki kekasih di dalam pernikahannya, hingga sebuah kecelakaan terjadi. Andin mengalami koma dan ketika sadar semua tidak seperti yang di harapkan oleh sang suami.
Apakah cinta Andin tetap bertahan meskipun ia menderita amnesia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yasmin Eliza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rahasia Andin
"Akhirnya aku menemukan mu sayang..." ucap seorang lelaki yang berada di hadapan Andin.
Lelaki itu mendekat ke arah Andin dan memeluknya dengan erat.
"Maafkan Aku... Aku janji akan menjaga kamu Andin" ucap lelaki itu memeluk tubuh Andin tanpa mendapat balasan pelukan dari Andin.
"Bantu menyelesaikan masalahku, baru aku akan menyerah kepadamu" ucap Andin dengan wajah datarnya.
"Apa masalahnya kamu bisa ceritakan sekarang" ucap lelaki itu lalu mengajak Andin duduk di sofanya.
Andin menceritakan semua masalah yang ia hadapi dari menikah dengan Rian sampai sekarang.
Setelah melakukan kesepakatan dengan lelaki itu, Andin berpamitan untuk pulang.
Andin menolak di antar oleh lelaki itu tapi Andin tidak menolak mobil pemberian lelaki itu.
"Aku ingin kamu tepati janjimu untuk segera bercerai dengan Rian" ucap lelaki itu dengan geram.
"Tunggu kamu selesaikan wanita itu maka Aku tepati janjiku" ucap Andin lalu mengemudi mobil pemberian lelaki itu.
Mobil melaju dengan kencang. Hati Andin merasa sakit ketika tahu sebuah kenyataan dua jam yang lalu. Andin telah memutuskan untuk meninggalkan Rian karena sebuah kenyataan yang tidak bisa di toleransinya.
Ketika pikirannya sedang memikirkan Rian dari arah belawanan mobil truk muatan barang melaju dengan kecepatan tinggi kearahnya. Andin yang tidak bisa mengelak dari mobil tersebut hanya bisa membanting stir kearah baku jalan sehingga dirinya kehilangan kendali dan akhirnya dentuman hebat terdengar bergema.
Andin menabrak tembok pembatas jalan, sehingga mobil yang di kendarainya mengalami kerusakan serius.
Rian yang sedang serius memperbaiki sahamnya di dunia bisnis merasa perasaan yang tidak menentu. Hatinya terasa ada yang hilang. Foto pernikahan yang di pajangnya di pinggir meja tiba-tiba jatuh dan pecahlah kaca di bingkainya.
Rian memegang dadanya yang terasa sesak ketika ponselnya berdering.
"Ya... Maaf ini dengan siapa?" tanya Rian menyahut ucapan lelaki di seberang sana yang menanyakan apa benar dengan bapak Rian.
"Saya anggota kepolisian. Ada kejadian kecelakaan yang di alami ibu Andin. Saya dapat informasi nomor anda dari berkas pengajuan gugatan perceraian di mobil istri anda" ucap polisi tersebut.
"Apa pak... Istri saya kecelakaan?" Rian langsung berdiri dari duduknya.
"Benar, Ibu Andin telah kami bawa ke rumah sakit Fatmahwati untuk mendapat pertolongan" ucap pak polisi lalu menutup teleponnya.
Rian langsung bergegas ke rumah sakit tersebut tanpa memberi kabar dahulu ke Ardy.
Di dalam mobil Rian tidak hentinya melafalkan doa agar sang istri baik-baik saja.
Tidak butuh waktu lama Rian telah sampai di rumah sakit tersebut. Dia langsung menuju ke bagian informasi untuk menanyakan keberadaan Andin.
"Maaf sus... Pasien yang baru saja mengalami kecelakaan di kamar mana ya?" tanya Rian sopan.
Semua mata memandang dirinya, siapa yang tidak kenal dengan aktor yang telah berganti peran menjadi pembisnis hebat.
"Pasien masih dalam kondisi penanganan di IGD" ucap salah satu suster tersebut.
Rian tidak mengucapkan terima kasih atau apalah sebagai bentuk basa-basi kepada sang suster tersebut karena dirinya terlalu panik dan ingin segela melihat keadaan istrinya itu.
Sesampainya di ruang IGD. Rian menunggu dokter keluar dari ruangan. Beberapa menit kemudia dokter keluar dari ruangan.
"Keluarga pasien yang kecelakaan?" tanya dokter.
"Iya saya suaminya" ucap Rian mendekat kearah sang dokter.
"Pasien harus segera mendapat tindakan operasi di bagian kepalanya. Kami telah melakukan rontgen cranium di kepala pasien dan hasilnya pasien mengalami kerusakan pada jaringan otak dan penyumbatan pembuluh darah" ucap dokter tersebut.
"Jika begitu, lakukanlah yang terbaik dok. Untuk adminitrasi akan saya tuntaskan." ucap Rian
"Jika begitu bapak bisa ikut saya ke ruangan untuk menanda tangani berkas persetujuan operasi" ucap dokter.
Setelah keruang dokter dan menandatangani berkas operasi, Rian menunggu Andin di depan ruang operasi.
Suster dan para perawat dengan sigap memindahkan Andin ke ruang operasi setelah imbauan dari dokter kepala.
Operasi berjalan selama 8 jam dan selama itu juga Rian tidak sedikitpun meninggalkan ruang tunggu operasi.
Rian sudah menghubungi sang kakek dan Ardy untuk menggantikan dirinya dalam beberapa pekerjaan karena istrinya sedang operasi.
Kakek yang di hubungi Rian tiga puluh menit yang lalu kini telah berada di hadapan Rian dengan raut wajah khawatir tercetak jelas di wajahnya.
"Bagimana perkembangannya Ri?" tanya sang kakek.
"Belum ada hasil. Operasi masih berjalan. Selama 8 jam jika tubuh Andin tidak menolak tindakan dokter" ucap Rian menyampaikan info yang ia dapatkan dari sang dokter.
Rian tampak panik karena waktu telah menunjukan 9 jam durasi di dalam ruang operasi. Sang kakek melihat jelas ke gelisahan Rian tentang keadaan cucunya.
"Ternyata anak itu sudah jatuh cinta ke istrinya" gumam kakek memperhatikan kegelisahan Rian.
Setelah durasi bertambah setengah jam, lampu operasi mati yang menandakan operasi selesai.
"Bagaimana keadaan istri saya?" tanya Rian dengan raut wajah khawatir.
"Ikut saya pak Rian" ucap dokter kepala lalu berjalan menuju ruangannya.
Sesampai di ruangannya, Rian di persilahkan duduk dan Dokter mulai memberi keterangan kepada Rian.
"Kami ada kabar baik dan kabar buruk. bapak mau mendengar yang mana dulu?" tanya dokter tersebut.
"Semua kabar yang dokter berikan akan alu terima dengan lapang dada" ucap Rian yang penasaran dengan apa yang akan di sampaikan oeh dokter.
" Kabar baiknya adalah operasi nona Andin berjalan lancar, sedangkan kabar buruk nya kami tidak bisa menyelamatkan janin yang ada di rahim nona Andin. Usia kandungannya terlalu muda untuk di lakukan penyelamatan. Dan kabar buruk selanjutnya adalah kemungkinan nona Andin mengalami Amnesia karena beberapa jaringan yang rusak di bagian otak kecilnya. Tapi itupun kami masih observasi setelah nona Andin melewati masa kritisnya" ucap dokter.
Rian tersender di kursi dengan tatapan kosong.
"Terima kasih dok. Saya mohon berikan perawatan terbaik untuk istri saya, berapapun yang dokter inginkan saya berikan." ucap Rian penuh permohonan.
"Tenang pak, ini tugas kami" ucap Dokter tersebut menyambut tangan Rian yang terjulur untuk bersalaman.
Rian menemui Andin yang tertidur di ruang ICU. Setelah di lakukan observasi, Andin di masukan ke ruang ICU untuk melewati masa kritisnya.
"Andin..." ucap Rian lirih.
Rian tidak tega melihat tubuh Andin dengan kepala di balut perban dan beberapa alat penunjang kehidupan menempel di tubuh Andin.
Mata Rian tidak terasa mengeluarkan air, mengalir deras melewati pipinya.
Kakek menghampiri Rian setelah dapat kabar bahwa Andin telah di pindahkan ke ruang ICU pasalnya sang kakek mendapat telepon dari orang suruhannya tentang yang di alami Andin sebelum terjadi kecelakaan tersebut.
"Ri... Kamu baik-baik saja?" tanya kakek sambil menepuk pundak Rian untuk menyalurkan kekuatan.
"Kakek dari mana?" tanya Rian lihat raut wajah kakek yang terlihat sedih.
"Ri... Kamu istirahatlah dulu biar kakek yang menjaga di sini" ucap kakek.
"Tidak kek... Aku selama ini sudah menyia-nyiakannya dan mengecewakannya. Jadi biarkan sekarang aku ingin menemani dia. Aku takut kehilangannya." ucap Rian menutup wajahnya dengan kedua tangannya karena tidak kuat menahan rasa bersalah dan rasa takut kehilangan. Tubuh Rian bergetar karena isakan tangis yang di tahannya agar tidak bersuara.
"Anak kami sudah tiada kek" ucap Rian kini memandang sang kakek.
"Andin hamil kek... Aku ayah tidak berguna. Aku gagal menjaga istriku" ucap Rian lalu memeluk kakek dan menangis di pelukan sang kakek.
"Kakek harap penderitaanmu sampai di sini Ri" ucap Kakek sedih.
"Semua ini sulit di ungkapkan karena ada rahasia yang menyakitkan. Mungkin setelah Andin sadar perpisahan sesungguhnya akan terjadi dan akan sangat menyakitkanmu Ri" Kakek bermonolog dalam hati.