Ervan Abraham merupakan seorang pemuda tampan dan kaya raya. sekaligus pemimpin tertinggi The Jokers Warrior, sebuah geng yang ia dirikan sejak lama. beranggotakan puluhan pemuda yang selalu setia mengikutinya.
Bukan hanya itu saja, sedangkan kedudukan kedua orang tuanya menempati posisi pertama sebagai orang terkaya no 1 di tempat tinggalnya.
Pada suatu hari tanpa disengaja.. Ervan dipertemukan dengan seorang gadis cantik penjual kue keliling. namun siapa sangka? sejak pertemuan tanpa disengaja itu lah Ervan memliki rasa suka terhadap gadis itu, dari rasa turun ke hati, puing-puing cinta seolah tumbuh secara perlahan tertanam di hatinya. bertemu tanpa disengaja mencintai secara tiba-tiba.
Akan tetapi siapa sangka? gadis itu justru memiliki perasaan yang sama, ia juga menyukai Ervan dalam diam. akan kah cinta mereka dapat bersatu?? bagaimana kah kisah selanjutnya? cuss langsung simak sampai akhir 😉😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Artandapermana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4. Memiliki perasaan yang sama
Novi terdiam sejenak tak langsung menjawab, sempat bingung jika mengatakan yang sebenarnya jelas hal itu akan membuat ibunya syok.
"Novi? kok malah bengong di tanyain, apa yang sebenarnya terjadi?" (bu Lusi kembali bertanya)
"Emm.." Novi terlihat kebingungan antara mau menceritakan pada ibunya atau tidak. masalahnya kejadian yang sempat ia alami terbilang cukup serius, jelas hal itu dapat membuat ibunya khawatir.
"Sebenarnya.. tadi Novi di jalan sempat di ganggu sama preman bu, mereka juga mau merampas uang hasil jualan Novi, mereka juga mengacak-acak dagangan Novi bu." jelas Novi terpaksa jujur.
"Hah? apah! terus kamu gimana nak? kamu gak di apa-apain kan? sama preman itu." bu Lusi terkejut, ekspresi wajahnya seketika berubah.
"Novi baik-baik aja kok bu, tadi Novi di bantu sama cowok tadi yang nganterin Novi pulang, untungnya ada dia yang nolongin Novi, jadi mereka gak sempat mencelakai Novi. ibu tenang aja ya, Novi beneran gapapa kok." tutur Novi menjelaskan agar ibunya itu tak khawatir lagi dengannya.
"Cowok? apa cowok tadi yang diluar itu?" (tanya bu Lusi mengingat ketika sempat melihat putrinya pulang bersama laki-laki.
"Iya bu, dia yang nolongin Novi." Novi mengangut cepat saat ditanya oleh ibunya.
"Alhamdulillah.. syukur lah kalau kamu baik baik saja nak" bu Lusi menggela nafas lega.
"Masih ada orang baik teryata di sekitar kita. tadi dia kok gak di ajak masuk juga nak, dia udah baik loh sama kamu." ucap bu Lusi merasa berhutang budi karna sudah menyelamatkan putrinya.
"Udah Novi ajak masuk tadi bu, tapi dianya aja yang gak mau," tutur Novi.
"Oh yaudah, kapan-kapan kalau sempat ketemu lagi sama dia, ajak main kesini, ibu ingin tau anaknya." ucap bu Lusi entah kenapa tiba-tiba berkata seperti itu. mungkinkah ia setuju jika putrinya memliki hubungan dengan Ervan, apakah bu Lusi memang sengaja ingin menjodohkan mereka?
"Iya bu.." Novi hanya menganggut saja meskipun tak faham dengan perkataan ibunya itu.
"Yasudah. kalau gitu kamu mandi dulu nduk, habis itu makan, ibu sudah siapin makan buat kamu." titah bu Lusi pada putrinya.
"Iya bu.." ucap Novi mengiyakan perintah ibunya.
"Oh iya nak, hampir lupa ibu, itu motormu udah selesai, tadi pak wanto yang nganterin kesini," bu Lusi memberitau putrinya, jika motornya yang ada di bengkel sudah selesai di service.
"Wihh.. beneran bu? kapan pak wanto kesini? Novi kok gak tau," tanya Novi.
"Ya tadi, pas kamu belum pulang, sekarang udah enak lagi, tadi udah ibu coba," sahut bu Lusi.
"Oh. syukur deh, kalau gini kan enak, Novi jadi bisa pake motor lagi," Novi nampak senang, karna tak harus capek-capek lagi berjalan kaki, ia bisa menggunakan motornya kembali tuk berjualan.
Lalu setelah itu pun Novi bergegas pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badannya.
Beberapa saat, Novi yang telah selesai makan dan mandi dengan tubuh yang sudah fres. terlihat saat ini dia tengah berada di dalam kamarnya. Novi duduk di samping jendela sembari melihat ke arah luar. entah apa yang sedang ia renungkan. tetapi yang jelas ia nampaknya tengah memikirkan sesuatu terpancar jelas jika di lihat dari sorotan wajahnya.
"Kalau dipikir-pikir cowok tadi itu baik juga ya, meskipun dia anak berandalan tapi gak seburuk seperti anak berandalan pada umumnya. udah baik ganteng lagi." Novi menjadi senyum-senyum sendiri membayangkan sosok Ervan di fikiran nya sekaligus kagum.
Sosok yang sempurna hampir tak ada cela sedikitpun, mampu membuat hatinya terpikat. dimana Novi sangat mengagumi Ervan, entah mengapa rasa suka seolah tiba-tiba tumbuh dengan sendirinya bersemi dihatinya, hal itu bisa ia rasakan sendiri saat ini.
"Eh? kok gue jadi mikirin dia sih, sadar Novi, sadar! hadeh.. kenal aja nggak bisa-bisanya mikirin dia," ucap Novi segera menepis fikiran nya.
°°°°°
Sedangkan di tempat yang berbeda.. Ervan juga mengalami hal yang sama. terlihat saat ini Ervan nampak berada di markasnya bersama para anggotanya yang lain. Ervan duduk di luar seorang diri, sedangkan para anggotanya berada di dalam. ia termenung dengan sorotan mata memandang jauh kedepan.
"Kalau di pikir-pikir, ok juga tuh cewek, udah cantik mandiri, pekerjaan keras lagi, jarang ada cewek modelan kayak dia, hmmm.." ucap Ervan pelan. Seseorang yang ia maksud adalah Novi. sejak pertemuan awal dirinya seolah tertarik dengan Novi.
"Cocok kali ya kalau gue bersanding sama dia, lumayan gak terlalu buruk amat, pantes lah kalau di ajak jalan, gak malu maluin, oh iya, gue gak sempat minta no WA nya lagi, moga aja ketemu lagi sama dia." ucap Ervan lagi, ia berharap bisa bertemu lagi dengan Novi hanya sekedar untuk kenalan.
Ervan kembali termenung sambil tersenyum senyum sendiri, hingga terlihat seperti orang kurang waras.
"Doorr.." ucap Riko secara tiba tiba yang mengagetkan Ervan sambil menepuk pundaknya. ia berada di dekat Ervan bersama Bima.
"Astaga!! ngagetin aja lu!" Ervan melonjak kaget, ia sedikit kesal dengan Riko.
Sedangakan Riko dan Bima nampak tertawa meliat kelucuan ketuanya itu.
"Hahaha... gitu aja kaget, lu kenapa sih dari tadi bengong mulu disini, awas kesambet loh." ucap Riko sambil tertawa kecil.
"Iya, lu kenapa dah Van? kita perhatiin kayak bengong mulu dari tadi, lu lagi mikirin apa? timpal Bima yang menyela pembicaraan.
Kedekatan mereka memang lah terasa bagaimana pertemanan, hingga tak terlihat kedudukan Ervan sebagai ketua mereka, di antara semua anggota The Jokers Warrior, yang paling dekat dengan Ervan hanya lah mereka berdua, tak seperti anak geng motor pada umumnya yang sangat segan memanggil ketua mereka dengan julukan bos, apa lagi sampai terlibat pembicaraan hal itu terasa jarang. namun berbeda dengan mereka yang lebih terlihat sangat akrab seperti teman biasa, karna dulunya Riko dan Bima merupakan teman dekatnya Ervan, jadi tak wajar jika mereka terlihat sangat dekat.
"Hmm.. nggak, gue gak lagi mikirin apa apa." (sahut Ervan)
"Ouh.. kirain kenapa, gimana sama cewek tadi itu, lu anterin dia kemana?" tanya Riko sambil duduk di kursi sebelah Ervan.
"Ya gue anterin ke rumahnya lah, mau kemana lagi, aneh lu mah." Ervan meresponnya dengan santai.
"Ouh.. ya nggak, siapa tau lu bawa dia main dulu," (ucap Riko)
"Berarti lu tau sama rumahnya dia Van? kali ini Bima yang giliran bertanya.
"Ya tau lah.." sahut Ervan singkat.
"Gimana rumahnya cewek itu Van? tanya Bima lagi.
"Biasa aja sih, sederhana rumahnya, emangnya kenapa? ko lu tiba tiba nanya tentang cewek itu?" sekilas Ervan melirik ke arah Bima.
"Ya gapapa sih, gue cuma nanya doang." ucap Bima, setelah itu dia terdiam tanpa sepata apapun.
"Kalau gue liat-liat.. cantik juga ya tuh cewek, udah cantik, imut lagi," Ervan tersenyum sempat membayangkan awal bertemu dengan seorang gadis yang mampu membuat hatinya terpikat, yang tak sempat ia ketahui namanya.
"Jangan bilang lu naksir sama dia? hayo loo.. lu pasti naksir kan sama dia, ngaku aja lo Van?" ucap Riko yang menggoda Ervan.
"Ih apaan sih, sok tau lu," Ervan memalingkan wajahnya malu. perkataan Riko seolah menjebaknya.
"Fix, gak mungkin nggak, terus kenapa kok lu muji dia, kalau lu memang benar gak naksir sama tuh cewek." timpal Bima menyela di antara pembicaraan mereka. ia juga ikut menyudutkan Ervan dengan menodongkan pertanyaan.