Eric adalah seorang pria yang dingin, dia selalu bersikap dingin dengan semua wanita terkecuali dengan adik dan mamanya. karena rasa sakit hatinya dengan kekasihnya dulu. suatu saat eric bertemu dengan elsa, seorang wanita yang membuatnya penasaran.
Sayangnya elsa sudah mempunyai kekasih, dan Eric terjebak dengan cinta segitiga di antara elsa dia dan kekasih elsa. Apakah elsa dan Eric akan bisa bersatu…? Jika penasaran dengan ceritanya, silahkan baca novel ini…
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Na_1411, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. Calon mantu idaman.
“Bu, ayah pengen pulang aja, sepertinya ayah sudah nggak sakit lagi.” Rengek emon membujuk ana, emon yang tidak tahan dengan suasana rumah sakit, walau di kamar rumah sakit yang emon tempati fasilitasnya sangat lengkap, dari kulkas, tv serta ranjang untuk penunggu pasien pun ada, tidak lupa ac yang selalu dingin di kamar inap emon.
“Kita tunggu elsa ke sini yah, ayah yang sabar ya, yang penting ayah sembuh tidak sakit lagi.”
Ana masih merasa bersalah dengan emon, gara gara dia emon bisa berada di rumah sakit.
“Coba ibu telpon elsa, dia masih dirumah atau sudah jalan ke sini.”
Emon membaringkan tubuhnya kembali ke kasur empuk rumah sakit.
Terdengar suara knop pintu yang di buka dari arah luar ruangan emon, setelah pintu terbuka tampak beberapa orang yang memakai jas putih dan berseragam perawat di rumah sakit tersebut.
“Selamat pagi pak emon, bagaimana kondisi bapak hari ini…? Apakah masih sakit perutnya…?”
Kata dokter Adrian yang kemarin memeriksa emon.
“Sudah membaik dok, mm… apakah saya boleh pulang hari ini dok.”
Ucap emon berharap agar dirinya dapat diperbolehkan pulang hari ini.
“Coba kita lihat dulu.” Salah satu perawat jaga ruangan emon yang ada di samping dokter tersebut menyerahkan hasil dari kesehatan emon dari kemarin sampai hari ini.
“Hari ini pak emon ke kamar mandi untuk bab sudah berapa kali…?”
Tanya dokter Adrian sambil melihat ke kertas kesehatan yang di tangannya.
“Dua kali dok, tapi apakah saya boleh pulang dok, saya ingin rawat jalan aja.”
Emon berusaha merayu dokter Adrian, agar memperbolehkannya keluar dari rumah sakit.
“Oke baiklah, kita cek dulu ya kondisi pak emon.”
Dokter Adrian mendekat ke arah emon, dia memeriksa dada dengan menggunakan stetoskop.
“Kalau hari ini mungkin pak emon belum bisa pulang, kemungkinan besuk baru boleh pulang, bagaimana pak emon… besuk saya kesini lagi deh periksa pak emon“
Dokter Adrian yang mempunyai selera humor tinggi, dan banyak pasien yang di tangani dokter Adrian sangat menyukainya, dia mengajak emon bernegosiasi dengan emon saat ini.
“Kenapa tidak hari ini aja sih dok, saya pengen pulang, sepertinya kondisi saya sudah membaik.”
Emon masih saja teguh pada pendiriannya, emon yang sudah sering mendapati pasien seperti emon hanya tersenyum melihat sikap keras kepala emon.
“Baiklah, ada satu syarat buat pak Emon kalau mau pulang hari ini,”
“Apa itu dok…” jawab cepat emon yang penasaran dengan syarat dari dokter Adrian.
“Mm.. saya kasih tahu nanti syaratnya, setelah saya memeriksa pasien saya yang di sebelah kamar bapak, pak emon bisa menunggu saya kan.” Adrian tersenyum penuh arti melihat wajah penasaran emon saat ini.
“Baiklah saya tunggu, tapi beneran nanti doker ke sini lagi ya.” Emon sangat penasaran dengan syarat dari Adrian, tapi dia harus bersabar menunggu Adrian menyelesaikan visitnya.
“Saya pergi dulu ya pak emon, nanti saya datang lagi.” Adrian pergi dari kamar emon bersama denga para co-ass yang mengikuti Adrian di belakangnya.
Setelah dokter Adrian pergi tak lama elsa dan eric datang, elsa yang membuka pintu terlebih dahulu di ikuti eric yang berada di belakangnya.
“Selamat pagi ayahku tersayang, bagaimana kabar hari ini, apakah sudah sehat.”
Senyum elsa tampak sangat cerah hari ini, secerah cahaya mentari yang baru terbit dari ufuk timur.
“Selamat pagi juga anak ayah yang cantik, kabar ayah kepingin pulang ke rumah, bolehkah…”
Elsa yang mendengar ucapan sang ayah yang ingin pulang merasa heran, padahal baru tadi malam ayahnya datang dan pagi ini dia mau pulang ke rumah.
“Oh tidak bisa paduka raja, anda harus istirahat dulu di ruangan ini selama beberapa hari sampai anda sembuh.”
Elsa melangkah mendekati ranjang pasien sang ayah, sedangkan eric tersenyum kecil melihat interaksi elsa dan ayahnya.
“Tadi ayahmu juga mohon mohon sama dokter Adrian, katanya mau pulang sekarang, sudah tidak betah disini.”
Ucap ana mengadu ke elsa.
“Benarkah paduka raja….” Alyn menggeryit melihat ayahnya yang terlihat cemberut.
“Maaf mas ganteng, elsa dan ayahnya memang seperti itu kalau ketemu.”
Ana menggambil tas yang di pegang eric dari tadi, tas yang isinya baju baju sanga ayah dan ibunya serta perlengkapan yang di butuhkan ana dan emon di rumah sakit.
Eric hanya tersenyum mendengar ucapan ana, dia duduk di sofa yang ada di ruangan itu.
Elsa yang melihat eric sudah duduk manis di sofa yang ada di ruangan tersebut menghampirinya.
“Sayang, aku mau keluar dulu sebentar, sepertinya ibu belum makan, kamu mau ikut aku atau mau disini.” Bisik elsa di telinga eric.
Eric melihat ke arah elsa, dan dia merasa senang karena panggilan elsa pagi ini ke dirinya.
“Aku ikut ya.” Eric menatap wajah cantik elsa, dia tidak menyangka panggilan yang dia harapkan dari tadi pagi bisa keluar saat ini.
*pagi hari di rumah elsa
Eric yang baru saja datang, tampak turun dari mobil mendekati rumah elsa, sengaja, dia mengetuk pintu di rumah elsa yang masih tertutup.
Setelah menunggu beberapa menit elsa keluar dengan penampilan yang sudah segar terlihat dari senyum pagi elsa saat ini.
“Kamu sudah datang,” elsa melihat ke arah eric yang sudah berdiri di depannya.
“Sudah siap, ayo kita berangkat ke rumah sakit sekarang.”
Ajak eric yang melihat penampilan elsa sekarang.
“Sebentar, kamu sudah makan.” Tanya elsa.
“Belum, memang kamu ada makanan buat aku makan, atau …”
Belum sempat eric meneruskan ucapannya elsa langsung menyela ucapan eric.
“Atau apa…? Jangan piktor pak eric…!!!!”
Ucap elsa sambil mengayun ayunkan telinjuknya ke arah wajah eric.
Eric tersenyum ke arah elsa, dia mendekati elsa yang berdiri di depannya, dengan cepat dia memegang perut elsa dengan satu tangannya dengan secepat kilat eric mencium bibir merah elsa.
“Cup”
Elsa yang mendapat serangan mendadak dari eric tampak terkejut dan memelotot kan matanya.
“Itu hukuman buat kamu karena kamu memanggilku dengan sebutan pak.”
Eric tersenyum smirk menatap elsa yang sedikit syok, eric membelai pipi elsa dengan pelan.
“Panggil aku sayang sekarang.”
Bisik eric di telinga elsa.
Elsa yang merasakan perlakuan eric yang terlihat seperti orang mesum dengan pelan menjauhkan dirinya, eric yang tahun kalau elsa akan menjauh darinya memegangi perut elsa semakin erat.
“Mm… bentar aku lagi rebus air, tampaknya sudah mendidih dari tadi, bisa lepaskan aku sebentar.”
Elsa memohon agar eric mau melepaskannya.
Dengan terpaksa eric melepaskan elsa, elsa yang sudah merasa bebas akhirnya berjalan ke dalam dapur di ikuti eric di belakangnya.
“Ternyata kamu bohong ya, katanya lagi masak air.”
Elsa merasa seperti maling yang ketahuan akan mencuri, dia tersenyum kaku mantap eric.
“Ayo kita sarapan, aku buatin kopi mau, sama sanwich.” Elsa mendekati teko listrik yang ada di meja makan, dia menggambil dua cangkir kosong dan mengisinya dengan kopi dan gula sambil menunggu airnya mendidih elsa membuat dua sanwich untuk dirinya dan eric.
Eric yang dari tadi sudah duduk di meja makan, melihat tingkah laku elsa. Dengan cekatan elsa membuat kopi dan sanwich untuk eric dan dirinya, dia menaruh kopi dan sanwich eric di meja makan.
“Ayo makan…”
Elsa menawari eric yang masih melihat dirinya.
“El…” eric memanggil elsa yang tampak asik mengaduk kopi buatannya.
“Hmm…” elsa melihat ke arah eric yang menatapnya.
“Kita nikah yuk,” eric yang dengan asal mengucapkan kata nikah ke elsa, yang padahal mereka baru aja satu hari jadian itu pun back street.
“Jangan ngaco ah.. udah ayo sarapan dulu, nanti setelah itu kamu mau berangkat kerja kan.”
Eric menggeleng mendengar ucapan elsa.
“Aku cuti hari ini,” ucap eric.
“Mana bisa begitu,” elsa tak mengerti dengan tingkah eric sekarang.
“Bisalah, kan aku pemilik perusahaan, suka suka aku lah.” Ucap eric enteng sambil memakan sanwich buatan elsa.
**kembali ke rumah sakit.*
“Bu sudah makan belum…?”
Tanya elsa ke ana yang sedang memberikan segelas air minum ke emon.
“Belum, kamu sendiri…?”
Tanya balik ana ke elsa.
Elsa mengangukan kepalanya, pertanda dia sudah sarapan tadi di rumah.
“Aku mau keluar, ibu aku belikan sarapan sekalian ya, mau makan apa…?”
“Apa aja….?” Jawab ana sambil menggambil gelas yang emon kasih,
emon menatap elsa dan eric yang akan pergi dari ruangan inap emon.
“Bu… kamu lihat teman elsa itu, apa dia kekasih elsa ya.”
Emon melihat elsa dan eric yang sudah dari ruang inap emon.
“Hust… ngawur aja ayah ni, wong dia temennya elsa kog.”
Jawab ana sambil menyenggol lengan emon.
“Ibu tahu tidak, ayah pengen punya mantu kayak dia, bisa memperbaiki keturunan, hahaha…”
Tawa emon pecah seketika, begitu juga dengan ana.