Jeanette Archer, seorang wanita bersuami, menghabiskan satu malam panas bersama seorang pria. Hal itu terjadi di acara ulang tahun adik kesayangannya.
Axton Brave Williams, yang anti pernikahan, menerima tantangan dari para sahabatnya untuk melepas keperjakaannya. Ia melakukan sebuah ONS dengan seorang wanita di sebuah klub.
Jean merasa bersalah dengan apa yang telah dilakukannya, membuat dirinya menerima perlakuan suaminya yang semakin lama semakin acuh. Hingga pada akhirnya ia menemukan bahwa suaminya telah mengkhianatinya jauh sebelum mereka menikah.
Sebuah perceraian terjadi, bahkan kedua orang tuanya mendukung ia berpisah, karena wanita selingkuhan suaminya tengah hamil. Di hari yang sama, ia mengetahui bahwa dirinya tengah hamil akibat malam panas yang ia lewati.
Tak mendapat dukungan dari siapapun, membuatnya lari saat hamil dan kembali menikmati petualangannya di alam bersama anak dalam kandungannya. Hingga takdir membawanya kembali pada pria yang merupakan ayah anaknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PimCherry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PERLU MENGINGATKANMU
"Lihatlah Mom, apa yang dibelikan Glenpa untukku," ucap Alex dengan senyum di wajahnya.
Sebuah kamar besar dan lengkap dengan komputer canggih, Jeanette tak bisa mempercayai apa yang ia lihat. Jeanette kemudian mensejajarkan tubuhnya dengan Alex.
"Kamu memintanya dari Grandpa, sayang?" tanya Jeanette. Ia tak ingin merepotkan Tuan Orlando. Diberi pekerjaan dan juga tempat tinggal, sudah merupakan suatu hal yang luar biasa bagi Jeanette.
Alex menggelengkan kepalanya, "Ini hadiah kata Glenpa. Lihat ini, Mom."
Alex menarik tangan Jeanette dan memperlihatkan suatu gambar pada layar monitor. Jeanette melihat jalan utama rumah yang mereka tempati saat di Pulau Bali.
"Itu Abla, Mom," ucap Alex.
Jeanette melihat ke arah Alex. Putranya itu benar benar istimewa. Ia bisa meretas CCTV lintas benua. Hal itu membuat Jeanette sebenarnya ingin memanfaatkan kemampuan Alex.
Kediaman Keluarga Archer memiliki CCTV, mungkin saja Alex bisa meretasnya. Ia hanya ingin melihat keadaan keluarganya, terutama Dad Marcello. Namun, keinginan itu ia urungkan. Kalau Alex mengetahui, ia mungkin akan meminta mereka pergi ke sana.
"Dan lihat ini, Mom," ucap Alex yang mulai menggerakkan jari jemarinya. Kecepatan tangan Alex luar biasa. Ia sangat lincah menekan tombol pada keyboard dan mengetikkan sesuatu di sana.
"Ini Glenpa Alex," Alex memperlihatkan gambar dad Marcello yang tengah duduk di ruang keluarga di Kediaman Archer.
Jantung Jeanette terasa berdetak cepat. Baru saja ia menyebutkan keinginannya di dalam hati, tapi ternyata Alex telah lebih dulu mencari asal usulnya.
"Siapa yang memberitahumu?" tanya Jeanette.
"Aku hanya mencalinya sesuai nama Mommy," jawab Alex.
Ia cerdas, bahkan terlalu cerdas. Apa aku akan bisa menyembunyikan semuanya lebih lama lagi? - batin Jeanette.
*****
Joanna yang kini sudah pulang ke rumah, dijaga dengan sangat ketat oleh Hansen. Ia tak ingin kecolongan lagi hingga Joanna harus kembali sakit. Ia menyewa seorang perawat khusus yang sangat ahli dalam penyakit Pneumonia yang diderita oleh Joanna.
"Tolong jaga putriku," ucap Hansen yang harus pergi ke perusahaan karena ia sudah meninggalkannya dalam waktu yang lama. Meskipun Dad Ruben menggantikannya, tapi ia tetap harus tahu bagaimana perkembangan perusahaan karena belakangan ini memang Perusahaan Daniel sedang dilanda keterpurukan akibat kekurangan dana dalam realisasi proyek.
"Baik, Tuan," ucap Sandra, perawat Joanna.
Hansen kembali menghela nafasnya kasar ketika tak mendapati Jesslyn di kamar tidur mereka. Perpisahan memang akan menjadi jalan terakhir yang dipilihnya. Ia sudah berlama lama tidak mengurus surat perpisahannya, karena ingin melihat bagaimana perubahan Jesslyn.
Namun, tak ada perubahan dalam diri Jesslyn dan hal itu kini memantapkannya untuk segera mengurus surat perceraiannya. Memang seharusnya Joanna menjadi pengikat di antara mereka, akan tetapi jika Jesslyn tak pernah menganggap Joanna ada dan leboh sering meninggalkannya, maka keberadaan Jesslyn tak akan diperlukan lagi.
Hansen masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Ia langsung membersihkan dirinya di bawah shower karena tak punya waktu untuk sekedar berendam. Ia harus segera ke perusahaan, kemudian pulang untul menemani Joanna. Ia ingin memiliki waktu untuk putrinya itu.
Sementara Jesslyn, kini ia sedang berada di sebuah cafe. Ia seakan telah lupa dengan apa yang terjadi pada Joanna dan rencana perpisahannya. Ia sedang sangat kesal dan perlu menenangkan diri bersama teman temannya. Nanti malam, mereka akan kembali mendatangi klub malam untuk melepaskan penat mereka.
"Kapan kamu akan mentraktir kita lagi, Jess?" tanya Nicole.
"Sabar. Aku sedang menunggu hasil penjualan dari proyek suamiku," jawab Jesslyn.
"Asikkkk!!!" teriak beberapa orang di sekeliling Jesslyn.
Jesslyn memang selalu mentraktir mereka dan itu adalah kepuasan tersendiri bagi Jesslyn. Ia selalu mendapat pujian dari sekelilingnya dan itulah yang membuatnya senang, tidak seperti kedua orang tuanya yang hanya meninggalkannya dan memarahinya.
"Kamu memang hebat, Jess! Panutan kita!" ucap salah seorang pria di sana. Ia selalu memuji dan meninggikan Jesslyn. Sebuah senyum menyungging terlihat di sana.
Jesslyn mengenal mereka dari klub yang selalu ia datangi. Pertama tama mereka memang tak saling mengenal, tapi karena seringnya mereka bertemu di klub, mereka pun jadi sering berkumpul baik siang maupun malam.
*****
Setelah menidurkan Alex di kamar barunya, kini Jeanette kembali ke kamarnya sendiri. Ia berjalan di koridor mansion yang memiliki plafond cukup tinggi itu. Ia menaiki tangga perlahan karena memang kamar Alex ada di lantai bawah, bersebelahan dengan kamar tidur Tuan Orlando.
Ceklekkk
Jeanette membuka pintu kamar tidurnya yang biasanya ia tempati bersama Alex. Baru saja ia membukanya, ada sebuah tangan yang memegang pinggangnya dan mendorongnya masuk.
Jeanette langsung memutar tubuhnya dan melihat siapa yang melakukannya. Ia kini berada dalam mode was was setelah melihat siapa yang berada di hadapannya.
Dengan cepat Axton menutup pintu dan menguncinya. Ia menatap tajam ke arah Jeanette seakan ingin menerkamnya.
"Keluar! Apa yang kamu lakukan?" ucap Jeanette.
"Aku tak akan ke mana mana sebelum kamu memberikan penjelasan padaku," ucap Axton yang memegang sebuah amplop berwarna coklat di tangannya.
"Tak ada yang perlu kujelaskan," Jeanette mendorong dada Axton karena saat ini tubuh mereka sangat dekat karena Axton masih memegang pinggangnya.
Axton melepaskan pegangannya pada pinggang Jeanette dan membuat Jeanette terhempas ke belakang dan hampir saja jatuh jika Axton tak kembali menangkapnya. Nafas Jeanette sedikit memburu karena kaget.
"Kamu tidak apa apa?" tanya Axton.
"Ya, aku tidak apa apa. Sekarang lepaskan aku," ucap Jeanette.
Axton akhirnya melepaskan pegangannya namun tidak tatapannya. Ia tetap menatap Jeanette dengan tajam seakan meminta penjelasan.
"Apa kamu bisa menjelaskan padaku tentang ini? Atau aku perlu membawa seseorang yang ahli untuk menjelaskannya padamu?" tanya Axton sambil memberikan sebuah amplop berwarna coklat itu ke pada Jean.
Jeanette mengambilnya dan segera membukanya. Ia ingin tahu apa yang dimaksud oleh Axton. Ketika ia membuka dan melihat apa yang tertulis di sana, ia menatap Axton dengan tatapan yang sulit dijelaskan.
Ia menggenggam erat surat itu kemudian kembali memberikannya pada Axton, "ini tidak benar."
"Tidak benar? Atau aku perlu mengingatkanmu tentang malam yang kamu habiskan bersamaku?"
🧡 🧡 🧡
setelah 5 tahun ..
karma untuk jessyln yg jahat /CoolGuy/
kmu pasti bisa /Smile/
besok Otewe masuk rumkit lg deh
Tdk membosankan ..
menarikkkkk❤️🔥