Tidak ada seorang istri yang rela di madu. Apalagi si madu lebih muda, bohay, dan cantik. Namun, itu semua tidak berpengaruh untukku. Menikah dengan pria yang sedari kecil sudah aku kagumi saja sudah membuatku senang bukan main. Apapun rela aku berikan demi mendapatkan pria itu. Termasuk berbagi suami.
Dave. Ya, pria itu bernama Dave. Pewaris tunggal keluarga terkaya Wiratama. Pria berdarah Belanda-Jawa berhasil mengisi seluruh relung hatiku. Hingga tahun kelima pernikahan kami, ujian itu datang. Aku kira, aku bakal sanggup berbagi suami. Namun, nyatanya sangat sulit. Apalagi sainganku bukanlah para wanita cantik yang selama ini aku bayangkan.
Inilah kisahku yang akan aku bagi untuk kalian para istri hebat di luar sana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reinon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 Makan Siang Bertiga
Tiga hari setelah pengungkapan besar-besaran, aku akhirnya membuat satu keputusan. Tidak sepenuhnya ideku tapi yang membuat keputusan di sini adalah aku karena ini rumah tanggaku. Kalau dibiarkan terus-menerus seperti ini, aku yakin tidak akan pernah menemukan akhir.
Ingin menunggu Dave insyaf sendiri rasanya tidak mungkin. Butuh waktu berapa lama lagi? Iya jika dia insyaf. Bagaimana jika semakin menjadi-jadi? Tak bisa kubayangkan rumah tanggaku akan seperti apa. Siang ini aku sudah memberitahu Dave bahwa aku akan membawa makan siang untuk kami bertiga.
Ya, hari ini aku akan makan siang bertiga bersama madu hitamku. Aku tak ingin melihat kejadian tempo hari. Jadi, lebih baik aku memberitahu Dave akan kedatanganku. Awalnya Dave sedikit ragu karena dia khawatir aku dan Noel akan sulit mengendalikan diri alias susah diatur.
Aku berusaha meyakinkannya dan berhasil. Aku akan mengalah dan lebih bersabar menghadapi lelaki betina itu. Yang terpenting tujuanku tercapai.
"Hai Dara!" sapaku di depan Dara.
"Hai, nyonya!" balasnya riang.
"Nyonya udah ditungguin sama pak bos, lho!" ucapnya sambil nyengir.
"Makasih ya. Oh iya, temannya pak bos udah udah datang?" tanyaku.
"Oh, yang cowok itu ya, nyonya?" tebak Dara.
Aku mengangguk sambil tersenyum.
"Sudah nyonya. Baru aja masuk ke ruangan pak bos," jawab Dara sambil tersenyum.
"Kalo gitu saya masuk dulu, ya," ucapku sambil berlenggang meninggalkannya.
Aku mengatur napas sebelum mengetuk pintu ruangan Dave. Lebih baik begitu agar aku tidak pingsan lagi melihat adegan dibalik pintu. Setelah tiga kali mengetuk pintu, aku langsung membukanya. Dave terlihat sedang duduk di kursi kebesarannya. Sedangkan, lelaki betina itu sedang berdiri di sudut jendela.
Suasana terasa dingin saat aku memasuki ruangan itu. Padahal cuaca di luar sangat cerah. Awan putih saja tidak ada yang berarak saking birunya langit.
"Sayang!" sapa Dave lebih dulu.
Dia bangkit dari kursi kebesarannya dan menyambut ku. Tentu saja kesempatan ini aku gunakan untuk memanasi si Noel. Dave memeluk dan mencium kedua pipiku bergantian. Noel terlihat tidak suka saat aku melihatnya dari ekor mataku.
"Satu enol," ucapku dalam hati.
Wajar jika Dave tak ingin aku dan Noel berada di ruangan yang sama. Aku akui aku juga yang suka memancing emosi lelaki betina itu. Namanya juga kaum hawa, mana boleh mengalah saat berada di area pertempuran. Apalagi lawannya adalah seorang pelakor.
Aku yakin seluruh kaum hawa di muka bumi ini setuju dengan tindakanku melawan pelakor.
"Aku membawa masakan dari rumah. Aku harap kau tidak keberatan untuk makan bersama kami siang ini, Noel," ucapku ramah.
Padahal dalam hati ingin ku lumuri wajahnya yang polos itu dengan cabe rawit yang sudah dihaluskan.
"Palingan asisten rumah yang memasak," jawabnya ketus.
"Benar-benar dah! Di kasih hati minta ampela," aku mengoceh dalam hati.
"Sabar! Sabar!" seruku lagi dalam hati.
"Tanya sendiri pada Dave," balasku.
"Ehem!" Dave berdehem.
Aku menangkap maksud dari tenggorokannya yang dipaksa batuk itu. Artinya, aku harus konsisten dengan janjiku sebelum berangkat tadi. Aku akan mengalah dan bersabar.
"Maaf sayang, kelepasan," ucapku pelan.
"Noel! Kemari lah!" ajak Dave.
Aku sibuk mengeluarkan beberapa kotak makan dan alat makan. Lalu, menatanya di atas meja tamu ruangan Dave. Untuk minuman, tidak perlu khawatir. Dave memiliki kulkas mini di ruangannya.
Lelaki betina itu mau tak mau mengikuti perintah Dave. Jadilah, aku duduk di antara mereka. Aku duduk di sofa tengah, Dave berada di sebelah kanan, dan Noel di sebelah kiri. Well, posisi yang baik. Toh, aku juga yang berperan sebagai pembicaranya di sini.
Aku membuka kotak makan Dave dan memberinya alat makan. Usai mengurus Dave, giliranku mengurus diriku sendiri.
"Sok jadi istri baik-baik!" seru Noel setengah berbisik.
Darahku berdesir mendengarnya. Aku yakin seratus persen Dave tidak mendengarnya. Terlihat dari Dave yang lahap menyantap makan siangnya.
"Tarik napas! Buang! Tarik napas! Buang!" seruku dalam hati.
Benar saja tadi aku kepikiran untuk mengoles wajahnya dengan cabe giling. Mulutnya sangat luar biasa. Laki sih laki tapi mulutnya bak ular berdesis.
"Kau ingin tukar kotak makan denganku?" tanyaku pada Noel dengan nada sok ramah. Ini baru namanya sok. Sok ramah tapi hati mendidih.
Seketika aku teringat beberapa video di sosmed tentang wanita atau pria yang melabrak pasangannya yang sedang menikmati perselingkuhan. Melihat videonya saja membuat geram. Sekarang, aku merasakan yang mereka rasakan. Rasanya ingin ku pepes.
Wajar jika mereka yang melabrak pasangannya berselingkuh ingin mencabik-cabik selingkuhannya. Aku ingin begitu tapi yg ku hadapi ini lelaki betina. Belum pernah ku lihat video yang menyerang selingkuhan suami atau istri dengan pasangan sesama jenis. Tapi, video tentang wanita yang ditipu dinikahi oleh wanita berwujud laki-laki banyak.
Karena tidak memiliki rekomendasi dari sosmed. Aku akan mengikuti saran Rei. Aku harap sarannya bisa membantuku. Noel menoleh saat aku menawarkannya.
"Kali saja kau curiga padaku kalau aku akan meracuni mu," aku menimpali ucapanku dengan santai.
Noel melirikku tajam lalu membuka kotak makannya. Pria itu berniat membukanya dengan kasar. Memangnya kotak makan itu ada salah apa padanya? Berhubung hari ini pemeran utamanya adalah aku, jadi lebih baik sekarang aku mengisi perut dulu agar nutrisinya menjadi tenaga untuk bertarung nanti.
Satu suap, dua suap. Noel mulai memasukkan makanan ke dalam mulutnya. Menu makan siang hari ini nasi rempah yang ku racik sendiri bumbunya. Lauknya hanya ayam kecap, acar timun, dan emping.
"Hmm! Baru tahu tingkat memasak ku!" seruku puas dalam hati.
"Dua enol," timpal ku lagi.
Kami bertiga makan siang dalam diam. Tentu saja, adab saat makan tidak boleh berbicara. Dave selesai lebih dulu tapi dia masih menungguku dan Noel menyelesaikan makan siang kami. Aku merapikan kotak makan yang kotor dan memasukkannya kembali ke dalam paper bag.
"Jadi, apa yang ingin kau sampaikan sayang?" tanya Dave.
"Paling soal remeh temeh," jawab Noel secepat kilat.
"Aish! Lelaki betina ini memang menguji kesabaranku!" kesalku dalam hati.
"Aku tidak akan berbasa-basi. Tujuanku kemari yaitu aku ingin Noel tinggal bersama kita di rumah," ucapku santai.
"Tidak!" tegas Dave.
"Mengapa tidak?" tanya Noel.
"Apa yang akan dikatakan oleh semua orang di rumah?" tanya Dave padaku.
"Hmmm! Baru begini saja sudah takut dengan omongan orang-orang di rumah. Tahu takut kenapa masih dilakukan sih, sayang?" aku bermonolog dalam hati.
"Noel kan laki-laki bukan perempuan," jawabku.
"Apa bedanya?" tanya Dave bingung.
Aku menepuk jidat mendengar pertanyaan Dave. Bukannya sudah jelas terlihat dari bentukannya.