Tamara Lourine Aditama, biasa dipanggil dengan tama, dia seorang gadis yang lemah lembut dan cerdas. walaupun selalu di kucilkan keluarga dan tidak pernah di anggap sebagai anggota keluarga aditama tetapi Tamara selalu menjadi gadis yang ceria.
suatu ketika Tamara di fitnah oleh adik kembarnya Tamariska yang merasa iri dengannya. dia di fitnah dan terusir dari rumahnya, menjadi terluntah-luntah namun karena sikapnya yang baik hati dan suka melakukan kebaikan maka iyapun lantas menuai kebaikan itu dengan di tolong oleh sesilia yang merupakan seorang anak yatim piatu yang pernah di bantu Tamara, Sesilia mengajak Tama untuk tinggal dirumah kontrakannya itu.
bersama temannya seusai pulang sekolah mereka bekerja akan tetapi adiknya masih selalu menganggu dan meneror hidupnya bahkan selalu membuat iya di berhentikan dari pekerjaannya berulang kali.
Mampu kah Tamara menemukan kebahagiaannya ?
mampukah Tamara bertahan untuk menghadapi semuanya ?
yuk, ikuti kisahnya...............
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hulwund, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kebohongan belaka
" Dia kan memang jauh lebih dewasa dari pada Tamariska ma, itulah kenapa Papa nggak begitu khawatir dengannya, tapi sebenarnya kita memang sudah salah besar memperlakukan Tama seperti itu" sesal Robi.
" udahlah Pa, nggak usah lagi kita bahas tentang Tamara terus, takutnya tiba-tiba Tamariska datang muncul tiba-tiba dan mendengar semua percakapan kita, itu jauh lebih berbahaya" ucap Debora mencegah pembicaraan lebih lanjut
"baiklah ayo, kita tidur sekarang aja Ma"
Mereka pun masuk ke dalam alam mimpi, hingga suara adzan subuh berkumandang mereka masih terlelap dalam tidurnya, berbeda halnya dengan Tamara yang segera terbangun ketika mendengar suara adzan subuh. Dia memegangi kepalanya yang sedikit pusing gara-gara terlalu lama menangis semalam.
"astaghfirullah....kenapa kepala ku sakit sekali" lirih Tamara sambil memegangi kepalanya.
"Eh non Tama udah bangun to non?" tanya Bibi Surti.
"sudah bi, dari tadi aku sudah bangun, cuma kepalaku sakit banget bi" jawab Tamara sambil memijat pelan kepalanya
"hehehe.... Ya udah non yuk kita sholat subuh berjamaah aja non, baru setelah itu non Tama bisa boleh tidur lagi non" ajak Bibi surti pada Aulia.
"iya bi, sebentar ya bi, aku ambil wudhu dulu" jawab Tamara sambil beranjak dari tempat tidur.
Tamara pun melaksanakan sholat subuh berjamaah dengan bibi surti, dengan khusuk mereka melaksanakan sholat subuh. Walau beban berat yang menimpa dirinya saat ini, Tamara sedikit pun tidak mempunyai niat untuk melalaikan kewajibannya sebagai seorang muslim. Bahkan menurut Tamara lebih baik mendekatkan diri kepada Allah, hatinya menjadi lebih baik dan tenang. Selesai sholat mereka segera mengerjakan tugas masing-masing untuk membersihkan seluruh ruangan yang ada di rumah tersebut. Tamara tidak pernah mengeluh saat membantu orang yang sudah paling berjasa dalam hidupnya selama ini, bahkan Tamara telah menganggap Bibi Surti sebagai orang tua pengganti.
"Bibi masak aja ya seperti biasanya, biar aku yang membersihkan rumah ini" ucap Tamara pada Bibi
"Loh.... Katanya kan tadi non sakit kepala? Memang udah sembuh sakit kepalanya? Kalau masih sakit istirahat aja non"
" udah agak mendingan Bi, udah nggak seperti tadi pas bangun tidur tadi bi" jawab Tamara.
"Alhamdulillah.... Kalau gitu non, tapi bibi mohon non jangan maksain diri kalau masih sakit ya"
"siap Bi"
Tamara segera mengerjakan semua pekerjaan rumah seperti biasa, namun kebiasaan Tamariska yang suka membuat rusuh dan menyusahkan Tamara. Tamariska tiba-tiba datang dan dengan sengaja menendang ember yang berisi air pel, sehinggah membuat semua airnya tumpah dan membasahi satu ruangan.
Buugghh.....
" ups...sorry nggak sengaja, hehehehe...." ucap Tamariska berpura-pura lalu tertawa
"astaghfirullah hal adzim.....dek, bisa nggak sehari aja kamu nggak usah ngerecokin pekerjaan aku?" tanya Tamara kesal.
"nggak bisa, karena gue senang banget lihat Lo menderita, udah sana jangan bawel, mending cepat sana beresin semua kekacauan ini" ucap Tamariska sambil berlalu pergi disertai senyuman penuh kemenangan.
"Dasar cewek manja" gerutu Tamara sambil bergegas membereskan semua kekacauan yang di sebabkan oleh Tamariska.
Setelah membersihkan seluruh ruangan, ternyata jam sudah menunjukan pukul enam lewat sepulut menit, sehingga Tamara segera bergegas ke kamarnya untuk bersiap-siap berangkat ke sekolah. Hari ini Tamara melewatkan sarapan pagi, karena dia telah kesiangan karena itu dia juga memilih untuk langsung berangkat ke sekolah tanpa berpamitan dengan kedua orang tuanya. Tamara tetap berangkat menggunakan sepedanya walaupun semalam sang ayah sudah melarangnya dan menyuruhnya untuk di antar jemput, tapi pagi ini Tamara tidak melihat siapa-siapa. Bahkan mang Ujang yang di tugaskan untuk mengantar jemputnya tidak terlihat, mungkin mang ujang sedang mengantar sang ayah. Dan apa yang di janjikan oleh sang ayah adalah kebohongan belaka, mereka tidak sepeserpun memberikan uang kepada Tamara. Alhasil dia hanya bisa bersabar dan menguatkan hatinya untuk tetap berpikir positif kepada kedua orang tuanya.