Alana Ketlovly seorang pengusaha yang harus menelan pil pahit karena cinta yang bertepuk sebelah tangan. Untuk itu Alana memutuskan untuk menghibur dirinya dengan pergi ke Bar, yang berakhir dengan sebuah malapetaka. Dimana dirinya menjalan hubungan cinta satu malam dengan seorang mafia bernama, Arthur Stanley.
Arthur Stanley sendiri merupakan seorang mafia yang memiliki kelainan dalam hubungan seksual. Banyak cewek yang ingin tidur dengannya namun dirinya hanya menginginkan teman tidur yang membuat nyaman dan tergila-gila.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahidah88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
"Aaaakh!"
Cintia berteriak dengan kesal melemparkan semua dokumen yang diatas meja kerjanya.
" Cintia. siapa yang sudah membuat adik ku yang cantik ini menjadi kesal?" tanya Daniel yang baru masuk ke ruangan kerja Cintia.
" Arthur. Dia membawa beberapa cewek ke rumahnya dan menyebutnya sebagai kekasih!" jawab Cintia dengan kesal namun dia menyadari kesalahannya.
" Kekasih Arthur?" Daniel lalu tersenyum. Dia kemudian berjalan mendekati adik sepupunya itu.
" Em.. Maksud ku.." ucap Cintia gelagapan karena dia sudah membuka rahasia Arthur kepada saingan Arthur sendiri.
" Aku rasa aku tahu cara bagaimana kamu bisa menjinakkannya." ucap Daniel.
Daniel menyentuh dagu adik sepupunya itu. "Jadi, apakah kamu mau menempuh jalan yang sama seperti ku, adikku yang cantik? Jangan bertingkah seolah kita tidak dekat, aku ini saudaramu."
***
Alana menuruni tangga, dia melihat bibi Sinta dengan dua orang pelayan tengah sibuk membersihkan rumah. Alana lalu berjalan menghampiri bibi Sinta, dia lalu bertanya kemana Arthur pergi, karena saat bangun tidur dia tidak melihat sosok Arthur.
" Tuan Arthur sudah pergi dengan Kevin. Kalau nona Alana mau sarapan, biar aku siapkan." ucap bibi Sinta. Namun mata bibi Sinta tertuju pada penggelangan tangan Alana yang memerah. Bibi Sinta meraih tangan kanan Alana dan menyentuh pergelangan tangan yang merah tersebut.
" Apa ini sakit? Biar aku ambilkan salep dan mengoleskannya ya." ucap bibi Sinta.
" Enggak apa-apa kok bi. Ini enggak terlalu sakit kok. Ini akan segera sembuh kok." ucap Alana tersenyum.
Bibi Sinta masih menyentuh pergelangan tersebut dengan lembut. " Harap bersabar nona Alana. Aku tahu anda pasti tidak nyaman tinggal disini. Tapi sebenarnya tuan Arthur merupakan orang yang sangat baik. "
Alana tersenyum sambil menjawab, " Baik bi.
" Tunggu sebentar ya. Akan aku siapkan sarapan untukmu."
" Baik bi." ucap Alana menatap kepergian bibi Sinta. Tatapan itu seolah ia merindukan sosok ibu dalam hidupnya. Segera dia menelepon ibunya, hanya untuk sekedar menuangkan rasa rindunya.
" Hallo, nak. Tumben pagi-pagi menelepon. Apa ada masalah?"
Suara lembut itu membuat Alana ingin meneteskan airmata. Sudah lama dia tidak mendengarkan suara lembut nan menyentuh hati ini.
" Enggak apa-apa kok ma. Aku hanya merindukan kalian." ucap Alana sambil tersenyum mengisyaratkan bertapa bahagianya mendengar suara dari ibunya.
" Nak, kapan kamu akan pulang untuk menanam pohon bersama ayah?" suara berat dari ayahnya, membuat Alana tidak bisa membendung air matanya. Tanpa sadar air mata itu mengalir di pipinya.
" Maaf ayah. Akhir-akhir ini aku sedikit sibuk dengan pekerjaan. Kebetulan aku tengah mengurus laporan keuangan tahunan dari sebuah perusahan."
" Kamu lebih kaya dari ku, nak!"
" Aku berharap begitu, Aku nanti akan mentraktir ayah dan mama makan besar."
Terdengar suara gelak tawa dari kedua orang tua Alana. Alana tersenyum senang, sesekali menghapus air matanya dengan jarinya.
" Nanti kalau aku udah punya waktu luang. Aku akan kembali ke rumah."
" Iya. Hati-hati ya nak. Mama mencintai mu."
" Iya mah, aku juga mencintaimu."
" Bagaimana dengan ayahmu ini?" terdengar suara protes dari ayah Alana.
" Aku mencintai mu, ayah." ucap Alana.
" Baiklah. Sampai jumpa lagi ya, nak."
" Iya ayah. Sampai ketemu lagi." ucap Alana mengakhiri sambungan telepon tersebut.
Alana tersenyum, hatinya kini cukup lega setelah mendengar suara dari dua orang yang sangat Alana cintai.
Alana lalu duduk di sofa, tiba-tiba ponselnya berdering. Terdapat nama kontak Maya yang tengah menelepon. Maya menelepon hanya ingin mengetahui kabar dari Alana. Alana tersenyum ketika dia menyadari jika masih ada yang menyayanginya.