Anna seorang gadis desa yang memiliki paras cantik. Demi membayar hutang orang tuanya Anna pergi bekerja menjadi asisten rumah tangga di satu keluarga besar.
Namun ia merasa uang yang ia kumpulkan masih belum cukup, akan tetapi waktu yang sudah ditentukan sudah jatuh tempo hingga ia menyerah dan memutuskan untuk menerima pinangan dari sang rentenir.
Dikarenakan ulah juragan rentenir itu, ia sendiri pun gagal untuk menikahi Anna.
"Aku terima nikah dan kawinnya...." terucap janji suci dari Damar yang akhirnya menikahi Anna.
Damar dan Anna pada hari itu di sah kan sebagai suami dan istri, Namun pada suatu hari hal yang tidak di inginkan pun terjadi.
Apa yang terjadi kelanjutan nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MomoCancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
"Anna, baru pulang dari ladang ya?" Tanya bang Imran. Aku mengangguk pelan seraya tersenyum kecil. Terkadang ada rasa takut jika Imran menghampiri ku, takut jika akan ada seseorang yang melihat kami berjalan berdampingan karena akan menimbulkan hal yang tidak mengenakan nantinya.
"Abang antar pulang ya?" Ucap Imran menawarkan diri.
"Tidak usah, nanti juragan Anton lihat."tolak ku secara baik-baik agar Imran tidak salah paham.
"Kamu gak usah khawatir, bapakku tidak akan tahu. Lagian aku tidak takut sama bapak hatiku masih sama seperti dulu sama kamu, na. Aku akan tetap membela kamu meskipun bapak melarang keras aku tidak bisa membohongi perasaanku sendiri." Ungkap Imran terlihat tatapan nya penuh ketulusan namun entah kenapa aku masih tidak merasakan hal yang sama meskipun dia berulang kali mengucapkan hal demikian.
"Maaf bang, Anna.." mendadak bibirku terasa berat untuk mengucapkan sesuatu. Namun belum selesai mengucapkan nya Imran sudah menyela pembicaraan. "Aku tahu kok, jawaban kamu. Dan aku akan tetap nunggu jawaban itu,"tersenyum.
"Ya Allah bang Imran apa yang kamu lihat dari saya? Saya sudah menolak kamu bukan sekali dua kali tapi sudah sering, masih juga jawaban kamu begitu." Batinku berbicara betapa teguh nya keinginan Imran untuk mendapatkan cintaku. Entah itu memang ketulusan nya ataukah memang ada maksud lainnya.
"Anna?"panggil Imran pelan.
"Iya,"sahutku.
"Apa kamu mau menikah dengan ku?" Ucap imram.
Uhuk.. uhuk..
Seketika aku tersedak oleh salivaku sendiri rasanya sulit untukku telan.
"Hah? Bang Imran gak salah bicara?" Tanyaku lagi pada Imran yang sangat berhasil membuat kedua mataku nyaris keluar.
"Abang gak salah bicara, Abang serius sayang sama kamu." Ucap Imran mencoba meyakinkan ku.
Entah apa yang harus ku jawab tiba-tiba saja Imran melamar ku, tidak bisa di percaya anak juragan tembakau juga memiliki hektaran sawah yang sudah di kenal banyak warga orang terpandang juga terkaya di desa tersebut melamar ku.
"Bang Imran maaf sebelumnya, Anna benar-benar belum bisa menerima Abang jadi pasangan Anna."tolak ku amat berhati-hati takut jika Imran akan tersinggung nantinya.
"Gak usah buru-buru, na. Pikirkan aja dulu, atau barang kali kamu sudah punya pasangan?" Ujar Imran yang sepertinya ingin mengetahui alasanku tidak secara langsung.
Aku hanya bisa menghela nafas panjang, dan memalingkan wajahku dari tatapan Imran. Semakin tidak nyaman posisi ku saat ini berhadapan dengan laki-laki ini. "Bukan itu bang, Anna belum memiliki pasangan atau siapa pun tapi Anna masih ingin mengejar tujuan Anna demi membayar hutang bapak sama ibu. Anna juga ingin segera melunasi hutang bapak pada juragan, Abang tau kan kalo keluarga Anna punya hutang sama juragan, Anna gak mau sampai juragan marah-marah lagi seperti tempo hari." Ucapku beralasan.
"Tapi, na .."
"Maaf bang Anna harus segera pulang ibu pasti lagi butuh bantuan Anna, permisi." Aku segera bergegas pergi mempercepat langkahku dari Imran.
Sebaiknya memang seperti itu aku menghindarinya sebelum masalah baru datang.
"Bu, Anna pul ..-" sejenak aku seketika tertegun melihat ibu menangis dengan bersamaan disana sudah berdiri juragan Anton yang tengah memarahi ibu.
"Ibu! Ibu kenapa nangis?" Aku segera membangunkan ibu yang sudah tersungkur ke lantai. "Apa yang juragan lakukan sama ibu ini tidaklah membuat juragan terhormat!"bentak ku karena aku merasa laki-laki kejam itu sudah sangat keterlaluan berprilaku seenaknya dan semena-mena terhadap keluargaku.
"Anna, oh .. Anna. Calon istriku apa kabar sayang? Kamu semakin cantik saja."ucapnya juragan Anton yang hendak menyentuh wajahku namun beruntung aku segera menghindar.
"Jangan sentuh putriku," kata ibu memeluk erat tubuhku.
"Jangan lupa Ratih perjanjian kita jika hutangmu belum juga kamu lunasi sampai jatuh tempo, kamu tahu kan artinya .. " tatap juragan Anton seakan ingin memangsa ku saat itu begitu pun ibu yang terus memintaku untuk tetap berdiri dibelakangnya. "Tidak, aku tidak akan menyerahkan putriku pada laki-laki seperti kamu." Cetus ibu.
Rupanya Anton semakin tidak suka mendengar penolakan dari ibuku karena tidak ingin memberikan anaknya sebagai jaminan. Bahkan aku pun tidak tahu jika tertera didalam surat perjanjian itu apabila ibu dan bapak tidak segera melunasi nya lebih dari jarak jatuh tempo aku harus menikahi lintah darat itu. Rasanya membuat ku sangat hancur jika masa depanku harus jatuh pada laki-laki hidung belang seperti dia.
Kami memiliki hutang piutang yang cukup besar beserta bunganya namun, sayangnya kami tidak tahu jika didalam surat perjanjian ada hal yang lain yang sengaja Anton ganti untuk menjebak kami. Menjijikkan!
"Juragan tolong saya minta waktu beberapa bulan lagi, saya akan mengembalikan semua uang juragan beserta bunganya tapi tolong kasih saya waktu sampai saya mendapatkan pekerjaan."pintaku memohon kepada laki-laki kejam itu.
"Sayang, kamu tidak perlu repot-repot bekerja hanya demi mengembalikan uangku. Kamu bisa jadi istri ke tiga ku saja dan aku pastikan hutang ibu bapakmu lunas juga bunganya jadi kamu tidak perlu bersusah payah, kan sayang jika kulit indah mu ini menjadi kasar." Bujuk Anton Mendayu-dayu.
"Saya akan tetap bekerja, dan mengembalikan uang juragan secepatnya." Ucapku tegas.
"Keras kepala! Oke kalo begitu saya kasih waktu kamu tiga bulan jika hutang ibu dan bapak kamu tidak kamu lunasi, lihat saja aku pastikan orang tua kamu akan tidur dijalanan. Dikasih hidup enak malah gak mau!" Umpat juragan Anton seraya meninggalkan rumah kami.
*****