Deal, Kita Menikah!

Ya, kemarin malam Kenan menyuruh asisten pribadinya itu untuk menggali info lebih detail lagi tentang Cleopatra. Karena dirinya masih penasaran apa yang membuat wanita itu begitu hobi mengkoleksi pria. Jika jawabannya karena uang, rasanya tidak mungkin karena wanita itu dari keluarga terpandang dan terkenal. Dan jawaban yang paling mendekati hanya tersisa sebuah kata, yaitu kepuasan.

"Ck, kenapa aku jadi memikirkan ja-lang itu?" Kenan menaruh berkas tersebut ke atas meja dengan kasar. Lalu memejamkan kedua matanya sambil bersandar di kursi kerja.

"Tuan, lihatlah ini!" Bram yang baru saja keluar dari ruang kerja tuan Kenan, kembali masuk setelah mendapatkan video rekaman yang dikirimkan oleh bagian keamanan yang bertugas mengawasi kamera CCTV yang ada di Mansion Meyer.

"Bram, sudah berapa kali aku katakan. Ketuk pintu sebelum masuk!"

"Maaf Tuan, aku buru-buru karena ingin memperlihatkan ini." Bram menyerahkan iPad miliknya.

Kenan menyaksikan rekaman CCTV tersebut, dimana Kaylin dan Cleo terlihat bersitegang dan berakhir dengan keduanya yang terjatuh. Membuat Kenan melengkungkan bibirnya membentuk sebuah senyuman.

"Tuan, apa aku tidak salah lihat?" Bram sampai mengusap kedua matanya untuk memastikan apa yang dilihatnya itu nyata.

"Memangnya apa yang kau lihat?" Kenan mengerutkan keningnya.

"Anda tersenyum," ucap Bram dengan bahagia. Karena sudah lama dirinya bekerja dengan tuan Kenan, baru kali ini melihat pria itu tersenyum setelah sebelumnya hanya bisa melihat pria itu tersenyum tipis. Bahkan dengan Nona Kaylin adiknya saja, tuan Kenan tidak pernah tersenyum.

Kenan berdeham dengan keras. "Sekarang dimana wanita itu?"

"Nona Cleo sedang menuju kemari."

Kenan menganggukkan kepalanya lalu menyuruh Bram untuk keluar. Dan benar saja apa yang dikatakan oleh asisten pribadinya itu, karena tidak lama setelah itu Cleopatra masuk ke dalam ruang kerjanya.

"Duduklah!" Kenan yang berada di kursi kerjanya, tidak bergerak sedikitpun untuk menyambut kedatangan istrinya.

"Tidak perlu!" ucap Cleo dengan penuh penekanan. "Aku datang kesini hanya untuk meminta sebuah penjelasan."

"Penjelasan tentang?" tanya balik Kenan dengan datar dan tatapan yang tajam.

"Di mana kau semalam?"

"Di mansionku," jawab Kenan dengan singkat, padat, dan jelas.

"Kenapa kau pergi tidak memberitahuku terlebih dahulu?"

"Aku lupa."

Cleo mengepalkan kedua tangannya dengan erat, menahan semua kekesalannya yang semakin memuncak mendengar semua jawaban Kenan, yang terdengar tanpa rasa bersalah sedikitpun sudah meninggalkannya sendirian di kamar hotel.

"Baiklah, sekarang pertanyaan terakhir." Cleo menarik napas dan mengeluarkannya secara perlahan. "Apa tujuanmu yang sebenarnya menerima perjodohan yang ditawarkan ke-dua orang tuaku?"

"Bukankah kau sudah tahu."

"Tidak, aku tidak tahu. Karena alasan yang pernah kau ceritakan tempo hari hanyalah kebohongan." tebak Cleo dengan penuh keyakinan. Apalagi saat melihat bagaimana sikap pria itu, terutama sikap adik Kenan yang terlihat membencinya.

Kenan terdiam, matanya masih menatap tajam pada wanita cantik yang kini berstatus sebagai istrinya. Wanita yang ternyata memiliki kepintaran dan juga keberanian.

"Kau ingin tahu alasan yang sebenarnya?"

Cleo menganggukkan kepalanya dengan cepat, ia benar-benar ingin tahu alasan yang sebenarnya Kenan menerima perjodohan mereka. Meskipun sudah sangat terlambat untuk mengetahui semua itu, karena statusnya yang sudah terikat dengan Kenan.

Tapi tidak ada salahnya Cleo mengetahui semuanya, agar bisa memutuskan harus berbuat apa selama satu tahun ke depan. Berada satu atap dengan pria dingin itu plus adik iparnya yang menyebalkan.