Karena tidak ingin menyakiti hati sang mama, Garren terpaksa menikahi gadis pilihan mamanya.
Namun baru 24 jam setelah menikah Garren mengajukan perceraian pada istrinya.
Tapi perceraian mereka ada sedikit kendala dan baru bisa diproses 30 hari kedepan.
Bagaimanakah kisahnya? Apakah mereka akan jadi bercerai atau malah sebaliknya?
Penasaran? Baca yuk! Mungkin bisa menghibur.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode empat belas.
Garren tersenyum melihat kalung yang ada ditangannya. Kemudian ia menatap Amara. Amara yang ditatap pun tersipu sambil menyelipkan rambutnya ke belakang telinganya.
"Garren, itukan kalung pemberianmu," kata Amara sambil mendekati Garren.
Garren menoleh ke Septy melihat reaksi Septy cemburu atau tidak. Namun Septy malah bersikap biasa saja.
"Apa benar kamu yang mencuri kalung ini?" tanya Garren pada Septy.
Septy tersenyum, kini saatnya ia berperan melebihi peran yang diperankan oleh Amara. Septy mendekati Garren dan merangkulnya.
"Iya, aku yang mencurinya, aku iri karena kamu hanya memberikan nya padanya, sedangkan aku tidak."
Garren mengerti Septy sedang bersandiwara saat ini. Jika tidak? Mana mungkin ia mau merangkul Garren didepan karyawan.
Amara mengepalkan tangannya, kemudian ia mendorong tubuh Septy. Namun diluar prediksi Amara.
Septy malah menangkap tangan Amara dan membantingnya ke lantai. Amara terpekik keras saat terjatuh ke lantai.
Semua yang ada disitu tercengang termasuk Garren dan Sierra yang melihat kejadian ini.
"Sayang, kamu tidak apa-apa?" tanya Garren pada Septy.
"Tuan, dia tunangan Anda, kenapa Septy yang Tuan khawatirkan?" tanya karyawan satu.
"Dengar sini semua, berhubung masalah ini sudah terjadi. Aku akan membuat klarifikasi terhadap kalian semua."
Garren menjeda ucapannya. Ia menoleh pada semua karyawan yang ada disitu. Bahkan penjaga keamanan, pengurus kantin hingga cleaning service pun berkumpul semuanya.
"Amara bukan tunangan saya, dia mengaku-ngaku sebagai tunangan saya. Saya pikir dengan mendiamkan masalah ini, semua akan selesai begitu saja. Namun ternyata dia malah ngelunjak dan berani memfitnah istri saya."
Semua yang ada disitu tercengang, hanya Tomi yang tidak. Septy pun sempat tercengang, karena tidak menyangka jika Garren akan mengumumkannya secepat ini.
"Tadi ada saya dengar ada yang menghina istri saya, itu berarti secara tidak langsung dia juga menghina saya."
Mereka semua ketakutan, takut dipecat karena sudah berani menghina istri CEO. Apalagi karyawan 1 yang terang-benderang menghina Septy. Semakin dibuat ketakutan.
Sedangkan Amara juga tidak tidak berkutik saat ini. Ia hanya tertunduk, meskipun ia sempat terkejut dengan kabar itu.
Malu? Bahkan lebih dari itu, didepan semua karyawan ia mengaku tunangan CEO. Dan didepan semua karyawan juga Garren membuat klarifikasi.
"Dan kamu! Saya diam selama ini bukan berarti saya setuju. Saya hanya ingin kamu bekerja dengan baik. Tapi kamu malah menggunakan kekuasaan untuk menindas mereka!"
Amara tertunduk dan masih terduduk dilantai. Ia tidak berani menatap mereka satu persatu. Dan para karyawan pun tidak ada yang berani bersuara.
"Mulai saat ini, kamu akan saya blacklist dari semua industri manapun. Bahkan perusahaan lain pun tidak akan ada yang menerima kamu," kata Garren menunjuk Amara.
"Dan kamu! Kamu saya pecat!" Tunjuk Garren pada karyawan 1 yang tadi menghina Septy.
"Ayo sayang, kita makan di restoran, nanti aku akan pesan berlian yang paling mahal di dunia untukmu," ucap Garren. Kemudian mengecup kening Septy.
Para karyawan semakin melongo melihat tuan mereka ternyata sangat manis pada istrinya.
Kemudian Garren memerintahkan Tomi untuk mengurus Amara dan karyawan 1. Tomi sebagai asisten hanya menjalankan perintah, tentu saja tidak akan menolak.
"Sebentar suamiku," ucap Septy. Hati Garren terasa berbunga-bunga dipanggil suamiku.
Septy menghampiri Amara dan memegang dagu Amara. Sehingga Amara mendongak menatap Septy.
"Aku sudah bilang, kamu akan hancur jika berurusan denganku. Sekarang terimalah nasibmu," bisik Septy.
"Ingat kalian semua, jika saya dengar kejadian seperti ini lagi, kalian siap-siap terima konsekuensinya."
Mereka semua tertunduk, orang yang mereka remehkan ternyata adalah nyonya bos. kemudian Septy pun membubarkan mereka semua.
"Kalian lanjutkan makan di kantin, setelah itu kalian boleh pulang semuanya."
Garren hanya tersenyum melihat istrinya memberikan perintah kepada karyawannya. Kemudian ia menggandeng tangan Septy menuju mobil.
Didalam mobil, Septy kembali berubah dingin. Ia tidak berbicara sepatah katapun. Garren heran perubahan Septy yang tiba-tiba.
"Sayang, kamu marah?"
Septy tidak menjawab, Garren gelagapan dibuatnya. Perasaan dia tidak melakukan kesalahan.
"Cepat jalan, aku sudah lapar."
Garren mengelus rambut Septy dan Septy menepisnya. Garren malah tertawa melihat tingkah Septy.
"Kok aku gak tau kamu bisa banting orang?"
Septy tidak menjawab, kemudian Garren pun menghidupkan mesin mobilnya dan segera pergi dari situ.
Sementara Amara merasa malu karena cibiran tersebut berbalik padanya. Ia menggenggam kalung yang Garren lemparkan kepadanya tadi.
Dengan langkah tertatih-tatih Amara kembali ke ruang kerjanya untuk membereskan barang-barangnya.
Begitu juga karyawan 1 yang ikut di pecat. Untungnya karyawan 1 tidak di blacklist, tapi jika sudah dipecat dari sini, maka akan sulit mendapatkan pekerjaan.
Apalagi jika perusahaan milik keluarga Henderson, mereka tidak mau menerima karyawan yang bermasalah.
Tomi yang melihat raut wajah Amara yang seperti penuh dendam pun angkat bicara.
"Jangan coba-coba untuk balas dendam, istri CEO di kawal pengawal bayangan. Tidak ada yang bisa selamat dari pengawal bayangan tersebut."
"Sialan kamu Septy, mentang-mentang kamu istrinya Garren, sekarang kamu sok berkuasa. Kita lihat saja nanti, siapa yang akan menang," batin Amara.
Amara pun segera pergi dari gedung perusahaan milik Garren. Ia melajukan mobilnya untuk kembali ke apartemen miliknya.
Sementara Septy dan Garren sudah tiba di restoran yang mereka tuju. Garren menggandeng tangan Septy masuk kedalam restoran tersebut.
Garren hendak memesan ruangan VIP, namun Septy mencegahnya. Jadi mereka memilih tempat yang biasa.
"Kenapa?" tanya Garren.
"Gak perlu tempat yang mahal-mahal, cukup disini saja," jawab Septy.
"Maafkan aku ya."
"Hmmm, jangan ulangi lagi."
Garren tersenyum manis, kemudian mengelus rambut panjang Septy. Septy menoleh kearah Garren, kemudian Septy ikut tersenyum.
"Jangan marah lagi ya, kita mulai semuanya dari awal. Aku sudah mengumumkan bahwa kamu adalah istriku."
Septy mengangguk pelan. "Jangan sakiti hatiku," pinta Septy.
Garren tersenyum lalu mengangguk. "Aku menyukaimu."
Septy tidak menjawab, kemudian pelayan datang dengan buku menu ditangannya. Dan memberikan nya kepada Septy dan Garren.
"Mau makan apa?" tanya Garren.
"Samain saja," jawab Septy.
Lalu Garren pun memesan makanan yang sama untuk mereka berdua. Setelah itu pelayan pun berlalu dari situ.
Tadinya Septy ingin mengerjai Garren lebih lama, namun ternyata tidak bisa. Karena pada dasarnya hatinya tidak sekeras itu.
Dengan perlakuan lembut dan sedikit kata-kata manis dari Garren membuat hatinya mudah luluh.
"Aku tidak tega Mas untuk membalas perlakuan mu lama-lama," batin Septy.
Tidak berapa lama pesanan merekapun tiba, Garren menyuapkan makanan ke mulut Septy. Septy dengan perlahan membuka mulutnya.
"Aku bisa sendiri Mas," katanya.
Sejujurnya ia malu saat disuapi makanan oleh suaminya. Itu sebabnya ia mengatakan bisa sendiri.