Anna harus terjebak dengan dua orang laki-laki yang membuatnya harus terpaksa berakhir dengan Maxim yang ternyata adalah teman masa kecilnya dulu.
Ternyata Maxim dan Dexter adalah mantan rekan yang memiliki sifat berbeda jauh.
Akankah Luna menerima cinta Maxim atau malah pergi bersama Dexter.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tessa Amelia Wahyudi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 26
Setelah apa yang terjadi tadi malam, Maxim benar-benar tertidur dengan begitu tenang dan nyenyak. Setelah sekian lama, akhirnya dia bisa kembali tidur dengan tenang tanpa diganggu oleh siapapun lagi.
Tidak ada lagi yang dia pikirkan, karena memang semuanya benar-benar sudah berakhir. Dia bisa tidur dengan begitu tenangnya, hanya dengan kamar milik Anna yang begitu sederhana. Dia bahkan tidak merasa terganggu sama sekali dengan semua itu yang dia menikmatinya.
Pagi ini, dia terbangun dengan tubuh yang begitu segar dan sehat. Seolah-olah tidak terjadi sesuatu padanya tadi malam.
Maxim menatap ke sekeliling kamar wanita ini, dan dia kembali mengingat beberapa waktu yang lalu dia sempat menyelinap masuk ke dalam kamar ini. Bukan hanya menyelinap saja, tapi dia juga ikut tidur bersama dengan Anna di tempat tidur ini.
Tiba-tiba saja Maxim tersenyum. "Tidak! aku tidak tersenyum!" umpatnya setelah mengingat apa yang dia lakukan.
"Mana mungkin aku tersenyum hanya karena hal seperti ini. Tidak, aku tidak tersenyum!" umpatnya lagi karena dia tidak ingin tersenyum.
Di saatnya memikirkan semua itu, Maxim mencium aroma yang menusuk indra penciumannya. Aroma masakan dan itu memaksa Maxim untuk turun ke bawah. Dia melihat apa yang terjadi di dapur. Ternyata dia melihat Anna yang sedang berkutat di dapur pagi ini.
"Auh..." Anna kaget saat tiba-tiba saja jarinya teriris oleh pisau dan berdarah.
Melihat hal itu membuat Maxim langsung datang menghampirinya dan menghisap jari telunjuknya yang berdarah.
"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Maxim ketika melihat dari wanita itu terluka.
Anna sendiri masih terdiam di tempatnya, dia tidak percaya bahwa Maxim bisa melakukan hal itu untuk dirinya. Bahkan dia tidak bisa berkata-kata lagi, Atas apa yang Maxim lakukan.
"Aku tanya apa yang kau lakukan, di sini Anna?" tanya Maxim lagi telah memastikan bahwa jari wanita itu baik-baik saja.
Dia mencuci jari telunjuk Anna di kran wastafel, dan membalutnya dengan kain baju Anna yang sengaja dia robek.
"Ah...baju ku!" Anna benar-benar kaget, tiba-tiba saja bajunya dirobek seperti itu hanya untuk menutupi lukanya yang tak seberapa.
"Jangan mendesah disini karena aku tidak ingin membuat mu berkeringat di dapur!"
"What?" pekik Anna setelah mendengar apa yang laki-laki itu katakan.
Apa-apaan Maxim ini? bagaimana bisa dia mengatakan hal seperti itu. Sungguh, dia benar-benar tidak berpikir ternyata pria datar dan takut seperti tiang listrik itu bisa bercanda juga. Tapi bercandanya terlalu garing dan terdengar mengerikan.
"Kenapa? kau merindukan saat-saat kita mendesah bersama?"
Anna memukul dada Maxim karena dia terlalu kesal dengan laki-laki itu. Bisa-bisanya dia membahas hal seperti itu di dalam dapur seperti ini.
"Kenapa kau memukulku?" tanya Maxim setelah Anna memukul dadanya tadi.
"Ya, seharusnya aku bukan hanya memukul tuan, saja. Tapi aku juga ingin menghajar tuan! lihat, gara-gara apa yang anda lakukan bajuku sampai robek!" gerutu Anna dengan kesal.
Dia sangat kesal dengan apa yang Maxim lakukan padanya. Apalagi gaun yang dipakainya saat ini adalah salah satu gaun terbaik miliknya. Dia harus menabung selama beberapa bulan, untuk membeli gaun sederhana ini. Tapi lihatlah, laki-laki ini dengan begitu mudahnya merobek gaun miliknya.
"Aku akan menggantinya nanti!"
"Kapan? bahkan anda saja sedang menjadi buronan saat ini. Lalu bagaimana bisa anda keluar?" tanya Anna yang sengaja menantang Maxim.
Dia pikir bahwa polisi benar-benar mengetahui wajahnya. Sayangnya manusia-manusia bodoh itu tidak mengetahui siapa dirinya yang sebenarnya. Jika tidak mungkin dia sudah tidak selamat.
Melihat senyuman Maxim yang terlihat mengerikan seperti itu membuat Anna ketakutan. Dia sedang berpikir keras saat ini, sebenarnya apa yang sedang dipikirkan oleh laki-laki itu. Kenapa tiba-tiba dia bisa berubah mengerikan seperti ini?
"Kau menantang ku?"
"Tidak! aku tidak sedang menantang anda, Tuan." jawab Anna merasa ketakutan.
Dia bahkan sampai memundurkan tubuhnya, ketika laki-laki itu semakin mendekat ke arahnya dan mengunci pergerakannya. Kedua tangan Maxim bertumpu di meja kompornya, dan itu membuat Anna sulit untuk bergerak.
"Lalu apa ini? kau tau Anna, aku paling tidak suka saat ada yang menentang ku. Kau harus tau, bawa aku paling tidak suka ditentang oleh siapapun. Apa pun yang kau lihat tadi malam dan apapun yang terjadi tadi malam cukup kau sendiri yang mengetahuinya. Kau tidak perlu bertanya apapun kenapa aku bisa sampai di rumahmu dalam keadaan yang kau lihat tadi malam. Yang harus kau lakukan hanya menutup mulut mu simpan semua itu untuk dirimu sendiri!"
"Tapi kenapa? kenapa aku harus selalu menutup mulut dan juga telingaku bahkan aku juga harus membutakan mataku jika itu berurusan dengan anda. Aku berhak tahu apa yang terjadi di luar sana karena Anda saat ini berada di rumahku. Bisa saja aku melaporkan ini kepada polisi dan-"
"Dan apa, Anna?" tanya Maxim dengan suara berat miliknya. Dia tidak akan membiarkan siapapun melaporkan tentang dirinya dan apa yang terjadi pada dirinya tadi malam.
Anna, dia datang ke rumah ini karena dia percaya bahwa wanita itu tidak akan pernah mengatakan apapun pada orang luar.
"Dan-"
"Ingat Anna, aku hanya memintamu untuk melupakan apa yang terjadi tadi malam dan menutup mulutmu saja. Sama seperti dengan apa yang kamu katakan tadi bahkan jika memang kamu harus membutakan matamu untuk diriku maka lakukanlah. Jangan pernah ingin mencari tahu apa yang terjadi pada diriku, Anna. Aku akan memberikan apapun yang kau inginkan bahkan jika kau menginginkan dunia beserta isinya aku akan melakukan semua itu. Tapi jangan pernah mencari tahu siapa diriku yang sebenarnya, karena itu akan berakibat buruk untuk hidupmu nanti aja." jelas Maxim.
Dia hendak kembali ke dalam kamar, Anna setelah mengatakan hal itu. Dia juga tidak ingin pembicaraan mereka semakin melebar kemana-mana, menurutnya ini sudah lebih dari cukup.
Tapi lagi Dan lagi pertanyaan dari wanita itu membuat, Maxim berhenti melangkah kan kedua kakinya.
"Sebenarnya siapa anda, Tuan? bukan hanya sekali aku melihat anda dalam keadaan seperti ini. Bukan hanya satu atau dua luka yang sama seperti anda miliki saat ini. Aku yakin bahwa luka ini bukan pertama kalinya dan juga bukan yang kedua kalinya. Di punggung anda terdapat luka yang sama, bahkan bagian dada Anda juga ada luka yang sama seperti itu. Sebenarnya apa yang anda lakukan di belakang dan apa yang telah terjadi? kenapa aku tidak berhak mengetahui apapun tentang diri Anda, di saat anda sendiri mengetahui semuanya tentang diriku. Bahkan anda juga bisa masuk ke dalam kamarku dengan begitu mudahnya. Lalu kenapa aku tidak boleh mengetahui tentang anda?" tanya Anna lagi karena dia benar-benar penasaran, dengan apa yang terjadi sebenarnya di sini.
"Karena itu tidak baik untukmu! jika aku sudah mengatakan bahwa kau tidak perlu tahu tentang apa yang terjadi padaku, itu artinya kau harus melakukannya. Kau harus menutup mulutmu, jangan pernah menceritakan apa yang terjadi saat ini pada orang lain!"
Bersambung...