Kisah perjuangan seorang anak manusia yang berusaha bangkit meskipun dunia tidak menghendakinya.
Kelahirannya dianggap pembawa sial dan bala bencana bagi keluarga nya,ibunya meninggal saat melahirkannya,dan sang ayah yang sangat mencintai istrinya itu,menganggap sang anaklah pembunuh istrinya,sehingga memendam dendam kesumat luar biasa.
Dengan berbagai tekanan dan siksaan,dia berusaha bangkit melawan takdir nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvinoor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Manusia.
Pagi pagi sekali seperti biasnya,bocah si Chun ini masih di sungai kecil itu sambil bermain main air khas ala bocah kecil.
Setelah cukup lama,dan mata hari sudah mulai terik,dia bangkit keluar dari air yang dingin dan langsung duduk bersila diatas batu pipih itu sambil mengatur pernafasan.
Beberapa saat setelah panas matahari terlindung dedaunan hutan,barulah dia bangkit berdiri memakai pakaiannya lalu naik keatas goa.
Tanpa dia sadari,dengan duduk bersemedi tanpa pakaian diatas batu giok yang sudah menyerap inti alam selama jutaan tahun itu,dia mulai membuka titik Meridian nya satu persatu makanya dia merasa nikmat dan nyaman dan ketagihan untuk mengulangi nya.
Tanpa terasa semusim telah terlewati oleh bocah Si Chun di dalam hutan itu bersama si putih sang anak serigala yang kini sudah menjadi serigala dewasa yang besar dan gagah.
Dan tanpa di sadarinya juga tiga ratus lima puluh titik Meridian ditubuh nya kini telah terbuka semua, ibarat gentong air yang tadinya tertutup,kini sudah terbuka semua dan tinggal siap di isi saja.
Karena titik Meridian nya terbuka,energi alam dari cahaya matahari dan yang diserap batu giok pipih itupun masuk ke dalam tubuh nya seperti air yang tumpah menuju tempat yang rendah.
Meskipun terjadi ledakan teredam beberapa kali dalam tubuh nya hasil dari dantiannya yang membesar memuat banyaknya energi alam yang memasuki nya,dia tetap tidak mengerti bahwa dia secara tidak di sengaja sudah berkultivasi.
Bocah Si Chun kini telah berusia tujuh tahun,dan sudah menguasai baca dan tulis,sebagai hasil dari didikan sang ibu yang selalu hadir di alam mimpinya, memberikan wejangan dan nasihat nasihat kehidupan.
Biarlah seperti apapun tubuh nya,yang penting bagus hatinya, itulah pesan yang selalu sang ibu sampaikan.
Bocah Si Chun itu kini tanpa berlatih bisa berlari secepat panther mengejar buruannya, hanya karena kebiasaan nya yang harus berlari mengejar binatang.
Kini semua daging yang sudah matang diasapi, langsung dia masukan semuanya kedalam cincin ruang nya,karena bila kemana mana, perbekalan selalu dia bawa serta.
Hari ini dia bersama sama dengan si putih kembali berburu untuk mencari sekedar tambahan bahan makanan.
Busur bambunya sudah lama patah,kini dia mempergunakan busur besi milik seorang pemburu yang mati di dalam sebuah goa dahulu,sedangkan panah Sumbu langit nya tidak pernah dia pakai lagi semenjak terakhir dia membunuh harimau dengan panah itu.
Setelah mengisi lumpang buah labu dengan air dan mengikat nya di pinggang,serta pisau belati di ikat di pinggang nya juga,kini dengan menenteng busur dan anak panah,sang bocah Si Chun segera berjalan kearah mata hari terbit untuk mencari binatang buruannya.
Setelah sekian lamanya berjalan,akhirnya dia melihat seekor rusa yang sangat bagus di kejauhan dengan sepasang tanduk terbuat dari emas.
Dengan mengendap endap,sang bocah mendekati rusa bertanduk emas itu.
Dia ingin menangkap rusa bertanduk emas itu tanpa membunuh nya.
Setelah sudah sangat dekat,ternyata rusa itu sudah tidak berada di tempatnya lagi, melainkan sudah jauh dari nya.
Kembali lagi dia mengendap endap mendekati rusa bertanduk emas itu.
Ketika sudah dekat, kejadian tadi pun terulang, rusa itu sudah tidak lagi berada di tempat nya dan sudah berada jauh dari nya.
Kejadian itu terulang berpuluh puluh kali, seakan akan sang rusa memang sengaja membawa sang bocah menjauh dari tempat nya.
Karena terlalu asik mengejar sang rusa bertanduk emas yang jinak jinak merpati itu,akhirnya sang bocah suda sangat jauh dari tempat nya.
kini sang rusa berjalan di sebuah rawa berair.
Sang bocah dengan keluguan nya,tidak sadar sudah terlalu jauh meninggalkan tempat asal nya.
Setelah melewati rawa yang cukup luas itu, kini dia berada di sebuah tanah yang agak tinggi.
Namun sang rusa bertanduk emas itu kini raib entah kemana, bahkan jejak kakinya saja sekarang tidak ada.
Sedangkan hari kini telah sore dan sebentar lagi senja turun.
Menyadari kesalahan nya,dia mengajak si Putih untuk mencari sebuah goa tempat bermalam, malam ini.
Untung lah tidak terlalu jauh dari rawa itu ada bongkahan batu sebesar rumah beberapa buah dan ada satu yang memiliki celah di bawah batu itu seperti sebuah pondok,karena dia batu bersusun sejajar namun berjarak beberapa depa, dan diatas batu itu ada lagi batu lain yang menumpuk di atas nya seperti atap rumah.
Sang bocah segera membersihkan celah batu itu,memberikan alas dari daun daun pohon.
Setelah selesai,dia mencari beberapa ikat kayu kering untuk api unggun malam ini.
Tidak lama,api pun mulai menyala di bawah celah batu itu.
Dikeluarkannya beberapa kerat daging asap dari cincin nya,sebagian dia berikan untuk si putih,dan sebagian dia masukan ke dalam api untuk di bakar kembali.
Aroma daging bakar pun menyebar ke sekitar nya.
Setelah matang,dia makan daging bakar dengan nikmat serta beberapa teguk air putih nya.
Malam itu dia tidur di celah batu dengan nyenyak dan si Putih menjadi penjaga sang sahabatnya itu.
Meskipun malam itu hujan turun cukup deras,namun celah batu itu tidak tergenang air.
Pagi harinya si bocah mengumpulkan kayu kayu di dekat api kemarin untuk membuat api kembali.beberapa kerat daging dia masukan kedalam bara api dan sebagian dia berikan untuk si putih yang menyantap nya dengan lahap,sedangkan dia sendiri menyantap daging bakar.
Setelah selesai sarapan,dia bangkit mengambil busur dan anak panahnya,lalu berjalan mencari jalan untuk pulang ke goa di atas tebing.
Tetapi hingga beberapa saat berputar putar,tidak juga mereka menemukan jalan kembali,karena si putih tidak bisa mengendus jejak mereka di rawa rawa,apa lagi tadi malam,hujan turun cukup lebat.sehingga menghapus semua bau jejek mereka.
Al hasil,jangankan ketemu jejak,yang ada mereka kian jauh tersesat ke arah timur laut dari tempat asal nya.
Akhirnya si bocah tidak lagi perduli,dia berjalan terus di ikuti si putih sang serigala perak yang kini sudah besar dan kuat.
Serigala perak karena termasuk ras siluman,dia berbadan umumnya lebih besar dari serigala biasa.
Cukup lama dia berjalan melewati beberapa lembah dan bukit, akhirnya dia sampai di hutan yang tidak terlalu rapat dan tinggi.
Tiba tiba si putih menggeram sambil menatap ke sebuah semak semak.
"Diam lah putih,diam lah,biar ku periksa"kata bocah itu sambil berjalan perlahan ke arah semak yang di lihat di putih.
Lamat Lamat sang bocah mendengar suara rintihan seorang laki laki dari balik semak semak itu.
Setelah semak semak itu di Sibak nya,ternyata di balik semak semak itu ada seorang lelaki tua sedang bersandar di sebuah pohon sambil mengurut kakinya yang tampak membiru itu.
"Ada apa yang terjadi dengan mu kek ?,"tanya sang bocah.
Laki laki tua itu terhenyak menatap sang bocah,hatinya sedikit ragu ragu, "ka kaki saya terkilir nak, saya tidak bisa berjalan"kata sang kakek kepada bocah.
"Kakek siapa?"...
"Kakek tukang kebun di perguruan Rajawali emas tidak jauh dari sini,kakek sedang mencari kayu bakar, karena kurang berhati hati,ditambah hutan licin karena baru saja turun hujan tadi malam,sehingga kakek terpeleset, dan kaki kakek terkilir nak"jawab kakek itu sambil takut takut karena melihat ada se ekor serigala putih besar di belakang bocah ber tubuh serba hitam itu.
"Apakah kakek mau ku antarkan ke tempat mu kek,kalau mau,biar kakek ku antarkan"kata sang bocah menawarkan jasanya kepada sang kakek.
"Terimakasih nak,nama mu siapa nak,dan berasal dari mana ?" tanya sang kakek tua itu lagi.
Lama sang bocah termenung, "saya tidak punya nama kek,tetapi orang orang memanggil saya Si Chun,mungkin karena saya memang bodoh kek,tetapi biarlah kek !" jawab sang bocah.
"Hah, Si Chun?, jahat sekali orang yang menamakan mu seperti itu, lalu kau dari mana ?" tanya sang kakek lagi.
"Saya tidak dari mana mana kek,hutan ini tempat saya,dan si putih satu satu nya kerabat dan sahabat saya " jawab sang bocah sambil menunjuk kearah sang serigala perak itu.
Kakek tua itu melihat ada sesuatu kesedihan dari taut wajah sang bocah saat menyebut rumah,makanya sang kakek tua tidak ingin melanjutkan pertanyaannya lagi.
"Baiklah nak,panggil kakek dengan kakek Po Peng,ayolah antarkan kakek kembali,tetapi sahabat mu itu suruh tunggu disini saja,kakek takut bila murid perguruan melihat sahabat mu itu,mereka akan memburu dan membunuh nya"kata sang kakek lagi.
sang bocah melemparkan beberapa kerat daging asap kepada serigala itu, "putih,kau tunggu aku disini ya,jangan kemana mana,bila aku belum kembali,carilah binatang buruan untuk makan mu ya"kata nya kepada sang serigala.
Sang serigala melolong pendek seperti meng iya kan ucapan sang bocah.
Selanjutnya sang bocah menyimpan busur dan anak panah nya serta pisau belati pemberian Siau Ji nya dulu di dalam cincin ruang nya,lalu memikul ikatan kayu bakar kepunyaan kakek itu,serta memapah tubuh sang kakek menuntun nya berjalan.
Sang kakek kagum dengan kekuatan pisik sang bocah,sambil memikul kayu bakar di belakang nya,dia masih mampu memapah tubuh nya.
"Pisik mu memang seperti ini nak,tetapi hati mu seputih salju !" pikir sang kakek dalam hatinya.
Lumayan lama mereka berjalan,maklum sang kakek tidak begitu kuat berjalan cepat,akhirnya mereka tiba di belakang tembok perguruan silat Rajawali emas.
Pintu ini memang di khususkan untuk para pekerja perguruan untuk keluar masuk mencari kayu bakar ke hutan di belakang perguruan.
Setelah mereka masuk ke dalam komplek perguruan Rajawali emas, Sebuah rumah yang tidak terlalu besar berdiri di sisi pintu tembok tadi.
Se orang wanita tua berdiri menatap kearah kedua orang ini dengan muka masam.
"Ada apa lagi kek, apa lagi yang terjadi dengan mu, keseleo lagi ?"tanya nenek An Ning kepada sang suami nya yang datang dengan di papah oleh seorang bocah serba hitam.
"Iya nek,aku terpeleset lagi,untung ada bocah baik ini yang bersedia menolong ku,jika tidak,mungkin aku akan mati di hutan sana " jawab sang kakek tua pada istrinya.
"Yah sudah lah,letakan saja kayu bakar itu disana nak,dan bawa kakek masuk kedalam "perintah sang nenek An Ning.
Sang bocah meletakan seikat kayu bakar yang dia bawa keatas tanah,lalu memapah kakek tua itu ke dalam rumah.
Rumah itu tidak besar,namun sangat terawat dan bersih serta terasa nyan untuk di tinggali.
...****************...
/Grin//Grin//Grin/
langkah dewa dewi shiin liong
ga berfungsi sama sekali
/Angry//Angry//Angry/
akan laris manis di zaman itu
karena banyak para kultipator
yg mengalami luka dalam
/Grin//Grin//Grin/
/Cry//Cry//Cry/
lakok pake ritual bercocok tanam
tuk bisa dapetinnya
/Joyful//Joyful//Joyful/
/Grin//Grin//Grin/
/Grin//Grin//Grin/
/Good//Good//Good/
mantul shin liong
/Grin//Grin//Grin/