Naina harus menyembunyikan fakta bahwa dokter Nickolas Carter adalah seorang pria yang impoten. Sementara Nick harus menyembunyikan fakta bahwa Naina adalah seorang wanita malam.
Dalam perjanjian tersembunyi itu mereka terikat sebuah pernikahan.
"Buat aku sembuh, setelahnya aku akan melepaskanmu," kata Nick.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SA Bab 7 - Bersiaplah
Setelah bicara tanpa dosa Naina justru tersenyum lebar hingga menampakkan deretan giginya yang rapi, senyum yang seolah bisa menular pada siapapun yang melihatnya.
Dengan nakal Naina pun kembali memberanikan diri untuk membelai celana bagian bawah sang dokter, lalu mendorong pria itu untuk segera keluar dari tempat persembunyian mereka ini.
"Hiii, aku geli sendiri," gumam Naina setelah dia hanya sendirian. Rasa lembut milik dokter Nickolas justru membuatnya candu.
Sementara Nickolas di luar sana hanya bisa memasang wajahnya yang datar. Usianya sudah tidak muda lagi, tapi bagaimana bisa dia melakukan hal-hal aneh seperti ini. Seketika Nickolas teringat jika selama ini dia selalu menertawakan kisah cinta kakek dan neneknya, yang selalu bersembunyi-sembunyi di rumah sakit, kakek Alamsyah Dude dan nenek Anna.
Seperti terkena karma, kini dia pun mengalaminya juga.
"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Herli, setelah bicara dengan Naina dia pun hendak kembali ke ruangannya, tapi malah bertemu dengan Nickolas di sini.
Tadi Nickolas juga hendak menuju ke ruangannya, namun justru melihat Herli yang berjalan ke arah ruangan ibu Wilda, itulah sebabnya kini dia pun di sini.
"Tidak ada apa-apa, ayo," ajak Nickolas dengan wajahnya yang datar. Dia pun mulai melangkah dan Herli mengikuti. Lama-lama Nickolas jadi seperti Naina yang pandai bersandiwara.
Naina yang sempat mendengar pembicaraan itu pun pilih untuk berdiam diri dulu, memutuskan untuk pergi setelah 5 menit kemudian.
"Sepertinya wanita tadi malam itu bukan Naina, mereka terlihat sangat jauh berbeda," ucap Herli diantara langkah yang mereka ambil.
"Kamu masih memikirkan tentang wanita itu? Aku bahkan sudah melupakannya," balas Nick dengan suaranya yang khas, terdengar begitu dingin.
Namun berteman sudah cukup lama membuat Herli sudah sangat menghafal sikap sahabatnya itu, jadi dia tak pernah ambil pusing.
"Sebenarnya aku penasaran padamu, apa kamu tidak tertarik dengan wanita?" tanya Herli, dia memeluk pundak Nickolas saat mengajukan pertanyaan tersebut.
"Tertarik, hanya saja belum ada yang menarik di mataku," balas Nickolas.
"Cobalah untuk buka hatimu Nick, Zendaya sudah bahagia dengan suaminya."
"Berhentilah menyebut nama wanita itu, namanya membuatku mual."
Herli terdiam, juga melepaskan pelukannya di pundak Nickolas. Dia memang tidak tau apa penyebab rencana pernikahan keduanya berakhir, tapi sepertinya hal itu menimbulkan trauma tersendiri bagi Nickolas.
"Maaf, tak seharusnya aku terlalu ikut campur," kata Herli.
Nickolas hanya menatapnya sekilas lalu kembali menatap koridor yang mereka lewati. Di dalam hati Nick, dia benar-benar ingin segera sembuh dari penyakit ini.
Dia tak ingin terus terpuruk, tak ingin hidupnya jadi sia-sia hanya karena wanita sammpah.
*
*
Naina melihat jam di ponselnya. Saat waktu telah berlalu selama 5 menit akhirnya dia mulai mengendap-endap untuk keluar dari sana. Untunglah tak ada satupun yang menyadari. Jadi dia bisa dengan segera bersikap biasa saja.
Kembali memasang wajahnya yang polos saat menyapa semua orang yang dia lewati.
Tak ingin ketahuan berbelanja dengan menggunakan kartu kredit elit, jadi Naina mengambil uang tunai secukupnya. Cukup untuk beli ini dan itu guna mengupgrade penampilannya di hadapannya sang suami.
Naina berpergian menggunakan masker, pengalaman di Club malam Paradise dia jadikan pelajaran. Kini saat menjelma jadi Laura dia tak ingin lagi diketahui oleh banyak orang.
"Kak, aku ingin lingerie yang model seperti ini, apa ada?" tanya Naina, dia menunjukkan gambar lingerie yang ada di ponselnya pada penjaga toko pakaian ternama tersebut.
"Ada, tapi harganya lumayan tinggi."
"Tidak apa-apa Kak, aku akan membelinya."
"Baik, akan saya persiapkan."
Naina tidak hanya membeli satu lingerie, namun dia membeli banyak gaun malam. Membeli baju-baju harian yang nampak seksi dan menawan sekaligus. Dia tidak sungkan menggunakan semua uang dokter Nickolas, sebab Naina tau ini pun salah satu pengobatan yang diperlukan oleh sang dokter.
Dia tak boleh main-main, harus serius.
Selesai berbelanja, Naina merapikan semua barang itu di apartemen. Lalu pulang ke rumah dan mandi, mengganti baju dengan bajunya yang biasa. Menjelang malam Naina akhirnya kembali tiba di rumah sakit.
"Maafkan aku Bu, aku terlambat," kata Naina, dia mencium punggung tangan sang ibu sebagai permohonan maaf.
"Ibu tidak ingin bicara denganku? Kenapa belum sadar juga?" tanya Naina lagi.
"Aku hitung sampai 3 ya, harus bangun."
...
"Satu ... Dua ... Tiga." Tapi yang ada hanya keheningan.
Justru ponselnya di dalam tas bergetar. Satu pesan masuk dari dokter Nickolas.
'Jam 9 aku pulang, bersiaplah,' tulis Nickolas.
'Baik, Dok," jawab Naina. Dia sibuk sekali, dengan tatapannya yang nanar ke arah sang ibu, Naina akhirnya pergi lagi.
Menjalankan tugas pertamanya, malam perttama tanpa penyatuan.