Salma seorang guru TK, menikah dengan Rama seorang duda dengan satu anak. Setahun lebih menikah kehidupan keduanya harmonis dan bahagia. Apalagi Rama adalah cinta pertamanya saat SMA.
Namun, kenyataan bahwa sang suami menikahinya hanya demi Faisal, anak Rama dengan mantan istrinya yang juga merupakan anak didiknya di tempatnya mengajar, membuat semuanya berubah.
Akankah Salma bertahan di saat ia tahu suaminya masih mencintai mantan istrinya yang datang lagi ke kehidupan mereka?
IG: sasaalkhansa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sasa Al Khansa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SIUA 12 Nasehat
Sebatas Ibu Untuk Anakmu (12)
" Tapi, ponsel Salma tidak ada, Ma."
" Pakai ponsel Mama saja "
Bu Marisa melakukan video call kepada Zayden saat itu juga.
💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞
" Kak...," panggil Salma melihat wajah kakaknya di layar ponselnya membuat ia tak kuasa menahan air matanya.
" Katakan pada kakak ada apa?," tanya Zayden. Hanya hidup berdua membuat keduanya lebih dekat. Bahkan Salma selalu menceritakan apapun kepada kakaknya. Usia mereka hanya terpaut dua tahun.
" Mas Rama..." lirihnya langsung menangis.
Bu Marisa sendiri pergi ke luar saat panggilan sudah tersambung. Ia memberiku ruang bagi kakak beradik itu untuk bicara.
" Ceritakan pada kakak." Ucapnya lembut.
Semenjak kepergian kedua orangtuanya karena kecelakaan lalulintas. Keduanya hidup berdua. Sekalipun ada paman dan bibi yang mau memberikan tempat bernaung bagi keduanya, namun keduanya memilih hidup mandiri.
Tinggal di rumah peninggalan orang tua mereka dan mencari uang sendiri.
" Aku mau cerai.." jawabnya sebelum menceritakan semua kejadian yang membuat ia memutuskan hal tersebut.
" Kamu yakin? Kamu tidak akan menyesal?," tanya Zayden.
Zayden memang menyayangi adiknya. Namun, ia tidak akan terlalu jauh mencampuri urusan rumah tangga adiknya. Ia tidak akan memaksa apapun.
Salma diam. Ia sendiri tidak tahu. Apakah ia akan menyesal atau tidak.
" Kamu bilang hanya ingin menikah sekali seumur hidup?,"
Salma hanya mengangguk membenarkan.
" Sudah bicarakan baik-baik masalah kalian?," tanya Zayden lagi.
Salma hanya menggelengkan kepalanya.
" Kakak sangat menyayangimu. Apapun keputusanmu, kakak akan tetap di sampingmu. Tapi, lebih baik bicarakan masalah ini dengan suamimu. Jangan mengedepankan emosi."
" Dia masih mencintai mantan istrinya, kak. Bahkan menemuinya di belakangku." Tangis Salma pun pecah. Akhirnya semuanya ia ceritakan.
Disaat seperti ini, Zayden hanya jadi pendengar setia. Sampai Salma puas mengeluarkan unek-uneknya, ia tidak akan menyela.
Apalagi Rama sudah menceritakan terlebih dahulu tentang apa yang menimpa Salma juga rumah tangga mereka. Rama hanya tidak ingin kakak iparnya itu tahu dari orang lain.
Zayden ingin melihat adiknya bahagia. Ia senang saat bisa melihat senyum Salma di hari pernikahan mereka. Pernikahan yang Salma bilang adalah impiannya.
" Kamu yakin sudah bulat dengan keputusanmu?,"
" Aku tidak tahu, kak." Jawabnya.
" Saran kakak, kalau pernikahanmu masih bisa di perbaiki, lebih baik perbaiki. Bicarakan semuanya dengan kepala dingin. Yang pasti, serahkan semua ini pada Allah. Minta pengunjuk. Shalat Istikharah lah, seperti dulu saat kamu menerima lamaran Rama." Nasihat sang kakak.
" Baiklah."
" Gimana perasaanmu sekarang?,"
" Aku lebih lega setelah bercerita padamu, Kak."
" Mengenai keguguran yang kamu alami, belajarlah untuk mengikhlaskan. Allah belum memberikan amanat itu. Ingat, apapun yang terjadi semua atas kehendak-Nya. Jangan sibuk menyalahkan orang lain karena rasa kecewamu."
Salma diam. Ia akui ia memang menyalahkan suaminya atas kehilangan yang ia rasakan.
" Kakak yakin, sebenarnya di hati suamimu sudah ada cinta untukmu. Hanya saja dia belum menyadarinya. Seperti kata pepatah, cinta ada karena terbiasa."
Sebagai seorang lelaki, Zayden bisa merasakan bahwa Rama sebenarnya sudah mulai mencintai Salma.
Saat ia mengakui semua kesalahannya pada Zayden di telpon. Karena itu, ia tidak ingin gegabah menyetujui keinginan Salma untuk berpisah. Ia tidak ingin adiknya menyesal di kemudian hari.
Rama hanya belum move on pada awalnya. Dan menurutnya wajar mengingat usia hubungan mereka yang cukup lama dari mulai pacaran sampai menikah.
Salma diam ia sendiri tidak tahu masalah hati seseorang.
" Maaf belum bisa melihat langsung keadaanmu. "
Salma mengangguk. Ia paham. Kakaknya bukan tidak ingin tapi tidak bisa.
Tidak lama kemudian setelah mengakhiri pembicaraannya dengan Zayden, pintu ruangan terbuka. Sahabat-sahabat Salma datang. Mereka membawa parcel buah dan langsung meletakkannya di atas nakas.
" Assalamu'alaikum.Salma...," Insi langsung berjalan ke arah brangkar. Sementara Hasya mengekori dari belakang.
" Wa'alaikumussalam." Salma tersenyum. Ia senang atas kedatangan sahabat-sahabatnya.
" Ya Allah Salma, ternyata separah ini," Insi memperhatikan luka-luka Salma.
Salma hanya mencoba tersenyum.
" Kalian tahu dari siapa?," Salma yang merasa tidak memberitahukan keduanya pun merasa heran.
" Nih, calon suaminya," tunjuk Hasya ke arah Insi. Insi adalah calon istri Andre ( Sahabat Rama).
" Maaf. Aku tidak mengabari kalian karena tidak tahu ponselku dimana."
" It's Ok." jawab Insi.
" Aku mendengar soal keguguran yang menimpa mu. Aku turut berdukacita ya. Insya Allah, Allah akan memberikan gantinya." Ucap Insi.
" Aamiin." jawab Hasya. Namun, Salma hanya diam.
" Kenapa?," tanya Insi yang sadar perubahan wajah Salma.
" Aku meminta cerai pada Mas Rama, In." Lirih Salma.
" Kalian ada masalah?," Insi terkejut karena ia memang tidak tahu kalau Salma sudah tahu alasan sebenarnya Rama menikahinya.
" Hmm. Ternyata dugaanmu benar. Mas Rama menikahiku karena Faisal. Dia juga ternyata masih mencintai Dewi." Insi diam. Ia tahu semuanya. Tentu karena ia yang pernah memergoki Rama berbicara dengan Andre.
" Kamu yakin?," tanya Hasya.
" Entahlah." Sejujurnya keputusannya belum benar-benar bulat. Masih ada keraguan di hatinya.
" Kamu yakin Rama belum mencintaimu? ," selidik Insi.
" Aku mendengar sendiri dia mengatakan itu."
Insi tersenyum. " Tapi, yang aku lihat dia sepertinya sudah mencintaimu. Hanya mungkin dia belum sadar saja."
" Kenapa ucapanmu seperti Kak Zayden."
" Kamu sudah memberitahukan masalah ini dengan Kak Zayden?," tanya Hasya. " Bagaimana tanggapannya?," tambahnya.
" Dia membebaskannya kepuasan di tanganku. Hanya saja aku dimintanya untuk memikirkan baik-baik jangan mengedepankan emosi. Dia memintaku untuk shalat istikharah." jelasnya membuat kedua sahabatnya mengangguk.
Zayden memang cukup bijak. Ia memang ingin yang terbaik untuk adiknya namun, tidak pernah memaksakan kehendaknya. Apalagi masalah rumah tangga.
" Benar, kata kak Zayden, Sal." Insi setuju.
" Lebih baik saat ini fokuslah pada kesembuhanmu dulu. Jangan terlalu banyak pikiran." pesan Hasya.
" Kalau menurut kamu bagaimana, In?," tanya Salma. Ia ingat dulu Insi-lah yang mengingatkan Salma kemungkinan alasan Rama menikahinya yang ternyata benar.
" Kenapa tanya aku?,"
" Mungkin kamu tahu perasaan Rama yang sebenarnya dari calon suamimu."
Insi menghela nafas. " Aku pernah bertanya pada Andre tentang ini, dulu. Andre hanya bilang Rama selalu bilang belum mencintaimu. Tapi, dari apa yang Rama rasakan setelah beberapa bulan menikah denganmu, ia bisa menebak kalau sebenarnya Rama sudah mencintaimu namun, ia tidak menyadarinya.
Mungkin karena ia masih ragu karena tidak percaya bahwa dia secepat itu mencintaimu. Karena dengan Dewi saja, ia butuh waktu lama." jelas Insi.
Salma diam. Ia sedikit banyaknya tahu masalah itu. Karena itu cukup menggemparkan saat masa sekolah dulu.
" Butuh waktu lama untuk mencintai Dewi? Maksudnya?," Hasya tidak mengerti. Ia memang tidak tahu perjalanan cinta Rama dan Dewi.
Hasya dan Insi bersahabat dengan Salma sejak mereka kuliah di kampus yang sama. Pertemuan mereka saat awal-awal masuk kuliah membuat ketiganya dekat walaupun kuliah di jurusan yang berbeda.
" Kamu pasti kaget bagaimana awalnya mereka bisa pacaran." timpal Insi.
" Bukan karena Rama jatuh hati pada Dewi lalu Rama nem_bak Dewi kan?"
" Bukan" jawab Salma dan Insi kompak.
TBC