(Tahap Revisi)
Hani tidak punya pilihan lain selain menerima tawaran pekerjaan dari sahabatnya, yakni menjadi pelayan di sebuah Villa mewah. Namun nasib naas malah menimpanya di villa mewah itu.
"Katakan, siapa yang sudah menghamilimu?" seorang wanita paruh baya langsung melabraknya.
"Laki-laki yang burungnya mati suri" Hani mengatakannya dengan judesnya di depan semua orang.
Yuk simak kisahnya hanya di cerita Dihamili Tuan Impoten!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alif Irma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
"Dia orangnya, Bibi!" Feni langsung menunjuk atasannya.
Feni tidak peduli dengan karirnya sebagai karyawan di perusahaan DW Group terancam, yang terpenting sahabatnya butuh pertanggungjawaban dari atasannya yang sudah melecehkan sang sahabat.
Nyonya Miranda membulatkan kedua matanya mendengar ucapan Feni. Seketika dia langsung teringat dengan kejadian mengerikan yang dialami putra semata wayangnya sebulan yang lalu.
"APA!, jangan mengada-ada kamu. Putraku tidak mungkin melakukannya, melecehkan wanita berandalan ini, bisa saja dia hamil dari laki-laki lain" Nyonya Miranda langsung melontarkan kata-kata protes atas ucapan Feni.
"Kalau nyonya tidak percaya, tanyakan langsung kepada tuan Hans, karena tuan Hans lah yang sudah memperkosa sahabat saya" sahut Feni menantang ibu satu anak itu.
Halimah hanya mampu meneteskan air matanya dengan perasaan sesak, ponakannya sedang hamil dan sekarang membutuhkan pertanggungjawaban dari orang yang sudah melecehkannya.
"Hei jaga bicaramu, justru wanita berandalan ini yang sudah menganiaya putraku bahkan hampir membunuhnya" ucap Nyonya Miranda marah dan baru mengingat wajah pelaku yang sudah menganiaya putranya dan pelakunya adalah wanita berandalan yang saat ini menempati tempat tidur pasien. Hampir saja dia memenjarakan Hani dengan hukuman penjara seumur hidup.
"Karena putra anda memperkosa sahabat saya, makanya putra anda dianiaya oleh sahabat saya atas perbuatan tercelanya" ucap Feni terus membela sahabatnya.
"Cukup nak Feni, jangan memperpanjang masalah" ucap Halimah buka suara melerai perdebatan mereka.
"Sebaiknya kita pulang Bibi" ucap Hani mulai melepaskan jarum infus di tangannya. Kupingnya terasa panas mendengar perdebatan antara sahabatnya dengan ibu dari pria bajingan nan impoten itu.
"Hans, apa yang dikatakan wanita ini benar atau salah?" tanya Nyonya Miranda dengan tatapan tajam yang sedang diselimuti perasaan emosional.
"Benar Ma, aku lah orang yang sudah memperkosa nona Hani. Maka dari itu, biarkan aku mempertanggungjawabkan perbuatan ku. Aku akan menikahi nona Hani Handoko, jadi berikan restu Mama untuk kami" jawab Hans dengan jujurnya tanpa ada yang ditutup-tutupi.
Nyonya Miranda langsung memegang dadanya yang terasa sesak mendengar pengakuan dari putra semata wayangnya. Sedangkan Hans bergerak cepat merangkul pundak ibunya lalu menuntun ibunya duduk di sofa.
"Ayah, apa yang dikatakan Hans tidak benar kan!" ucap Nyonya Miranda merengek kepada ayahnya.
"Ayah sudah peringatkan kamu untuk tidak gegabah. Sekarang kamu sudah mengetahui kebenarannya, jadi berikan restu mu untuk mereka. Karena Nona Hani adalah jodoh terbaik yang sudah digariskan Tuhan untuk putramu. Bahkan sudah ada janin didalam perutnya yang harus mereka jaga bersama dan itu adalah calon penerus keluarga Dirgantara, calon cucu mu dan calon cicit, ayah" ucap Tuan Wibowo panjang lebar memberikan nasihat untuk putri semata wayangnya.
"Argghh, aku tidak bisa, ayah" sahut Nyonya Miranda sambil memijit keningnya layaknya dihantam benda tumpul di kepalanya atas kebenaran yang didengarnya.
"Kamu harus bisa!. Pokoknya restui hubungan mereka" ucap Tuan Wibowo dengan tatapan hangatnya, membuat Nyonya Miranda mencebik kesal dengan raut wajah cemberut.
"Hans"
"Iya kek" sahut Hans dengan suara pelan.
"Kakek percaya pada kamu untuk segera menyelesaikan masalah ini" ucap tuan Wibowo tersenyum sambil menepuk pundak cucu penerusnya.
"Baik kek" ucap Hans dengan anggukan kepala.
"Aku tidak setuju menikah dengan pria bajingan yang impoten. Aku Hani Handoko tidak butuh pertanggungjawaban pria bajingan seperti dirimu. Walaupun janin dalam kandunganku darah daging mu, tetap saja aku tidak mengakuimu sebagai ayahnya. Tapi, aku berjanji pada diriku sendiri akan melahirkan bayi tak berdosa ini dan membesarkannya seorang diri" ucap Hani dengan entengnya menunjuk kearah Hans, membuat semua orang mengalihkan pandangannya kearahnya.
"Hani!" panggil Bibi nya.
"Maaf Bibi. Aku tidak bisa menikah dengan orang yang sudah melecehkan ku. Aku tidak masalah jika harus menanggung malu atas kehamilanku" ucap Hani dengan lapang dada.
Plakk...
Satu tamparan mendarat sempurna di wajah Hani dan Bibi nya lah yang menamparnya. Hani hanya mampu memegangi pipinya yang terasa kebas.
"Jangan egois, nak!. Pikirkan kembali masa depanmu bersama calon bayimu. Sekarang kamu masih bisa berdiri dengan kedua kakimu, namun kelak tidak ada yang tahu apa kamu masih bisa berdiri dengan kedua kakimu atau tidak, karena ada banyak hal yang harus kamu hadapi terutama menjaga perasaan dan mentalmu, begitu halnya dengan anakmu. Apa kamu akan sanggup mendengar cacian dan makian orang-orang di luar sana yang membicarakan tentang putramu yang terlahir di luar nikah. Apa kamu sanggup menghadapi anakmu yang setiap hari terus menanyakan dimana ayahnya?. Coba pikirkan baik-baik nak, jangan sampai keputusanmu secara sepihak malah menjadi boomerang bagimu dan calon bayimu" ucap Halimah panjang lebar dengan wejangannya.
Seketika Hani meneteskan air matanya sambil menyentuh perutnya yang masih rata. Dia tidak ingin calon bayinya yang belum terlahir di dunia ini mendapatkan cacian dan makian orang-orang di luar sana. Apalagi jika sampai anaknya mendapatkan bully-an, seumur hidupnya dia berada dalam penyesalan.
"Biarkan nak hans mempertanggungjawabkan perbuatannya. Terima lah niat baiknya yang ingin menikahi mu, nak" Ucap Halimah dengan mata berkaca-kaca sambil menggenggam tangan ponakannya.
Hani tidak menyahuti ucapan Bibi nya, dia hanya mampu menunduk, air matanya terus berjatuhan membasahi pipinya. Sontak saja, Halimah menghapus pelan sisa-sisa air mata ponakannya.
"Berjanjilah pada Bibi bahwa kamu setuju menikah dengan nak Hans" ucap Bibi nya sambil menggenggam kedua tangannya. Dengan terpaksa Hani mengangguk menanggapi ucapan bibi nya.
Sementara Feni langsung tersenyum tipis yang menjadi penonton diantara mereka. Feni tidak banyak bicara lagi karena sudah tidak memiliki hak untuk berbicara.
"Karena semuanya sudah jelas, maka kita atur saja pernikahan mereka secepatnya" ucap tuan Wibowo dengan raut wajah bahagia. "Bagaimana Hans?" tambahnya sambil menaikkan sebelah alis nya, membuat Hans tersenyum tipis disertai anggukan kepala.
"Ada baiknya Kakek saja yang mengatur segalanya. Hans tinggal menunggu hari baiknya saja" sahut Hans dengan pandangan terus tertuju kearah tempat tidur pasien.
"Bagaimana jika acara lamarannya dilakukan minggu ini?" tanya tuan Wibowo kepada semua orang yang berada di ruangan tersebut.
"Tidak masalah, tuan. Justru saya sangat setuju jika dipercepat saja" sahut Halimah lalu segera menghapus sisa-sisa air matanya. Senyuman langsung menghiasi bibirnya, perasaan sedih seketika berubah menjadi perasaan haru dan bahagia.
Bibi Halimah, tuan Wibowo dan nyonya Miranda mulai membicarakan tentang persiapan pernikahan anak-anak mereka. Namun anehnya, Nyonya Miranda tampak tidak bersemangat dan tidak pernah buka suara memberikan masukan tentang hal yang perlu dipersiapkan perihal persiapan pernikahan Hani dan Hans.
"Selamat ya Hani, sebentar lagi kamu akan menjadi nyonya Dirgantara" ucap Feni memberikan selamat kepada sahabatnya.
"Emm, aku terpaksa melakukannya. Aku tidak ingin melihat bibi ku sedih atas keputusanku. Dan aku tidak pernah berharap menjadi nyonya Dirgantara" ucap Hani sambil menghembuskan nafasnya dengan kasar.
Hani menjalani perawatan selama dua hari di rumah sakit Dirgantara. Setelah kondisi semakin membaik barulah dokter memperbolehkannya pulang ke rumah. Selama itu pula Hans begitu siaga menjaganya di rumah sakit bersama Bibi Halimah.
*
*
*
Semua orang tampak sibuk mempersiapkan acara lamaran Hani dan Hans yang akan dilaksanakan hari ini di kediaman Hani. Para tetangga berdatangan membantu Halimah menyiapkan sajian makanan dan minuman untuk acara resmi tersebut.
Sementara Hani sedang didandani oleh perias terkenal di kompleks Permadani. Sudah hampir dua jam lamanya pria setengah laki itu merias wajah Hani dengan elegannya.
"Keluarga calon suami Hani sudah memasuki gerbang kompleks Permadani. Dipercepat dikit incess" ucap Bude Santi menegur periasnya.
"Aduh, jangan diganggu eke, tinggal pakain lipstik mbak Hani nih" ucap Incess Beby.
"Cepetan, incess" ucap Hani mulai deg-degan.
"Wow, sempurna. Mbak Hani cantiknya kebangetan, eke jadi iri"
"Aduh, gantengnya calon suami mbak Hani" ucap ibu-ibu dengan hebohnya di ruang tamu.
Deg!
Hani meremas ujung bajunya, dia menjadi gugup untuk keluar dari kamar.
Bersambung.....