Menjadi seorang indigo, bukanlah hal yang di inginkan oleh gadis cantik bernama Lilis Yuliani karena setiap hari ia harus bersinggungan dengan hal yang gaib dan ia tidak bisa menolaknya.
Sosok-sosok itu selalu mengikuti untuk meminta pertolongan ataupun hanya sekedar mengganggu pada Lilis sampai suatu hari ketika ia sedang berjualan bakso bertemu dengan arwah pria tampan namun menyebalkan.
Siapakah arwah itu?????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Oktana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menolong Mayang Part 1
Di kamar mandi, Lilis menangis dan mengguyur tubuhnya dengan air. Lilis juga tak lupa membilas area belakangnya tempat Bara menumpahkan kental manisnya.
"Gue kotor..hikhikhik" erang Lilis.
Khawatir karena sang pujaan tidak tidak keluar juga, membuat Bara membuka pintu namun karena pintu kamar mandi sudah rusak membuat membuat pintu itu dengan mudah sekali Bara buka bahkan kini pintu kamar mandinya sudah Bara tenteng.
Lilis yang sedang menangis tiba-tiba tertawa melihat hal itu.
"Mau apa lagi loe sialan?" kini Lilis kembali marah.
"Mandinya udah? Ayo keluar jangan lama-lama" ucap Bara.
"Pergi Bara pergi" tolak Lilis.
Dengan cekatan Bara membantu mengguyur badan Lilis, sesudah bersih Bara memakaikan handuk lalu memangku Lilis.
"Maaf kan saya" ucap Bara.
"Gue benci loe" ucap Lilis sembari terisak.
"Tubuh kamu itu milik saya, Lis" Bara dengan beraninya mengklaim secara sepihak.
"Tubuh gue milik gue sendiri!" tolak Lilis.
"Cepat di baju dulu, sesudah itu kita makan" pinta Bara.
"Gak!" tolak Lilis.
"Why?" tanya Bara.
"Sebaiknya loe mandi junub dulu Bara! Seseorang di larang memakan apapun jika dirinya masih ada dalam keadaan berjunub" papar Lilis.
"Saya baru tahu" balas Bara.
Ia Baru tahu ada peraturan semacam itu karena selama ini jika habis bercinta dengan pacarnya, Marisa mereka berdua pasti langsung makan karena begitu kelelahan.
"Saya mandi dulu, tunggu sebentar ya" Bara masuk kedalam kamar mandi tak lama keluar dengan rambut yang basah.
"Lis, saya janji tidak akan melakukan itu lagi. Saya kepepet dan saya gak bisa menolak tubuh kamu" bujuk Bara.
"Loe udah biasa lakuin itu sama cewek itu?" tanya Lilis.
"Iya tapi itu sebelum koma! Saya tidak mau lagi menyentuh wanita jalang seperti dia" ungkap Bara.
"Tapi loe masih berhubungan sama wanita itu, gila" kesal Lilis.
"Memang, namun kini saya hanya ingin menjebak saja dan menemukan bukti yang pas untuk bisa memutuskannya" papar Bara.
Kini kemarahan Lilis berganti dengan obrolan sembari memakan pizza yang di pesan Bara sewaktu Lilis mandi.
"Malam saya akan membawa kamu kerumah" ucap Bara.
"Gak bisa! Gue udah ada janji keluar" balas Lilis.
Brak!!!
Bara langsung melempar kardus pizza ke lantai.
"Sama dokter itu, hah?" kesal Bara.
"Iya!" balas Lilis dengan senyum mengejek.
"Gak boleh!" larangnya.
"Kok ngatur sih, siapa anda bung?? Lagian ini misi menolong arwah" papar Lilis.
"Saya ikut!" pinta Bara.
"Gak, yang ada malah runyam" tolak Lilis.
"Pokoknya saya ikut, saya tidak akan biarkan kamu berduaan dengan dokter itu. Jam 7 saya akan kemari lagi" ucap Bara.
Cup!!
Ketika ingin pulang Bara sempat-sempatnya mencuri ciuman dari bibir Lilis namun bukan hanya ciuman namun di sertai lumatan.
"Balas ciuman saya" pinta Bara.
Ketika pagutan itu terlepas, keduanya bernafas dengan terengah-engah.
"Aku pulang dulu ya" ucap Bara yang sudah ganti panggilan dari saya menjadi aku.
"Yaudah sana pulang" usir Lilis.
Bara pun pulang karena supir pribadinya sudah menjemputnya..
Malam pun tiba, lilis sudah bersiap-siap menunggu jemputan dari Adrian.
"Berangkat sekarang?" tanya Bahar.
"Iya Pak!" balas Lilis.
Deru mobil terdengar, Lilis segera membuka pintunya dan benar saja adrian sudah ada di sana.
Dokter tampan itu keluar dari mobil memakai pakaian santai terlihat sangat tampan sekali.
"Malam Lis!" sapa dokter Adrian.
Tin!!!
Tin!!!
Tin!!!
Bunyi klakson mobil di belakang mobil Adrian yang ternyata itu Bara.
Karena merasa penasaran, Bahar keluar kontrakannya.
"Mas Andre dan Mas Bara kok mereka kemari secara bersamaan?" Bahar merasa bingung dengan situasi sekarang.
"Ayo Lis, waktunya tidak banyak!" ajak Andre.
"Ayo dok!" balas Lilis.
"Jangan! Lilis akan pergi sama saya" ucap Bara.
"Lis dia kan yang tadi?" tanya Adrian.
Lilis mengangguk lemas.
"Maaf Bang, Lilis sudah akan pergi jangan di halangi" ucap Adrian.
"Tidak bisa, Lilis akan pergi sama saya" tolak Bara.
"Lis dia siapa sih? Pacar kamu?" kesal Adrian.
Lilis menggeleng.
Melihat suasana yang mulai menegang, Bahar maju menengahi.
"Begini saja, kalian pergi saja bertiga lebih banyak orang lebih baik dari pada bertengkar" ucap Bahar.
"Dok gimana?" tanya Lilis.
Terlihat wajah Adrian masam kala Bahar menganjurkan Bara supaya ikut.
"Terserah" jawab Adrian keki.
"Bara ngapain sih loe ikut segala,, arghhhhh" kesal Lilis.
"Suka-suka aku dong!" balas Bara.
Mereka bertiga pun akhirnya pergi menggunakan mobil Adrian.
Lilis menunjukan jalan tempat dimana arwah Mayang tinggal.
"Dimana Lis?" tanya Adrian.
"Jalan kemuning, Mbak Mayang sering duduk di atas pohon sengon yang bawahnya terdapat got warna merah" jawab Lilis.
"Nyetirnya lelet amat" ledek Bara.
"Tak apa lelet dari pada jadi pengganggu" balas Adrian.
"Saya hanya ingin memastikan Lilis baik-baik saja" ketus Bara.
"Memangnya siapa yang bakal nyakitin Lilis? Dasar aneh" balas Adrian.
"Sudah-sudah, apa sih malah ribut" Lilis berusaha melerai.
Mobil Adrian kini berhenti di sisi jalan yang di maksud Lilis. Deretan pohon sengon yang menjulang tinggi.
"Ayo kita turun!" ajak Lilis kepada dua pria itu.
Ketiganya lalu turun.
Tak munafik jika Adrian dan Bara merasakan ketakutan namun mereka berdua harus menyingkirkan egonya untuk tidak lari dari tempat itu.
Koakkkk!!!!
Koak!!!!
Koakkk!!!
Tiba-tiba terdengar bunyi burung gagak yang saling bersahutan.
"Lis sumpah ini seram" keluh Adrian.
Bara malah bersembunyi di punggung Adrian karena ia melihat beberapa entitas gaib yang mulai hadir.
"Apasih lepas" ketus Adrian.
"Diam, banyak setan disini" balas Bara.
"Abdi teh ayeuna gaduh hiji boneka, teu kinten saena sareng lucuna, ku abdi di eroka sareng di sapatuan, sok mangga tinggali boneka abdi" suara seorang wanita bernyanyi lagu sunda dengan sangat lirih terdengar di telinga mereka berdua.
"Dokter, Bara tenang jangan takut terkusus untuk loe Bara, gue tahu sekarang mata batin loe udah terbuka, tapi percayalah loe harus kuat dan berani" ucap Lilis.
Bara pun langsung menegakan tubuhnya dan berani memandang entitas gaib yang kini semakin memenuhi tempat itu.
"Mbak Mayang!" Lilis memanggil.
Hening tak ada yang menyahut.
"Kami datang untuk menolong Mbak" ucap Lilis kembali.
"Aku ada di sini....hihihihihi" ucap suara yang ada di atas pohon sengon itu.
"Turunlah Mbak!" pinta Lilis.
Sosok bergaun putih lusuh dengan rambut yang acak-acakan itu terbang lalu turun mendekat ke arah ketiga manusia.
"Lis!" erang Bara yang masih belum terbiasa dengan hal menyeramkan yang ada di depannya.
"Tenang Bara!" Lilis mencoba menenangkan.
Sementara Adrian tidak melihat apapun, pria itu hanya merasakan bulu kuduknya meremang.
"Sekarang?" tanya Lilis.
Mayang mengangguk!
"Mulai dari mana?" tanya Lilis.
"Ayo kita kerumah saya dulu, setiap malam saya melihat putra saya di perlakukan tidak baik oleh ibu tirinya" balas Mayang.
"Ayo!" balas Lilis.
Ketiganya masuk mobil, kini giliran Bara yang menyetir dan Adrian duduk di belakang karena Bara bisa melihat keberadaan mayang sementara Mayang terbang menunjukan arah lokasi rumahnya.
"Maafkan Mama, Askara. Kini penderitaan kamu akan segera berakhir" ucap Mayang.
semangat k