Menjadi seorang indigo, bukanlah hal yang di inginkan oleh gadis cantik bernama Lilis Yuliani karena setiap hari ia harus bersinggungan dengan hal yang gaib dan ia tidak bisa menolaknya.
Sosok-sosok itu selalu mengikuti untuk meminta pertolongan ataupun hanya sekedar mengganggu pada Lilis sampai suatu hari ketika ia sedang berjualan bakso bertemu dengan arwah pria tampan namun menyebalkan.
Siapakah arwah itu?????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Oktana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cemburu
Lilis yang pagi ini libur kuliah, memutuskan untuk jualan keliling.
"Bapak di rumah aja!" ucap Lilis.
"Kamu aja Neng istirahat, biar Bapak yang dagang mah" balas Bahar.
"Gak sekedar dagang, Pak! aku ada misi menolong kunti" ucap Lilis.
"Masyaallah gusti, Lis hidup kamu kok tidak jauh dari hal yang bau bangke. Maafkan Bapak nya Neng, bukannya Bapak tidak usaha untuk ngobatin kamu ke orang pinter, tapi mereka sudah nyerah, mata batin kamu tidak bisa tertutup" ucap Bahar dengan sedih.
"Tak apa Pak, mungkin ini takdir hidup Lilis" balas Lilis mencoba menguatkan sang Bapak.
Lilis pun berangkat dari kontrakannya untuk berdagang.
"Panas banget Ya Allah" ucap Lilis sembari menyeka keringatnya.
Tin!!!!!!
Terdengar suara kelakson mobil, lalu mobil mewah itu berhenti tepat di samping gerobak bakso Lilis.
Pintu mobil itu terbuka, pemiliknya keluar.
"Asalamuallaikum cucu Oma" ucapnya.
"Nenek!! Ya Allah Nek" Lilis terkejut melihat Nenek Lestari.
Keduanya pun berpelukan, tak lama Adrian keluar dari mobilnya.
"Lis!" sapanya dengan ramah.
"Dokter!" balas Lilis sembari menganggukan kepalanya.
"Oma ke kontrakan kamu loh, kata Mas Bahar kamu jualan yaudah Oma cari sepanjang jalan aja!" ucap Nenek Lestari.
"Iya Nek, kuliah libur jadi saya dagang aja! Ayo duduk Nek" balas Lilis sembari memberikan kursi plastik.
Nenek Lestari melihat gadis di hadapannya sebagai gadis langka yabg tidak pernah gengsi mendorong gerobaknya.
"Nenek mau makan bakso?" tanya Lilis.
"Hmmm, boleh" balas Nenek Lestari.
"Dokter mau juga?" tanyanya pada Andrian.
"Boleh Lis! Kebetulan saya belum makan" balas Adrian.
Lilis dengan sigap langsung membuatkan bakso untuk kedua orang yang ada di depannya.
Sementara di kejauhan, seseorang memperhatikan Lilis dengan tangan intens.
"Lihat kan, cowok setampan dokter Adrian tidak bisa untuk di tolak..hihihi" ucap Mbak Sri.
"Ckkk!! Berisik" balasnya yang ternyata tak lain dan tak bukan adalah Bara.
Tangan kekarnya mengepal, seolah tidak rela jika Lilis sedang di dekati oleh pria lain.
..
Sesudah makan bakso, Nenek Lestari ingin pulang.
"Kalian ngobrol saja berdua, Oma mau pulang" ucap Nenek Lestari.
"Ayo Oma, aku antar" ujar Adrian.
"Jangan-jangan, Pak Subur sebentar lagi jemput kok! Kamu ngobrol saja sama Lilisnya, Dri" tolak Nenek Lestari.
Tin!!!!
Mobil yang di tunggu berhenti di samping gerobak bakso Lilis.
"Itu Pak Subur! Yasudah ya Oma pergi dulu. Dri jaga Lilis ya? Kamu kan libur praktek, temani aja dia disini" pesan Nenek Lestari.
"Siap Oma!" balas Adrian senang.
Selepas kepergian Nenek Lestari, kini mereka hanya berdua saja! Andrian memang menyukai Lilis sejak pertama kali bertemu di rumah sakit waktu itu.
"Lis, malam nanti saya mau ajak kamu jalan-jalan, mau ya?" pinta Adrian.
Lilis bingung pasalnya ia punya janji bertemu kuntilanak, Mayang.
"Maaf dok, sepertinya malam ini tak bisa. Saya sudah ada janji" balas Lilis.
"Dengan?" ada tatapan cemburu di mata Adrian.
"Dengan seseorang! Maaf ya dok" tolak Lilis dengan perasaan tidak enak.
"Batalkan saja Lis kalau itu tidak terlalu penting" ucap Adrian.
"Gak bisa dok, jika di batalkan maka dia akan selalu ngikutin saya terus" balas Lilis.
"Maksudnya gimana Lis?" Bara heran dengan jawaban Lilis.
Lilis pun lalu menceritakan sosok kuntilanak Mayang yang meminta tolong padanya sampai tuntas membuat Adrian melongo.
"Astagfirullah. Lis, kasihan sekali dia. Suaminya sangat jahat. Ini tidak bisa di biarkan Lis, sungguh tugas seorang anak indigo sangatlah berat" ucap Adrian.
"Saya harus gimana, dok? Apakah ini harus di ungkap? Kalau tidak kasihan arwah Mbak Mayang yang terus gentayangan" ucap Lilis dengan nada putus asa.
"Kamu lupa siapa aku? Om ku kan kepala kepolisian, dia pasti bisa bantu kita" balas Adrian.
"Ya ampun dok, aku sampai lupa" balas Lilis sembari tersenyum senang.
"Kapan mulai penelusurannya?" tanya Adrian.
"Malam nanti setelah selesai berjualan!" balas Lilis.
"Aku ikut!" ucap Adrian.
"Dok, jangan ini terlalu bahaya" cegah Lilis.
Grep!!!
Adrian langsung memegang tangan Lilis.
"Lebih bahaya lagi kamu sendirian!" balas Adrian.
Cup!!!
Tiba-tiba Adrian mencium tangan Lilis.
"Jangan lakukan seorang diri ya, aku gak mau kamu kenapa-napa" ucap Adrian lagi.
Lilis hanya mengangguk saja.
"Noh lihat, mesra kan sok jual mahal sih" ucap Mbak Nik.
"Menyebalkan"
Ia lalu melanju kan mobilnya mendekati gerobak Lilis.
Melihat ada mobil mewah mendekat ke arahnya, Lilis tahu bahwa mobil itu milik siapa.
"Bara!" gumam Lilis.
"Siapa Lis?" tanya Adrian.
"Gak kok bukan siapa-siapa" balas Lilis.
Bara keluar dari mobilnya, pria tampan itu memakai celana bahan warna hitam dan kaos putih membuat tubuh kekarnya tercetak jelas.
"Bakso satu, makan disini" ucap Bara dengan ketus.
Lilis mendengar suara itu membuat dirinya sangatlah gugup.
"Baiklah tunggu sebentar Mas!" balas Lilis.
Tangannya gemetar mengambil mangkok dan meraih sawi, tauge dan mie.
"Bara, kenapa loe seolah gak kenal gue" jerit Lilis dalam hatinya hingga tak terasa air matanya merembes dari ujung netranya.
Adrian merasa heran dengan perubahan sikap Lilis semenjak pria yang kini duduk di sampingnya datang.
"Silahkan baksonya, Mas!" ucap Lilis.
Bara sejenak memandang wajah Lilis, wajah wanita yang sudah satu bulan lalu menemani hari-harinya sewaktu dia menjadi arwah.
Pandangan mereka berdua pun bersirobek, Bara bisa melihat aur mata Lilis yang masih keluar.
Lilis lalu duduk di samping Adrian kembali.
"Hei kamu menangis?" tanya Adrian.
Lilis menggeleng.
Adrian langsung menangkup wajah Lilis dengan kedua tangannya.
"Kamu kenapa, hem?" tanya Adrian dengan sorot mata yang teduh.
"Saya kelilipan aja dok" balas Lilis.
Tak enak rasanya apa yang di rasakan Bara! Bukannya bakso yang tidak enak, hanya saja pemandangan di hadapannya sungguh tidak enak di lihat.
Pranggggg!!!
Bara menjatuhkan garpu dan sendok diatas mangkuk bakso dengan kasar membuat kedua manusia di depannya langsung menoleh.
"Maaf Mas ada masalah?" tanya Adrian.
"Tidak! Hanya sedang tidak enak melihat lalat pacaran" balas Bara.
Adrian dan Lilis saling pandang seolah ambigu dengan apa yang Bara lontrakan.
Kring!!!!!
Tiba-tiba ponsel yang terdapat di dalam saku celana Adrian berdering.
"Hallo, dok!" sapa Adrian.
"Dokter bisa kerumah sakit sekarang? Pasien yang dokter tangani meninggal lima menit yabg lalu. Rumah sakit butuh data" ucap suara di seberang sana.
"Baiklah Dok, saya kesana sekarang" balas Adrian.
"Lis, saya jemput jam 8 malam nanti ya, saya harus ke rumah sakit dulu" ucap Adrian sembari mengelus pipi Lilis.
"Iya dok!" balas Lilis.
Adrian pun pergi meninggalkan Lilis berdua bersama Bara.
"Seharusnya kamu fokus saja berjualan bakso jangan menggoda pria-pria kaya..ckk!!!" tiba-tiba Bara berkata demikian.
"Maksudnya apa, Bara?" Lilis memberanikan diri bertanya dan memandangi wajah Bara.
"Stop jadi wanita penggoda, kamu terlihat sangat menggelikan" ujar Bara.
Air mata Lilis langsung terjun bebas. Tak kuasa membendung kesakitan dari apa yang Bara bicarakan.
"Gue bukan cewek murahan, Bara! Lagipula bukan urusan Loe juga" balas Lilis.
"Oh ya?" seringai Bara.
Bara melihat kanan-kiri jalan yang memang sepi, ia membawa Lilis ke dalam sebuah lahan kosong penuh ilalang tinggi.
"Berapa pria itu membayar mu?" tanya Bara.
"Gue bukan pelacur..hikhikhik" balas Lilis sembari menangis.
Cup!!!
Dengan gerakan cepat, Bara langsung membungkam bibir Lilis dengan bibirnya. Lilis meronta, namun cengkraman Bara di tubuhnya membuat Lilis tak berdaya.
Bara melumat bibir Lilis, dan membelitkan lidahnya pada lidah Lilis.
Tangannya langsung merayap masuk ke dalam kaos meraba dua gundukan kembar meraba titik seperti buah Cherry lalu meremasnya.
"Stop Bara" Tak munafik apa yang di lakukan Bara membuat gelenyar aneh di bawah perutnya. Namun terasa tidak nikmat karena Bara melakukan itu di atas kemarahan Lilis.
"Katakan untuk tidak berdekatan dengan dokter itu?" tegas Bara.
"Apa hak loe,, eumzzzzzzhhhhhh" tolak Lilis sembari mendesah.
Merasa tertantang, Bara merasa di permainkan, ia dengan lancangnya memasukan tangannya ke celana Lilis.
"Bara, lepasin gue Bara" Lilis berontak namun tangan Bara sudah terlebih dahulu meraih sesuatu yang lembab di bawah sana.
"Bara please lepasin gue Bara" Lilis mengiba sekaligus merasakan nikmat.
Bara menggeleng lalu menusukan jari tengahnya ke lubang surgawi milik Lilis yang masih sangat rapat.
"Ini yang kamu mau kan, Lis?" tanya Bara sembari memaju mundurkan jari tengahnya dari dalam sana.
"Bara, gue benci sama loe...Ahhhhhhh.. Lepas" Lilis meronta.
"Kamu menikmatinya Lis, bahkan mendesah" ucap Bara sembari menyeringai.
"Lepasin gue badjingan, lepasin" Lilis menangis namun Bara seolah menulikan permintaan sang gadis yang sedang ia kerjai.
Ingin rasanya teriak, namun Lilis takut orang-orang mengira jika dirinya sedang mesum dengan Bara.
Ingin berontak, namun bibirnya sudah di bungkam oleh Bara kembali. Bahkan tangannya di bawah sana bermain sangat cepat hingga akhirnya pertahanan Lilis tumbang kala sesuatu di bawah sana meledak.
"Arghhhhhhhhhhhhhhh" Lilis memekik dan tubuhnya menggelinjang lalu ambruk di pelukan Bara sembari terisak.
"Gue benci loe, Bara..Hikhikhik" Lilis memukul lemah tubuh Bara sembari menangis.
Plak!!!
Lilis langsung menampar Bara dan langsung pergi dari hadapan pria yang sudah melecehkannya itu.
semangat k