Nasyifa Zahira Jacob..gadis cantik,ceria dan multi talenta,hidup di keluarga harmonis dan sangat di sayang oleh kedua orang tuanya,juga Kakak sepupu laki-lakinya,dimanja bak putri raja, hidupnya seakan tak pernah ada masalah,nyaris sempurna
Gerald Alexander Lemos...pemuda tampan,genius,multi talenta..terlahir dari keluarga harmonis dan kaya raya,merajai pasar modal Asia dengan berbagai bisnis yang keluarganya punya,siapa yang tidak kenal keluarga Alexander dan keluarga Lemos? penyatuan keluarga terpandang yang sulit untuk di taklukkan.
Bagaimana jadinya jika seorang gadis manja dengan penuh kelembutan di satukan dengan pria dingin,arogan dan tak tersentuh?
kisah mereka yang belum usai membuat pertemuan pertama setelah sekian lama terpisah menjadi kisah penuh rasa..sakit,kecewa,namun membuat keduanya harus terikat pada satu hubungan rumit.
Mampukah keduanya memecahkan benang merah antara mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arisha Langsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29
Entah kapan dan jam berapa Syifa tertidur, seingatnya semalam ia duduk di sofa kamar itu seraya memainkan ponselnya,tapi saat terbangun pagi ini ia sudah berada di atas ranjang,sebuah selimut putih menutupi bagian tubuhnya hingga batas dada.
Mata Syifa mengerjab,mengenali ruangan yang masih terasa asing bagi nya, hingga beberapa menit ingatan nya kembali normal dan ia mengingat bahwa sejak kemarin ia juga salah satu penghuni kamar tersebut, kamar sang senior.
Syifa bangkit dari tempat tidur, perlahan menyingkap selimut,ia melihat jam yang terletak di atas Nakas di samping ranjang, matanya mengerjab di sertai ekspresi terkejut,ternyata ia sudah kesiangan.
" Astaghfirullah... kesiangan,ya Allah... maafkan Syifa yang terlalu lelap" monolog syifa seorang diri, dengan langkah cepat ia memasuki kamar mandi untuk membersihkan serta ber Wudhu.
Tak butuh waktu lama,lima menit kemudian ia keluar dengan baju lengkap nya dan hijab instan,ia mengambil perlengkapan shalat milik nya dan segera melakukan Dua rakaat nya,tanpa sadar seseorang tengah merhatiin semua tingkahnya dari sofa.
" Assalamualaikum warahmatullahi 2x" ucap Syifa seraya memalingkan wajahnya ke kiri dan kanan,tak lupa sebaik doa pendek ia lantunan.
" Ya Allah... ampunilah Dosa-dosa ku dan dosa kedua orang tua ku, ampunilah dosa suami ku dan dosa kedua ayah dan ibu mertua ku,serta dosa saudara-saudara ku seiman,berkatkanlah Rizky kami,ilmu kami dan umur kami ya Allah, jadikanlah kami hamba yang taat atas semua perintah Mu, jadikanlah pernikahan hamba pernikahan yang sakinah mawadah warahmah, jadikanlah hamba istri yang taat pada suami, kuatkan hamba menjalani ibadah terpanjang ini ya Allah... Amin"
Syifa mengusap lembut wajahnya, merapikan perlengkapan shalat nya dan menyimpannya di walk in closed,ia memutuskan mengganti bajunya dengan baju yang akan ia gunakan untuk ke kantor.
" Astaghfirullah..." ucap Syifa begitu terkejut saat ia keluar dari walk in closed dan langsung berhadapan dengan wajah tampan Gerald yang akan memasuki walk in closed.
Secepat kilat Syifa membalikkan wajahnya saat menyadari pria dingin di hadapannya itu ternyata sedang bertelanjang dada, Gerald hanya menggunakan handuk yang ia lilitkan sebatas pinggang hingga lutut, dada nya Ter ekspos jelas, ditambah perut kotak-kotak membuat mata polos Syifa ternoda.
Dengan wajah bersemu merah dan gesture tubuh kaku, Syifa sedikit menggeser posisinya, memberikan jalan pada Gerald yang ia tau ingin memasuki ruang ganti mereka.
Tak mengucapkan sepatah katapun, Gerald melangkah memasuki ruang ganti tanpa menutup kembali pintunya,se akan membiarkan seandainya Syifa melihat ia berpakaian,namun Syifa berinisiatif menutup pintu ruangan tersebut sebelum akhirnya ia menuju cermin besar untuk merapikan penampilannya dan sedikit mengaplikasikan wajah nya dengan krim wajah juga pelembab untuk bibir pink alami milik nya.
" Pasang kan" perintah Gerald dingin, sebelah tangan nya mengulurkan sebuah dasi bermotif garis,Syifa sedikit terkejut dan terkesiap dengan keberadaan Gerald yang tiba-tiba sudah berada di samping nya.
Tak menjawab..Syifa meraih dasi dari tangan Gerald dan mengalungkan dasi di leher Gerald,Syifa sedikit berjinjit karena tinggi nya yang sebahu Gerald, menyadari hal itu Gerald sedikit menunduk,membuat posisi wajah mereka begitu dekat.
Mata tajam Gerald tak sedikitpun beralih dari wajah cantik Syifa, membuat gadis cantik itu merasa Sangat gugup " Sudah" ucap Syifa lembut seraya melangkah ke belakang,memberi jarak antara mereka.
Tak menjawab, Gerald melangkah meninggalkan Syifa, kembali ke ruang ganti,dan keluar sudah dalam keadaan yang sangat rapi, lengkap dengan sebuah jam tangan mewah yang melingkar di pergelangan tangannya.
Keduanya menuruni tangga menuju ruang makan, tampak sang papa dan Mama sudah berada di meja makan, sepertinya sedang mengobrol ringan, obrolan keduanya terhenti saat melihat kedatangan sang putra beserta sang menantu.
" Kalian ke kantor?" tanya mama Rosella santai.
" Mama lupa kalau ini hari Senin?" tanya Gerald dingin.
" Ia mama tau ini hari Senin Rald" jawab Mama Rosella geram.
" Terus...kenapa masih nanya " ucap Gerald masih dengan nada dingin, sedangkan Syifa memilih diam,ia meraih teko berisi susu hangat dan menuangkannya ke dalam gelas milik nya.
" Mama kira kalian ambil cuti,kan baru kemarin kalian menikah sayang..." jawab mama Rosella.
" Pekerjaan ku di kantor masih numpuk ma" jawab Gerald singkat.
" Kamu juga masuk sayang?" tanya mama pada Syifa dan di jawab anggukan oleh sang menantu.
" Heran deh mama lihat kalian berdua ini, emangnya kalian ga capek ya..? Masih pengantin baru udah kerja aja" ucap mama Rosella santai,hal itu sontak membuat pasangan muda itu tersedak bersamaan.
Uhuk uhuk uhuk
Kompak.. Syifa dan Gerald tersedak minum masing-masing, Gerald Sampai menyemburkan jus jeruk yang baru saja ia minum,membuat sang mama panik seketika melihat putra dan menantu kesayangan nya tersedak bersamaan.
" Kalian ini kenapa sih? Tersedak aja harus barengan" omel mama Rosella gemas.
" Emang ada yang aneh atau salah dari ucapan mama ?" tambahnya lagi.
" Ga ada yang salah kok ma" jawab Gerald singkat, sedangkan Syifa hanya mengangguk membenarkan ucapan sang suami.
" Trus kenapa kalian tersedak gitu?" tanya mama Rosella.
"Atau jangan - jangan kalian tidur terpisah?" tanya mama Rosella menatap curiga.
" Mama ngomong apaan sih? " Ucap Gerald tegas, sedangkan Syifa memilih diam,sebab ia juga ga tau semalam ia tidur sendiri atau bersama seseorang, yang ia tau ia terbangun sedang berada di atas ranjang dan pastinya seorang diri.
" Cepat habiskan sarapan Mu,sudah hampir terlambat" perintah Gerald tegas pada Syifa, membuat gadis cantik itu langsung mengunyah cepat roti yang baru saja ia gigit dan segera meminum susu hangat miliknya.
" Sudah" ucap Syifa lembut seraya berdiri, menyalami takzim sang mertua, membuat Gerald ikut bangkit dan melakukan hal yang sama dengan sang istri,baru setelahnya keduanya meninggal kan ruang makan, berjalan beriringan menuju pintu utama.
" Syifa naik taksi aja kak" ucap Syifa pelan saat keduanya sudah berada di depan pintu.
" Di garasi banyak mobil,kamu bisa pakai" jawab Gerald dingin.
" Untuk apa,kan Fa ga bisa nyetir " jawab Syifa sedikit bergumam namun masih bisa terdengar oleh Gerald.
Tak menjawab, Gerald justru meraih pergelangan tangan Syifa dan membawanya menuju mobil miliknya, mendorong pelan tubuh sang istri agar memasuki mobil bersama nya.
" Kak" ucap Syifa dengan nada sedikit protes.
" Jalan pak" ucap Gerald dingin memberikan perintah pada sang supir.
Mobil sedan mewah berwarna putih itu melaju meninggalkan rumah besar milik keluarga Lemos, Syifa terlihat tak tenang, sedangkan Gerald di sisinya memilih membuka laptop kerjanya, memfokuskan perhatian pada beberapa kurva yang tampil di layar laptop, daripada ia harus memerhatikan sikap sang istri yang terlihat tak tenang.
" Pak tolong berhenti di halte depan ya " pinta Syifa pada sang supir saat sebuah halte yang tak jauh dari GA Group mulai terlihat, tepatnya setelah 20 menit perjalanan mereka.
" Baik non" jawab sang supir setelah menunggu beberapa saat dan tidak mendapatkan respon apapun dari sang tuan muda.
Sedangkan Gerald tampak fokus dengan laptop di atas pangkuan nya, hingga suara handphone milik nya mengalihkan pandangannya dari layar datar tersebut.
📱-" Ada apa?" tanya Gerald dengan nada rendah.
📱-"......"
📱-" Iya..akan di usahakan" jawab Gerald singkat, wajahnya tampak serius, samar-samar Syifa dapat mendengar suara seorang wanita yang tengah berbicara dengan sang suami.
📱-"....."
📱-" Dewa yang akan menentukan waktu dan tempat nya, jangan mengambil tindakan yang membahayakan" ucap Gerald lagi, dengan nada dan mimik wajah khawatir,tepat setelah terdengar suara wanita di sebrang yang sepertinya sedang memohon dengan nada sedikit mengancam.
📱-"..."
📱-" Ok.. tunggu di situ" putus Gerald cepat, bertepatan dengan mobil berhenti di depan halte sesuai permintaan Syifa.
"Saya akan pergi sendiri" ucap Gerald tegas, membuat sang supir paham dan langsung mengangguk,ikut keluar dari mobil seperti yang di lakukan Syifa, membuat Syifa sedikit heran,namun akhirnya ia paham saat melihat Gerald yang keluar dan menuju pintu kemudi.
Tak mengucapkan sepatah katapun, Syifa meninggalkan mobil tersebut, yang kemudian juga meninggalkan dirinya dengan tanpa mengucapkan sepatah katapun, Syifa melihat mobil tersebut melaju dengan kecepatan lebih tinggi.
" Mari non, atau mau saya telfon mobil kantor?" tanya sang supir sedikit sungkan.
" Tidak perlu pak,sudah dekat juga kan,saya bisa jalan,bapak silahkan naik taksi aja kalau ingin kembali ke mansion " ucap Syifa lembut.
" Saya supir pribadi tuan muda non,saya harus standby di kantor kalau tuan muda keluar sendiri di jam kantor seperti ini" ucap supir yang mengaku bernama Didi itu.
" Oh seperti itu ya pak, kalau gitu ayo kita jalan bareng aja" ucap Syifa sopan seraya tersenyum ramah.
" Mari non" jawab Didi sopan, mempersilahkan Syifa lebih dulu jalan dan ia mengikuti Syifa dari belakang, membuat Syifa merasa tak nyaman.
" Bapak jangan jalan di belakang saya,sini jalan bareng aja,kita bisa ngobrol sedikit" ucap Syifa lembut.
" Tapi non" ucap Didi tampak ragu.
" Kenapa..? bapak ga harus terlalu formal dengan saya pak,saya loh cuma mahasiswa magang di GA" ucap Syifa santai,ia tak ingin mengumbar kenyataan bahwa ia adalah istri Gerald.
" Tapi non kan istri tuan muda" ucap Didi.
" Bapak tau dari mana?" tanya Syifa polos,ia mengira tak ada yang tau selain yang hadir di rumah sakit siang itu.
" Tuan muda yang bilang" jawab Didi jujur.
" Tapi tolong jangan sampai ada yang tau ya pak" pinta Syifa serius.
" Loh.. emang kenapa non?" tanya Didi heran.
" Saya ga mau orang -orang mengira saya bisa magang di GA karena memiliki hubungan khusus dengan keluarga Lemos " jujur Syifa.
" Siap non...saya tidak akan buka mulut ke mereka jika tanpa izin nona atau tuan muda " jawab Didi meyakinkan.
Keduanya berjalan beriringan memasuki gerbang GA Group,disapa ramah oleh para sekuriti yang bertugas di depan gerbang,dan di balas dengan tak kalah ramah serta santun oleh keduanya, sedikit tanda tanya dari beberapa yang melihat,sebab setau mereka Syifa bahkan tak pernah tampak mengobrol dengan pria yang semua tau menjabat sebagai supir pribadi sang CEO.
" Kok jalan? Trus kok bisa bareng pak...?" tanya Mona heran,ia baru saja sampai lobby saat melihat kedatangan Syifa bersama Didi.
" Ceritanya panjang,yuk masuk" jawab Syifa lembut.
" Lyly belum datang?" tanya Syifa.
" Udah di ruangan dia,tadi bareng mbak Mira katanya, kebetulan kan emang mereka satu komplek" jawab Mona apa adanya.
" Ia ya...kamu udah sarapan?" tanya Syifa.
" Udah,kamu?" balas Mona bertanya.
" Alhamdulillah... udah" jawab Syifa lembut,namun di mata Mona, sahabatnya tersebut tidak seceria biasanya.
" Kamu sedang ada masalah?" tanya Mona tiba-tiba.
" Sedikit...nanti Fa cerita" jawab Syifa lembut dan di angguki oleh Mona.
Syifa dan Mona melangkah memasuki lift bersamaan dengan beberapa karyawan lainnya, dengan tujuan ke lantai masing-masing,di dalam lift keduanya sedikit mendengar desas-desus bahwa siang nanti akan ada meeting besar dan dikabarkan beberapa model akan turun hadir.
" kabarnya non Cindy juga bakal hadir di meeting hari ini" ucap salah seorang karyawati.
" Wah...enak banget ya jadi orang cantik, dapetnya pasti orang kaya,tampan juga" sambung yang di sebelahnya.
" Bikin iri tau ga, bakalan patah hati deh, kalau sampai terdengar berita pernikahan mereka " ungkap yang satunya.
" Kita cuma karyawan rendahan BESTie, karyawan yang punya jabatan tinggi aja ga bisa gaet pak bos" ucap yang lain lagi, justru terdengar lucu.
Syifa dan Mona saling melirik, walaupun tak begitu paham,namun mereka yakin sang CEO lah yang sedang di bicarakan oleh orang-orang yang sedang berada di dalam lift bersama mereka.
" Saingan Lo ketat bab" bisik Mona lucu,ia menggoda Syifa, membuat Syifa terkesiap karena ucapan sang sahabat,ia mengira apakah Mona sudah tau dan ia ga mau kedua sahabatnya salah paham padanya.
" Paan sih" ucap Syifa lirih.
Hahahaha...Tawa Mona pecah walau ia sekuat tenaga menutup mulutnya agar tak terlalu berisik,namun tatap sedikit menjadi pusat perhatian yang lain.
" Sorry" pinta Mona sopan, setelah sedikit lebih tenang, sedangkan Syifa hanya tersenyum tipis melihat ekspresi orang -orang yang menatapnya dan Mona.
" Kamu ih.. bikin malu" omel Syifa pelan.
" Sorry,aku kebayang masa kita kelas 10 dulu,kalian itu persis adik-abang tau ngak,tapi sekarang kok berubah kayak musuh " ungkap Mona jujur, sebenarnya sejak lama ia ingin mengungkapkan perasaan itu.
" Mungkin Tuhan ga ngizinin kami berteman lebih lama" balas Syifa enteng.
" Langsung nikah aja...?" tambah Mona.
" Mon kamu-" ucapan Syifa terpotong oleh tindakan Mona yang menarik tangan nya untuk keluar dari lift.
" Kok ke lantai ini Mon?" tanya Syifa heran.
" Temenin aku bentar,ada yang mau aku jumpai " jawab Mona santai.
Yang ternyata ia membawa Syifa menemui seseorang, seorang wanita yang syifa tau menjabat sebagai manager promosi di bagian fashion.
" Buk..ini yang namanya Nasyifa" ucap Mona santai seraya menarik Syifa agar berada di samping nya.
" Sempurna...ok..saya percaya sekarang,ternyata yang di katakan teman kamu itu benar" ucap wanita paruh baya itu seraya tersenyum ramah, membuat Syifa semakin bingung.