Bekerja sebagai pelayan di Mansion seorang Mafia???
Grace memutuskan menjadi warga tetap di LA dan bekerja sebagai seorang Maid di sebuah Mansion mewah milik seorang mafia kejam bernama Vincent Douglas. Bukan hanya kejam, pria itu juga haus Seks wow!
Namun siapa sangka kalau Grace pernah bekerja 1 hari untuk berpura-pura menjadi seorang wanita kaya yang bernama Jacqueline serta dibayar dalam jumlah yang cukup dengan syarat berkencan satu malam bersama seorang pria, namun justru itu malah menjeratnya dengan sang Majikannya sendiri, tuanya sendiri yang merupakan seorang Vincent Douglas.
Apakah Grace bisa menyembunyikan wajahnya dari sang tuan saat bekerja? Dia bahkan tidak boleh resign sesuai kontrak kerja.
Mari kita sama-sama berimajinasi ketika warga Indonesia pindah ke luar negeri (〃゚3゚〃)
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
OMLMM — BAB 03
NASIB MALANG BERTEMU VINCENT
Grace merasakan sebuah tangan mencekik lehernya hingga dia kesusahan untuk bergerak. “A-apa yang..”
“Sssttt— ”
Jantung Grace berdebar tak karuan. Dia benar-benar tidak tahu siapa pria yang dia hadapi. Tapi Grace merasakan napas panas milik Vincent di dekat bibirnya. “Bukankah ini yang kau inginkan? Maka kau akan mendapatkannya.” Ucap suara bariton terdengar sensual di telinga Grace.
Sontak Grace menggeleng tak setuju karena itu bukan kemauannya melainkan hanya sebuah dialog saja.
Tiba-tiba tangan kiri Vincent mulai meraba paha Grace yang terekspos jelas. Darah Grace berdesir dan tubuhnya mulai gemetar. Dia tak bisa menggerakkan kedua tangannya karena terikat ke belakang.
Melihat ketakutan dan kepanikan di wajah mangsanya, itu sama saja membuat nafsu makannya bertambah. Vincent meremas keras paha putih itu hingga Grace refleks membuka mulutnya namun tak bersuara.
“Beautiful expression!” Vincent melepaskan tangannya dari leher dan paha Grace, kembali duduk dengan tenang meninggalkan jejak tangannya di paha putih Grace.
Menyadari keberadaan pria gila tadi yang mulai berjarak, Grace menjadi lebih lega.
.
.
.
Selang beberapa menit berlalu. Wanita malang berbalut dress merah maron itu masih kebingungan saat mobil berhenti cukup lama sampai seseorang mulai melepaskan ikatan di talinya dan menggendongnya ala karung beras.
“LEPASKAN AKU!!! HEI, SIAPAPUN TOLONG AKU!!” teriak histeris Grace yang mencoba meraih penutup di matanya hingga terbuka.
Keberadaannya saat ini baru saja memasuki sebuah ruangan di salah satu hotel ternama. Saat hendak memukul punggung pria yang menggendongnya, Grace dibanting di atas kasur begitu saja.
“DASAR PRIA GILA! AKU AKAN MELAPORKAN TINDAKAN MU KE POLISI!” teriak Grace dengan mata berkaca-kaca namun masih berani berbicara lantang.
Tak memperdulikan ancaman Grace, Vincent mencengkram pergelangan tangan Grace dan memborgolnya di tiang kasur yang berada di sudut ranjang tersebut. Bukan satu, melainkan kedua tangannya hingga kini Grace tidur terlentang dengan kedua tangannya terbuka lebar, sementara kakinya masih bebas bergerak.
“Let me in!” ucap Grace sangat-sangat ingin dilepaskan. Wig pendek yang masih dia gunakan, sama sekali merekat kuat di kepalanya.
Satu persatu Vincent melepaskan jas hitam, lalu dasinya lalu sabuk dan satu kancing kemejanya. Oh, pria itu tampak sangat menggoda di mata Grace! Wanita itu langsung menggeleng sadar.
“Aku sudah menandatangani kontrak kerja ayahmu tapi itu tidak gratis Mrs. Jacqueline.”
“Em ak-aku bukan, bukan... Jac.. Ma-maksudku...” Vincent langsung menggerakkan tangannya di atas tubuh seksi Grace, memberi belaian dari paha ke atas hingga ke leher.
Grace mencoba menahan desahannya dengan mengigit bibir bawahnya di dalam.
Pria itu menghentikan aksinya sejenak, meneguk segelas beer lalu menindihi tubuh Grace dengan kasar. rambut tipis yang tumbuh di dagu dan rahang tegasnya serta kumisnya membuat pria itu terlihat seperti pria dewasa yang hot.
“Your lips look sexy.” Ujar Vincent tak berhenti menggodanya. Napas Grace sudah memburu ketika tangan Vincent mulai bergerak kembali memegang pinggangnya, merambat ke atas di dua gundukannya dan menyentuhnya hingga meremasnya secara bertahap.
“Hentikan... Aku mohon lepaskan aku, sialan!” gertak Grace masih berani melawan walaupun tubuhnya mulai bereaksi akan sentuhan itu.
Vincent mendekatkan bibirnya ke pipi Grace lalu berbisik. “Welcome.” Jleb! Satu jari tangannya berhasil menusuk goa Grace yang masih terhalang CD hingga wanita itu tersentak kaget mengeluarkan suara desahnya.
Sungguh malam yang ironis bagi Grace. Jacqueline bilang dia hanya akan berkencan di restoran sambil berbincang, lalu apa ini? Pria asing itu malah membawanya pergi ke hotel berbintang dan menidurinya, mengambil paksa virgin-nya dengan gerakan yang sangat panas dan kasar seperti... Seperti... Seorang Mafia yang ada di novel dan film-film.
...***...
“Aku benar-benar tidak tahu kalau semua itu akan terjadi Grace! Aku turut prihatin.” Ucap wanita cantik bernama Jacqueline itu kepada Grace yang hanya diam dengan tatapan kosongnya. Wajahnya pucat dan rambutnya tergelung acak-acakan.
Dia merasa sudah runtuh karena kegiatan semalam. Itu hari dan momen yang paling menyebalkan dalam hidupnya.
“Kau membohongiku. Kau bilang aku hanya perlu berkencan, apa itu sebabnya kau mencari pengganti?” tanya lirih Grace tanpa semangat. Bukankah itu sama saja menjual keperawanannya kepada seseorang.
“Aku benar-benar minta maaf. Dan ini... Sesuai kerjasama kita kemarin! Dengar, Grace. Di sini wanita no virgin itu sudah hal biasa dan malah menjadi kata wajib. Tidak akan ada yang memperdulikan keperawanan seseorang di kota ini.” Jelas wanita kaya itu tanpa malu.
Masalahnya Grace bukan berasal dari negara itu, dia orang baru yang baru berpindah di Los Angeles.
Tak bisa berkata-kata lagi, Grace hanya diam meratapi nasibnya.
Tak berselang lama, mereka berpisah. Wanita cantik dengan pakaian sederhana itu melangkah ringan hingga memberikan uang yang sudah dia ambil dari bank untuk melunasi hutang kerusakan mobil milik 6 orang akibat kecelakaan 4 hari yang lalu.
Sudahlah dia hidup sendirian di apartemen kecil, kini dia di bohongi oleh seseorang yang sama saja menjual keperawanannya alias seperti seorang psk.
...***...
3 Hari saat ini.
Grace masih terdiam di atas kasurnya. Setelah mendengar nama bosnya, dia seperti kehilangan selera untuk bekerja, padahal bayaran menjadi maid di sana sangatlah besar, tapi jika sampai wajahnya dikenali oleh tuannya nanti bagaimana nasibnya?
“Kau sudah bangun anak baru?” tiba-tiba suara Maida membuat Grace menatapnya hingga wajah sedihnya pun ikut hilang.
“Hm..” Balas Grace masih lemas. Bukan karena tubuhnya atau kepalanya yang lemas, tapi memikirkan untuk bisa keluar di sana sebelum semuanya terjadi.
Maida berdiri di depan tempat tidur Grace. Ya, di sana ada semacam ruang untuk para maid tinggal.
“Jika kau pingsan tiba-tiba saat bekerja. Maka tidak hanya pingsan saja, kau tidak akan bisa bangun lagi dan akan tidur selamanya.” Jelas Maida terdengar mengerikan di telinga Grace.
Grace terdiam dengan bibir mengerucut.
“Em.. Apa nama tuan kita— ”
“Ya. Vincent, panggil tuan Vincent tidak boleh disingkat.” Potong Maida.
Wanita cantik yang malang itu seketika menunduk sedih akan nasibnya nanti. Seketika Grace punya ide untuk risign selagi masih perkenalan.
“Kalau aku risign, apa boleh? Bukankah aku masih belum bekerja?!”
Itu adalah hal yang luar biasa untuk tidak mengajar wanita seperti Grace. Maida yang curiga hanya menatap tenang dengan kelopak mata sendunya.
“Tentu saja boleh. Tapi kau harus minta tanda tangan Tuan Vincent dan persetujuan serta alasan yang jelas.” Ujar Maida membuat Grace jantungan.
Alasannya keluar adalah satu, untuk menghindari Vincent Douglas. Jika dia harus meminta tanda tangannya berarti harus bertemu dengannya, itu sama saja masuk ke kandang singa.
Seketika Maida memukul pelan lengan Grace sampai wanita itu kembali menatapnya.
“Apa yang sedang kau pikirkan?”
Grace menggeleng cepat. Sepertinya dia akan memilih tetap bekerja di Mansion VincentDo, namun Grace akan menghindari bertatap muka dengan tuannya. Itulah yang akan dia lakukan dan usahakan.
Wanita itu mengangguk yakin hingga membuat Maida menatapnya penuh heran dan gelengan kepala. “Up to you.”