Jodoh Untuk Gadis Indigo
Seorang gadis menatap pria setengah baya yang sedang terbaring damai di atas ranjang pasien.
"Pak jangan sakit... hik hik hik" tangisnya.
Gadis itu bernama Lilis Yulianti. Sudah sejak 2 hari sang Bapak yang bernama Bahar sakit akibat terlalu kelelahan berjualan bakso.
Ketika sedang menangis tiba-tiba pundaknya ditepuk seseorang. Lilis pun spontan mendongak namun saat melihat siapa yang menepuk pundaknya seketika Lilis bergidik ngeri.
Sesosok pria dengan luka bakar di sekujur tubuhnya dibarengi aroma daging terbakar hangus dan bau anyir.
"Siapa lo jangan ganggu, pergi!" Lilis mengusir sosok itu.
"Maaf Neng, kulit saya tertinggal di lipatan ranjang itu" jawabannya sembari menunjuk arah ranjang pasien.
Lilis segera melihatnya dan benar saja ada sesuatu seperti daging terbakar menyelip di sela-sela ranjang yang ditiduri Bahar dalam keadaan kering seperti keripik.
"Enak nih dipakai tes kriuk" ucap Lilis sembari bercanda.
"Eh si Eneng mah malah bercanda" kesel sosok itu.
"Maaf Pak! Ya sudah saya lapor dulu dokter ya Pak. Saya turut prihatin dengan apa yang Bapak alami semoga secepatnya bapak kembali ke jalan Allah" ucap Lilis.
"Terima kasih Neng. Kamu jangan khawatir Bapak kamu akan saya jaga" balas sosok pria itu.
Lilis pun segera melaporkan hal itu pada dokter. malam itu juga pihak rumah sakit mengambil sisa kulit yang mengelupas bekas pasien yang mengalami luka bakar akibat meledaknya elpiji ketika ia sedang berjualan nasi goreng. Namun sayang nyawanya tidak tertolong.
"Pak kulit Bapak akan dikirim ke pihak keluarga, semoga setelah ini Bapak bisa kembali dengan tenang" ucap Lilis.
"Neng Geulis nuhun pisan, apa jadinya Jika saya tidak bertemu kamu" balas pria itu.
"Ini sudah menjadi takdir di pertemukan dengan saya" ujar Lilis.
Hantu pria itu pun pamit lalu menghilang.
Tak lama suara lemah Bahar terdengar.
"Bapak, Ya Allah Pak syukurlah Akhirnya Bapak sadar juga" ucap Lilis dengan haru.
"Lis maafin Bapak ya, Bapak selalu saja menyusahkan kamu" ucap Bahar sembari terisak.
"Ngomong apa sih Bapak? Bapak sama sekali nggak nyusahin Lilis. Sudah ya Pak yang penting sekarang Bapak harus cepat sembuh" Lilis mencoba menghibur Bahar.
3 hari kemudian Bahar diperbolehkan pulang oleh dokter, dengan sigap Lilis membantu Bahar serta membawa barang-barang keluar dari rumah sakit. Kini mereka sudah sampai di rumah kontrakannya.
"Lis, besok Bapak mau dagang lagi" ucap Bahar.
"Enggak ya Pak! Bapak istirahat saja biar Lilis yang jualan" balas Lilis.
"Jangan Lis, kamu mah kuliah saja. Malu Lis masa anak gadis jualan bakso* larang Bahar.
"Nggak apa-apa Pak, Lilis nggak malu lagi pula sekampus sudah tahu kalau Lilis anak tukang bakso. Mulai besok Lilis yang akan berjualan mangkal di kampus dan keliling lagi pula Lilis jadwal pagi dan siangnya bisa langsung keliling" ujar Lilis.
Keesokan paginya Lilis kuliah sembari mendorong gerobak bakso yang biasa dipakai Bahar berjualan. Berat memang berjalan sembari mendorong gerobak namun gadis itu tetap tegar. Sesampainya di dalam kampus Lilis segera menitipkan gerobak baksonya pada security.
"Mang baharnya ke mana Lis?" tanya Johan security kampus.
"Masih sakit Ban! Bang nitip gerobak ya gue mulai jualan nanti siang" balas Lilis.
"Ya!' sahut Johan.
Lilis kemudian berjalan memasuki kampusnya namun ketika ia akan masuk ke kampus ia melihat temannya yang lebih dulu datang. Namun netra Lilis melotot karena salah satu temannya yang bernama Santi diikuti oleh sesosok anak bayi berkulit merah dengan sorot mata menyeramkan dan memandang Santi dengan penuh amarah.
Ingin rasanya Lilis bertanya pada Santi namun Santi termasuk orang yang tidak dekat dengannya dan Santi sering melontarkan kata-kata yang tidak mengenakkan.
"Kenapa loe lihatin gue kayak begitu?" bentak Santi.
"Nggak! Gue hanya lihat laptop loe" balas Lilis sekenanya.
"Laptop mahal bos, senggol dong" ujar Santi dengan sombongnya.
"Huh Sombong amat" kesel Lilis.
Lilis tak lagi menghiraukan Santi namun tak lama Santi tiba-tiba memekik kesakitan sembari memegang perutnya membuat kegiatan belajar mengajar terhenti sementara.
"Sakit, sakitnya" pekiknya.
Lilis langsung melihat dan bertapa terkejutnya sosok bayi berkulit merah itu terlihat mencengkram perut Santi dengan keras.
"Astagfirullah, apa hubungannya Santai dengan sosok bayi bajang itu?" gumam Lilis.
Merasa Jika ada yang melihat dirinya bayi bajang itu langsung memandang Lilis dengan tatapan yang tajam.
"Kontak mata kan jadinya" Lilis kesal sendiri.
Pasti sesudah ini sosok itu meneror Lilis karena tidak sekali dua kali terjadi sampai kadang-kadang Lilis dibuat lelah sendiri oleh tingkah mereka yang tidak terlihat.
Santi langsung dibawa ke klinik kampus untuk diperiksa namun sosok bayi Bajang itu tetap menempel pada tubuh Santi.
"Anjir di templokki bayi bajang" gumam Lilis dalam hatinya.
Sesudah selesai kuliah ia langsung berjualan bakso di depan kampusnya. Banyak mahasiswa yang membeli baksonya dan ada yang cuma minta air teh saja.
"Lis Bapak lo masih sakit?" tanya Agus mahasiswa jurusan komputer.
"Iya Kak' jawab Lilis sembari meletakkan makhluk bakso di hadapan Agus.
"Lis, loe nggak malu jualan di kampus sendiri?" tanya Linda.
"Kenapa harus malu sih dari dulu kan udah kayak begini, Lin" jawab Lilis.
Karena sudah tidak ada orang Lilis pun keluar dari area kampus untuk pindah lokasi penjualan. Lilis kini berhenti di depan rumah namun terlihat rumah itu kosong.
"Mbak beli baksonya" tiba-tiba seorang wanita memakai dress merah berenda datang menghampiri Lilis.
"Berapa bungkus, Mbak?" tanya Lilis.
"Dua saja tapi pakai mangkok ya Mbak, antar ke dalam" pinta wanita itu kemudian menghilang dari hadapan Lilis.
Lilis dengan sigap membuat pesanan bakso untuk wanita itu sesudah selesai ia mengantarnya ke dalam.
"Permisi Kak, ini baksonya" teriak Lilis dari luar.
Tak lama pintu rumah itu terbuka namun tak ada siapa-siapa di sana. Lilis yang tidak enak meninggalkan gerobak baksonya di depan memberanikan diri untuk memasuki rumah itu namun ketika Lilis memasuki rumah itu terlihat sunyi dan berdebu.
"Mbak ini baksonya" ucap Lilis namun hening tak ada jawaban.
Kesal merasa dipermainkan Lilis kembali lagi memanggil.
"Mbak ini baksonya" ucap Lilis dengan nada sedikit keras.
"Bawa saja kemari" Akhirnya ada yang menyahuti dari ruang sebelah.
Lilis kemudian berjalan ke ruangan sebelah. Hati Lilis senang karena wanita yang tadi memesan bakso sudah berdiri di pojok ruangan namun anehnya posisi wanita itu membelakangi dirinya.
"Ini baksonya Mbak" ucap Lilis.
"Taruh ajadi meja....hihihi" balas wanita itu sembari cekikikan buat Lilis akhirnya sadar bahwa ia sedang dikerjai
"Siapa loe, babi?" tanya Lilis wanita itu berbalik terlihat wajahnya yang hancur dikerubungi belatung.
"Aku bukan babi, aku setan..hihihihi" balas hantu wanita itu.
"Sialan loe, rupanya mau ngerjain gue" Lilis kesal dengan modelan hantu jahil seperti itu sosok itu terlihat melayang mendekati Lilis.
Lilis yang terbiasa dengan makhluk di hadapannya tidak merasa takut.
"Kau tidak takut denganku?" tanya sosok itu.
"Yang gue takutin gue nggak bisa makan. Mana bayar baksonya" balas Lilis.
Sosok itu lalu memberikan satu lembar daun kering.
"Jangan mengganggu orang lagi. Kalau loe ganggu, gue tanami bambu emas di sini biar loe nggak bisa keluar rumah ini" ancam Lilis sekenanya karena ia juga tidak tahu apa yang di takuti oleh makhluk itu.
"Jangan" balasnya sembari ketakutan.
"Good girl, jangan ngerugiin orang yang lagi cari nafkah ya Neng" ucap Lilis lalu pergi dari rumah angker itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
⍣⃝ꉣꉣAndini Andana
Lilis terima ituh dibayar pake daun kering? 🍂
2024-11-14
1