Gara, cowok dengan semangat ugal-ugalan, jatuh cinta mati pada Anya. Sayangnya, cintanya bertepuk sebelah tangan. Dengan segala cara konyol, mulai dari memanjat atap hingga menabrak tiang lampu, Gara berusaha mendapatkan hati pujaannya.
Tetapi setiap upayanya selalu berakhir dengan kegagalan yang kocak. Ketika saingan cintanya semakin kuat, Gara pun semakin nekat, bahkan terlibat dalam taruhan konyol.
Bagaimana kekocakan Gara dalam mengejar cinta dan menyingkirkan saingan cintanya? Akankah Gara mendapatkan pujaan hatinya? Saksikan kisah cinta ugal-ugalan yang penuh tawa, kejutan, dan kekonyolan!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7. Gara-gara Panggilan Alam
Setelah kegagalan memanjat atap rumah Anya, Gara memutuskan bahwa sudah waktunya untuk meninggalkan gaya dramatis dan mulai mendengarkan saran Darto. Ia sadar, pendekatan ugal-ugalan tidak akan berhasil, setidaknya kalau dia tidak ingin menghabiskan sisa hidupnya dengan malu, atau mungkin cacat fisik, mengingat ia sempat pincang karena aksi ugal-ugalan-nya memanjat atap rumah Anya hanya untuk membuat Anya terkesan. Tapi, tentu saja, Yoyok masih terus membujuknya untuk kembali mencoba sesuatu yang lebih "gila".
Di sebuah sudut warung kopi Mas Jon, sore itu terasa riuh dengan obrolan Gara, Yoyok, dan Darto yang selalu diwarnai perdebatan. Yoyok dengan penuh semangat memberikan ide baru kepada Gara soal rencana nembak Anya.
"Eh, Gar, gimana kalau lo kasih Anya balon cinta?" ujar Yoyok, matanya berbinar penuh percaya diri.
Gara mengernyit, "Balon cinta? Apaan tuh?"
Yoyok makin bersemangat. "Gini, bayangin lo bawa seikat balon gede, warna merah muda! Terus di salah satu balonnya ada tulisan gede: 'Anya, mau nggak jadi cewek gue?' Hiasan glitternya biar kinclong, dijamin bikin dia klepek-klepek!"
Sambil membayangkan balon besar penuh glitter, Gara hanya bisa tertawa geli. Tapi tentu saja, Darto, yang selalu kontra dengan ide Yoyok, segera menyela. "Balon? Balon cinta? Lo mau nembak cewek apa bikin pesta ulang tahun bocah lima tahun? Serius amat!" Darto melipat tangan, memasang muka tak percaya.
"Tuh, 'kan, lo gak ngerti romantis!" Yoyok membalas, "Ini bukan sembarang balon, Dar! Ini balon cinta, isinya penuh perasaan!" Dia menirukan gaya dramatis seolah-olah sedang memegang balon di dadanya.
Darto hanya mendecakkan lidah. "Penuh perasaan apaan? Kena angin dikit juga terbang itu balon. Terus gimana kalo Anya alergi glitter, ha?"
Gara yang dari tadi mendengarkan perdebatan sambil sesekali nyengir, tiba-tiba merasakan gelombang keheningan yang mendesak dari perutnya. Mukanya seketika berubah serius. "Eh, ngomong-ngomong soal terbang, ada yang harus gue lepas sekarang!" ucapnya terbata-bata, wajahnya mulai pucat.
"Eh, lo setuju nggak sama ide gue?" Yoyok masih ngotot ingin jawaban.
Namun Gara tak sempat menjawab, ia tiba-tiba bangkit berdiri dengan gerakan panik. "Ntar dulu! Panggilan alam, bro!"
Tanpa pikir panjang, Gara berlari meninggalkan warung sambil menahan sesuatu yang lebih mendesak dari glitter atau balon cinta.
Sementara itu, Mas Jon hanya tertawa kecil dari balik meja kasir, "Hati-hati di jalan, Gar, jangan sampai balon pecah!"
Darto dan Yoyok hanya saling pandang. Darto dengan sinis berkata, "Tuh, 'kan, balon cinta bikin perut mules."
Yoyok mendengus tak terima, "Itu pasti gara-gara kopi Mas Jon, bukan ide gue!"
Mendengar namanya dibawa-bawa, Mas Jon langsung menoleh ke arah Yoyok sambil menaikkan alis. "Eh, apaan tuh, Yoyok? Jangan salahin kopi gue, ya. Kopi gue nggak pernah bikin orang kabur ke toilet!"
Yoyok, yang merasa salah bicara karena menuduh kopi Mas Jon, hanya bisa menggaruk kepala sambil nyengir. "Eh, becanda, Mas! Kopi lo enak, kok. Tapi, ya gimana, tadi si Gara langsung ngacir gitu, gue kira karena kopinya ...."
Darto yang merupakan barista di warung itu ikut menanggapi dengan serius. "Bener, tuh, jangan asal nuduh kopi gue! Gue yang bikin, dan kopi gue gak pernah bikin orang ke toilet, kecuali kalau lo minumnya sambil makan bubur kacang ijo basi!"
Yoyok yang merasa terpojok makin salah tingkah. "Eh, Darto, gue cuma bercanda, kok. Tenang aja, kopi lo enak, sumpah! Tapi si Gara itu larinya bener-bener kayak dikejar setan."
Mas Jon yang tadi tidak serius marah, mulai tertawa. "Mungkin dia bukan dikejar setan, tapi takut sama balon cinta lo, Yok. Bikin dia mules!"
Darto mengangguk setuju, "Tuh, 'kan, bukan kopinya, tapi ide balon cinta lo yang bikin Gara panik."
Yoyok mendengus, "Eh, lo semua bakal liat nanti, Gara pasti balik-balik dengan cerita sukses soal Anya gara-gara ide gue!"
Darto menambahkan dengan tawa kecil, "Atau jangan-jangan dia gagal lagi kek kemarin pas manjat atap rumah Anya dan berakhir pincang, terus disamperin Pak RT suruh balikin tangga?"
Semua tertawa, kecuali Yoyok yang masih yakin kalau idenya soal balon cinta sebenarnya brilian, tapi timing-nya aja yang nggak pas. "Ah, udahlah, lo pada gak ngerti romantis. Liat aja nanti, Gara bakal makasih sama gue!"
***
Keesokan harinya, Gara duduk di taman kampus, berusaha memikirkan cara yang lebih santai untuk mendekati Anya. Di tangannya ada buku yang dipinjam dari perpustakaan kampus, meskipun Gara sendiri lupa kapan terakhir kali dia benar-benar membaca buku.
"Gue harus pelan-pelan kali ini. Santai aja, kayak Darto bilang," gumam Gara, meskipun bagian dari dirinya masih sedikit ragu apakah pendekatan ini benar-benar akan berhasil. Sambil berpura-pura membaca, Gara melirik ke arah Anya yang sedang duduk di bangku sebelah, sibuk dengan catatan kuliahnya. Dia tampak serius, seolah tenggelam dalam pikirannya sendiri.
"Ini kesempatan gue!" pikir Gara.
Dengan langkah penuh percaya diri, setidaknya di luar, meskipun hatinya sedikit gemetar, Gara mendekati Anya. "Hai, Anya. Lagi sibuk?"
Anya mengangkat wajahnya, tampak sedikit terkejut melihat Gara tiba-tiba berdiri di depannya, tetapi senyumnya tetap ramah. "Oh, hai Gara. Iya, lagi belajar buat ujian minggu depan. Kamu gimana?"
Gara berusaha santai. "Gue juga, lagi banyak belajar." Dia melirik buku di tangannya, yang ternyata adalah buku "Pengantar Statistika". Gara langsung panik. "Eh ... tapi gue baca buat kesenangan aja. Nggak ada hubungannya sama ujian, sih," tambahnya cepat-cepat, berusaha membuat dirinya tampak pintar, meskipun jelas-jelas itu bohong.
Anya mengerutkan kening sambil tersenyum geli. "Baca buku statistika buat kesenangan?"
Gara tertawa canggung, menyadari kebohongannya terungkap dalam sekejap. "Iya ... maksudnya, biar gue lebih siap aja buat masa depan. Lo tau lah, persiapan itu penting."
Anya tertawa kecil dan mengangguk. "Iya, persiapan memang penting."
Gara merasa sedikit lega karena obrolan ini tidak berubah menjadi bencana seperti biasanya. "Oke, santai aja, Gar. Ini obrolan biasa. Lo berhasil," pikirnya sambil mencoba mempertahankan obrolan yang normal.
Namun, seperti biasa, nasib Gara tidak pernah memberikan kesempatan untuk bersantai terlalu lama.
Di tengah percakapan yang mulai hangat, tiba-tiba terdengar suara teriakan dari jauh. "GARAAA!"
Gara menoleh, dan dari kejauhan, dia melihat sosok yang paling tidak diinginkan muncul pada saat ini, "Yoyok". Dengan membawa sesuatu yang jelas-jelas tidak relevan, "seikat balon besar berwarna merah muda" yang melayang-layang di udara, Yoyok berlari ke arah mereka.
"Duh, kenapa sih, Yoyok bawa balon cinta ke sini? Kemarin, 'kan gue belum bilang setuju atau enggak," pikir Gara sambil menunduk, merasa malu setengah mati. Anya yang berdiri tak jauh darinya, melihat balon-balon merah muda itu dengan tulisan besar “Anya, mau nggak jadi cewek gue?” Gara hanya bisa merasakan panas di wajahnya, apalagi orang-orang di sekitar mereka mulai melirik penasaran.
Anya memandang Yoyok dengan bingung. "Itu... siapa?" tanyanya pada Gara.
Gara panik, ingin melarikan diri, tapi Yoyok sudah terlalu dekat. "Eh, itu temen gue, Yoyok. Dia ... suka nongol tiba-tiba kek jalangkung."
Tanpa menunggu penjelasan lebih lanjut, Yoyok sudah berdiri di samping mereka dengan napas tersengal-sengal. "Bro! Ini dia, kejutan buat Anya!" Yoyok menyerahkan seikat balon itu kepada Gara sambil tersenyum lebar, bangga dengan idenya yang, menurutnya, pasti akan membuat Anya terkesan.
"Yoyok... Lo niat baik, tapi kenapa harus sekarang, sih?" batin Gara, sambil berharap ada angin yang datang dan menerbangkan semua balon itu jauh-jauh.
Anya menatap balon-balon itu dengan ekspresi campuran antara bingung dan geli. "Itu ... untuk aku?"
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
Ditunggu launching novel terbarunya ya smg sehat sll dan sukses sll dan semangat sll terus berkarya.....
Gara sangat kocak dan apa adanya membuat anya bs tertawa lepas,,,
Bagus gara apa adanya dan dgn menunjukan ketulusanmu anya dan orgtuanya menerima apa adanya gara....
Sangat sangat happy akhirnya anya menerima jd kekasihnya.....
lanjut thor semangat sll dan sehat sll....