Setelah patah hati, untuk pertama kalinya Rilly mendatangi sebuah club malam. Siapa sangka di sana adalah awal mula hidupnya jadi berubah total.
Rilly adalah seorang nona muda di keluarga Aditama, namun dia ditawan oleh seorang Mafia hanya karena salah paham, hanya karena Rilly menerima sebuah syal berwarna merah pemberian wanita asing di club malam tersebut.
"Ternyata kamu sudah sadar Cathlen," ucap seorang pria asing dengan bibir tersenyum miring.
"Siapa Cathlen? aku Rilly! Rilly Aditama!!" bantah gadis itu dengan suara yang tinggi, namun tubuhnya gemetar melihat semua tatto di tubuh pria tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TSM Bab 3 - Liam Anderson
Senyum kecil yang sempat terukir di sudut bibir Frans seketika menghilang ketika dia mendengar jawaban dari wanita di hadapannya tersebut, wanita yang hingga kini masih duduk di atas ranjang dan menatapnya dengan sorot mata permusuhan.
Bagaimana bisa setelah transaksi jual beli itu sekarang Cathlen jadi seperti mengingkarinya.
Harusnya Cathlen sudah memahami kenapa dia berada di sini, menyambutnya dengan hormat, lalu patuh dengan semua perintah yang akan dia berikan.
Tapi apa ini? Penolakan? Cih! Frans seketika tersenyum miring.
"Aku bukan Cathlen! kamu salah orang!" ucap Rilly lagi, masih belum turun juga nada bicaranya. Dia bahkan segera bergegas beranjak dari atas ranjang itu, satu tangannya bergerak cepat untuk menyambar syal merah di sana guna menutupi lehernya.
Di kamar asing dan bertemu pria asing seperti ini sungguh membuat Rilly merasa tidak nyaman, bagaimanapun caranya dia harus segera pergi dari sini.
Bahkan tanpa banyak kata lagi Rilly hendak melangkah keluar, tapi sayang pergerakannya yang tergesa tiba-tiba dihentikan oleh pria di hadapannya tersebut.
Frans mencekal lengan Cathlen dengan sangat kuat dan kembali melemparnya ke atas ranjang dengan sekali gerakan.
Brugh! sampai Rilly kembali jatuh d atas ranjang itu.
Gadis itu memekik, tak menyangka mendapatkan perlakuan seperti ini, dia benar-benar merasa telah dileccehkan.
"Hya!! apa yang kamu lakukan!!" pekik Rilly, jiwa pemimpin yang dia punya dan nona muda yang begitu melekat membuatnya tak terima diperlakukan seperti ini.
Meski perasaan takut mulai merayap di dalam hatinya, Rilly tak akan menunjukkan ketakutan itu pada lawannya.
Kini Rilly Bahkan tak segan membalas tatapan pria asing itu dengan tatapan yang sama tajamnya.
Benar-benar wanita tidak tahu diri, setelah menerima semua uang kami dan dia bersikap seperti ini. Menjijiikkan. Batin Frans.
"Jangan bersikap konyol Cath, hidup mu sudah kami beli, jadi bersiaplah untuk jadi bagian dari Black Venom," ucap Frans, akhirnya dia buka suara dan menjelaskan tentang fakta.
Jika Cathlen terus berontak seperti ini maka dia bisa melakukan pembalasan yang lebih kasar. Tak ada beda antara pria dan wanita, pukulan yang akan dia berikan pada Cathlen akan sama kuatnya.
"Apa maksud mu? aku sungguh tidak memahaminya dan berhenti memanggilku dengan sebutan Cathlen! aku bukan Cathlen! aku Rilly Aditama!" balas Rilly.
Frans sungguh muak dengan jawaban itu, lantas dengan segera dia mendekati Cathlen dan melayangkan sebuah tamparan yang sangat kuat.
Plak!
Sampai Rilly kembali jatuh di ranjang dengan sudut bibir yang terluka, kedua matanya seketika terasa panas, air bening di dalam sana nyaris tumpah.
Frans kemudian keluar dari kamar itu dan menutup pintu dengan kuat, dia kunci pula dan mengurung Cathlen di dalam sana.
Melihat pintu yang tertutup Rilly seketika berlari dan berteriak.
Tidak, dia tidak ingin dikurung di sini.
Rilly menggedor pintu itu dengan sangat kuat.
"BUKA!! BUKA PINTUNYA!! LEPASKAN AKU BODDOH!!" Pekik Rilly, kini dia sudah menangis. Seperti tak menemukan jalan keluar untuk bertemu keluarganya.
Apalagi saat ini dia berada di negara asing, di kota asing.
Ya Allah, rintih gadis itu begitu pilu.
Rilly bahkan menendang pintu itu berulang.
"LEPASKAN AKU!!"
Frans di luar sana dan mendengar semua teriakan itu hanya menunjukkan raut wajahnya yang dingin.
Dia merogoh ponselnya di dalam jaket dan menghubungi sang Boss.
Liam Anderson, pimpinan Black Venom.
"Halo Tuan, wanita itu sudah berada di mansion. Tapi dia benar-benar menjjijikan, dia tidak mengaku sebagai Cathlen dan malah menyebut namanya siapa tadi, Illy, Rilly," jelas Frans dengan menahan geram.
Dan Liam di ujung sana yang mendengar laporan sang anak buah pun makin dibuat geram lagi. Sikap menjijiikkan wanita itu hanya akan menghambat misi mereka selanjutnya.
"Aku tidak mau tau, dia adalah Cathlen dan dalam 1 bulan ini dia harus jadi bagian Black Venom," putus Liam. Perintahnya adalah keputusan final, tak akan ada negosiasi.
Meski mungkin sebenarnya gadis itu adalah Rilly tapi bagi mereka tetap saja Cathlen, tidak peduli apapun.
"Baik Tuan," jawab Frans patuh.