Di masa putih abu-abu, Juwita dan Calvin Cloud menikah karena kesalahpahaman. Calvin meminta Juwita untuk menyembunyikan status pernikahan mereka.
Setelah lulus sekolah, Calvin pergi ke luar negeri untuk menempuh pendidikan. Sedangkan Juwita memilih berkuliah di Indonesia. Mereka pun saling menjauh, tak memberi kabar seperti kebanyakan pasangan lainnya.
Lima tahun kemudian, Juwita dan Calvin dipertemukan kembali. Calvin baru saja diangkat menjadi presdir baru di perusahaan Lara Crop. Juwita juga diterima menjadi karyawan di perusahaan tersebut.
Akan tetapi, setelah bertemu, sikap Calvin tetap sama. Juwita pun menahan diri untuk tidak memberitahu Calvin jika beberapa tahun silam mengandung anaknya.
Bagaimanakah kelanjutan hubungan Juwita dan Calvin? Apakah Juwita akan tetap merahasiakan buah hatinya, yang selama ini tidak pernah diketahui Calvin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ocean Na Vinli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18. Tidak Masuk Akal
Pasalnya Calvin tiba-tiba mendekat kemudian menghapus riasan di wajahnya menggunakan tisu sekarang. Tentu saja hal itu membuat Juwita terkejut.
"Apa yang Bapak lakukan?! Hentikan!" Juwita terpaksa memejamkan mata kala Calvin masih menggosok bagian matanya sekarang. Sedari tadi Juwita juga berusaha memberontak, berharap Calvin dapat menghentikan tindakan konyolnya itu.
Namun, sepertinya harapan Juwita hanyalah angan-angan saja. Sebab tak ada tanda-tanda Calvin akan berhenti menggerakkan tangan. Lelaki berkharisma itu malah terlihat menahan kesal.
"Kamu masih bertanya? Tentu saja aku menghapus riasanmu! Walaupun wajahmu dirias, di mataku kamu tetap saja jelek, di mana kacamatamu uh? Setelah selesai menghapus riasanmu ini, kamu harus memakai kacamata," ujar Calvin, sambil tak hentinya menhapus wajah Juwita.
Juwita terkejut sekaligus merasa sedih karena suaminya malah mengatakan dirinya jelek. Penampilannya yang berbeda hari ini juga atas permintaan Chester dan Tina. Masih teringat dengan jelas ucapan Chester tadi malam, yang membuat hatinya berbunga-bunga seketika.
"Mama cantik banget, Mama kayak bidadali tulun dali langit," ucap Chester semalam.
"Iya benar banget Chester, Tante setuju sama kamu. Juwi, mulai besok sebaiknya kamu jangan pakai kacamata dan ubahlah penampilanmu sedikit dengan memakai riasan, siapa tahu saja ada laki-laki di kantor yang naksir sama kamu! Terus Chester punya Papa baru deh!" Tina pun ikut memuji.
Setelah mendengar pujian tersebut, Juwita akhirnya memutuskan, untuk mengubah penampilannya, tapi pagi ini, justru ada seseorang yang mengatakan dia jelek. Juwita sangat tidak terima!
Napas Juwita mulai memburu. Dengan sekuat tenaga dia memberontak, hingga akhirnya Calvin menghentikan gerakan tangannya tiba-tiba.
"Aku tidak peduli Pak! Aku memakai riasan bukan untuk terlihat cantik di mata Bapak!" seru Juwita sambil membuka mata. Kini, wajah tirusnya terlihat berantakan, eyeshadow di matanya pun sedikit memudar.
Calvin membeku, tak langsung menanggapi, terdiam, tanpa mengeluarkan ekspresi sama sekali. Calvin pun heran, dadanya terasa sangat terbakar membara. Masih teringat dengan jelas, saat menginjakkan kaki di ruangan Juwita. Calvin dapat melihat beberapa karyawan pria curi-curi pandang ke arah Juwita.
"Karyawan lain boleh memakai make-up, mengapa aku tidak boleh Pak! Aku ingin mengubah penampilanku, agar tidak monoton! Sudah, sekarang izinkan aku pergi, karena alasan Bapak sangat tidak masuk akal!" lanjut Juwita lagi, lalu memutar tumit dan berjalan cepat menuju pintu.
"Pak, hentikan! Apa Bapak sudah gila?!" Namun, hal tak terduga kembali terjadi. Tepat di depan pintu ruangan, Juwita terperanjat tatkala Calvin memeluknya lalu menggosok lagi mukanya dari belakang. Juwita berusaha memberontak tapi tentu saja tenaganya kalah dari Calvin.
Calvin menyeringai tipis. "Tidak, siapa yang menyuruhmu keluar! Aku belum selesai, ini juga hukuman untukmu karena semalam kamu tiba-tiba pergi tanpa mendengarkan balasan dariku," kilah Calvin, berusaha menahan agar Juwita tidak keluar dari kantor dalam keadaan wajah masih memakai riasan.
Calvin benar-benar tidak suka dengan penampilan Juwita sekarang, yang menurutnya sangatlah aneh!
"Astaga Pak! Jangan campur adukkan masalah pribadi dengan permasalahan kantor, hen ...." Juwita tak bisa meneruskan ucapannya kala bibirnya sekarang yang diusap kasar oleh Calvin.
"Pak!" Kesabaran Juwita sudah habis. Tanpa pikir panjang dia menghentakkan kepalanya dan akhirnya mengenai dagu Calvin.
"Aw!" Calvin tersentak kemudian reflek memundurkan langkah kaki, secara bersamaan tisu yang dia pegang untuk menghapus wajah Juwita, terjatuh juga ke lantai.
Begitu ada celah, Juwita berlari hendak keluar dari kantor. Tapi, untuk ketiga kalinya gerakannya kalah cepat. Calvin berhasil menangkap lagi tubuh Juwita. Kini Juwita dalam pelukan Calvin. Juwita tidak sadar bila jantungnya berdegup sangat kencang saat ini.
"Hapus dulu make-upmu Juwi!" Calvin tersenyum penuh kemenangan. Serangan Juwia tadi, tak membuat lelaki itu pantang menyerah. Juwita bisa keluar dari ruangan jika riasan pada wajahnya sudah menghilang.
"Pak, aku mohon, jangan seperti ini, mana Calvin yang aku kenal, yang dingin, yang tidak ikut campur urusan orang lain,"ujar Juwita, hampir saja menangis. Namun, dia berusaha mencari cara lagi di dalam otaknya untuk kabur.
"Ti—aw!" Calvin terkejut kembali karena sekarang kaki kanannya diinjak Juwita. Menjadikan Juwita terlepas dari pelukannya sekarang.
Juwita tidak menyerah, secepat kilat meraih gagang pintu. Namun, Calvin menarik tangannya kembali. Tentu saja Juwita tidak tinggal diam, hingga membuat keduanya saling tarik menarik dan berakhir terjatuh ke lantai.
"Aw!" Juwita merintih kesakitan ketika Calvin menimpa tubuhnya sekarang. Posisi pasangan suami istri itu terlihat sangat intim. Juwita segera memberi jarak di antara mereka dengan mendorong pundak Calvin.
"Pak, aku mohon! Jangan seperti anak kecil, kalau Bapak tidak suka dengan wanita yang memakai riasan di kantor, buatlah peraturan agar karyawan yang lain tidak memakai riasan juga!" kata Juwita, menggebu-gebu.
Bukannya langsung menanggapi, Calvin malah memandangi bibir Juwita yang masih tampak merah karena lipstik. Sekarang, bibir ranum itu terlihat sangat menarik di mata Calvin.
"Pak?" Juwita mengerutkan dahi kala Calvin justru menatapnya tanpa mengedipkan mata.
"Pa—hmmf!" Detik selanjutnya, mata Juwita membola kala bibirnya dikecup Calvin tiba-tiba. Dada Juwita mendadak bergejolak, seakan-akan ada kumpulan kupu-kupu berterbangan di dalam organnya tersebut.
Calvin tengah mencium bibirnya sekarang. Tapi, detik kemudian, Calvin membuat Juwita terlihat jengkel setengah mati. Calvin justru menggerakkan kepala ke kanan dan ke kiri, berusaha menggosok bibir Juwita.
"Pak ...." Semenit telah berlalu, Juwita mendorong kuat dada Calvin. "Hentikan, aku mohon ...."
Calvin menyeringai. "Sebentar lagi selesai," ujarnya karena bibir Juwita hampir kembali ke warna asal.
Juwita tidak diam. Dia segera mendorong kembali dada Calvin saat lelaki itu hendak memajukan wajahnya.
"Tidak mau!" Karena tidak mau mengalah, Juwita akhirnya mengangkat dagu ke atas, berusaha menghindari Calvin.
Namun, pemandangan di atas, malah membuat Juwita membelalakan mata. Dia melihat ada seorang wanita, menengok ke arahnya dengan sorot mata tajam sekarang.
"Pak, ada ...."
o ya ko' Chester bisa ke perusahaan sendiri,dia kan masih bocah... sementara kan jarak rumah ke perusahaan jauh?