Dia meninggalkan kemewahan demi untuk hidup sederhana. bekerja sebagai pengantar makanan di restoran miliknya sendiri.
Dan dia juga menyembunyikan identitasnya sebagai anak dan cucu orang terkaya nomor 1 di negara ini.
Dia adalah Aleta Quenbi Elvina seorang gadis genius multitalenta.
"Ngapain kamu ngikutin aku terus?" tanya Aleta.
"Karena aku suka kamu," jawab Ars to the point.
Penasaran dengan kisah mereka? baca yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 29
.
.
.
Hari sudah beranjak malam, Aleta dan Ars tetap berjaga diruangan itu. Keduanya juga tidak tega meninggalkan anak itu sendirian.
Setelah selesai makan malam Arbani pun tertidur dengan pulas. Aleta menyelimuti tubuh kecil Arbani.
"Bagaimana menurutmu kalau aku bawa dia untuk mengurus rumahku?" tanya Aleta.
"Aku rasa itu ide yang bagus. Dan aku rasa kalau mbak itu tinggal secara cuma-cuma tidak mungkin dia mau," jawab Ars.
"Nanti kalau dia sudah bangun kita akan bicarakan lagi," kata Aleta.
"Hmmm, aku ingin tidur sambil memelukmu," kata Ars.
"Belum halal," jawab Aleta.
"Kalau begitu yuk nikah!" ajak Ars to the point.
"Belum saatnya, aku baru umur 20 tahun," jawab Aleta.
"Sudah boleh tuh," kata Ars.
"Jangan bicara lagi soal nikah kalau tidak ingin ditendang dari sini," ucap Aleta.
"Galak amat sih," kata Ars.
"Biarin, aku belum siap untuk nikah. soal nikah bukan soal main-main atau coba-coba. Aku ingin menikah sekali seumur hidup," jawab Aleta.
"Aku juga begitu, makanya aku pilih kamu," ucap Ars.
"Sudah, sudah jangan bicara lagi soal itu. Kepalaku pusing dengarnya," kata Aleta.
"Motormu bagaimana?" tanya Ars.
"Biarkan saja, kalau hilang tinggal beli lagi, kan jadi baru," jawab Aleta enteng.
Ars tersenyum, kekasihnya ini benar-benar berbeda dari yang lain.
"Sayang, coba dekat sini," ucap Ars.
Aleta mendekat, kemudian Ars memeluknya dari belakang. Aleta diam saja, sebenarnya Aleta suka saat diperlakukan seperti ini. Tapi ia gengsi.
"Aku mencintaimu, kamu tidak perlu menjawabnya. Yang penting aku bisa dekat denganmu," ucap Ars.
"Bagaimana kalau aku tidak bisa membalas perasaanmu?" tanya Aleta.
"Gak apa-apa, yang penting jangan tinggalkan aku, aku sudah cukup menderita selama ini. Aku mencarimu kemana-mana, tapi tidak kunjung ketemu. Karena aku tidak ada petunjuk apapun," jawab Ars.
Aleta merasa ada cairan menetes dipundaknya, Aleta menyadari kalau Ars sedang menangis.
"Sejak kejadian itu, aku hidup sebatang kara, kakakku meninggal, ibuku meninggal. Berkat dukungan darimu aku bisa menjalani hidup hingga ketahap ini," gumam Ars.
Aleta merasa tersentuh, meskipun ia sudah mengetahui cerita itu melalui penyelidikannya. Aleta hendak melepaskan pelukan Ars, tapi Ars semakin erat memeluknya.
"Biarkan seperti ini, hanya kamu satu-satunya sumber kekuatanku sekaligus kelemahanku," ucap Ars.
"Sekarang kita tidur ya," kata Aleta. Dengan patuh Ars mengangguk.
Aleta berbaring disamping Ars, Ars memeluknya dengan erat. Keduanya berbaring diatas sofa. Perlahan-lahan Ars memejamkan matanya dan tertidur.
Saat dekat Aleta, Ars dengan mudahnya terlelap. Aleta menghapus sisa-sisa airmata dipipi dan sudut mata Ars.
Aleta membelai lembut pipi dan bibir Ars. Aleta tersenyum lalu berkata.
"Jujur aku tidak bisa menolak pesonamu, tapi aku terlalu gengsi untuk mengakui perasaanku," gumam Aleta.
Ars tersenyum tipis, sangat tipis sehingga Aleta tidak menyadarinya. Ars mendengar gumaman Aleta kepadanya.
"Aku sangat mencintaimu," batin Ars. Kemudian ia benar-benar tertidur.
Aleta yang tidak bisa tidur, tubuhnya terasa sesak karena dipeluk oleh Ars. Dan juga mereka sedang berada di sofa. Sementara ranjang rumah sakit digunakan oleh Arbani dan ibunya.
Pagi hari...
Ars terbangun dari tidurnya, dan melihat Aleta masih terlelap dalam dekapannya. Seketika ia tersenyum. Hatinya merasa sangat bahagia saat ini.
Ars mengecup kening dan bibir Aleta dengan lembut. Aleta masih tetap tertidur, karena jam 3 pagi Aleta baru bisa tidur.
Perlahan Ars bangkit dan berjalan menuju kamar mandi. Ars mencuci mukanya dan setelah itu ia keluar mencari sarapan untuk mereka.
Arbani pun terbangun, dan langsung menuju kamar mandi. Arbani harus belajar melakukan nya sendiri. Agar tidak menyusahkan orang lain.
Setengah jam kemudian, Ars sudah kembali dengan membawa sarapan, dilihatnya Aleta masih tertidur, dan Arbani sudah duduk disamping ibunya yang juga sudah bangun.
"Kakak sudah bangun?" tanya Ars.
"Kamu siapa? Dan aku kenapa bisa ada disini?" tanya Ria.
"Kami menemukan kakak tergeletak pingsan dipinggir jalan, jadi kami bawa kakak kesini untuk diobati," jawab Ars.
"Bu, mereka orang baik," kata Arbani.
Ria menoleh kearah anaknya, "maafkan ibu, Nak."
"Tidak apa-apa Bu, kita harus berterima kasih kepada mereka," ucap Arbani.
"Terima kasih ...." ucap Ria, karena ia tidak tau memanggil apa pada pemuda itu.
"Kakak makan dulu, dari kemarin tidak makan," ucap Ars. Ars membeli bubur ayam untuk sarapan.
"Ini untuk Bani," ucap Ars. Kemudian Ars menghampiri Aleta yang masih tertidur.
Ars membiarkan saja Aleta tertidur karena Ars tau, Aleta pasti capek. Tidak berapa lama Aleta pun terbangun dan segera bangkit.
"Jam berapa ini?" tanya Aleta.
"Masih awal, baru jam 7 pagi," jawab Ars.
Aleta melihat ke meja ternyata sudah ada sarapan, kemudian ia menoleh kearah Ria dan Arbani yang sedang makan bubur. Aleta bangkit dan menghampiri Ria.
"Mbak sudah bangun?" tanya Aleta.
Ria mengangguk, "terima kasih banyak telah menolongku dan juga anakku," ucap Ria.
"Sama-sama mbak, kebetulan kami lewat disana," ucap Aleta.
Ria seorang wanita berusia 28 tahun yang ditinggal mati suaminya karena kecelakaan. Saat itu Ria dan suaminya serta anaknya pergi dengan menggunakan motor kesuatu tempat.
Tapi naasnya mereka mengalami kecelakaan dan suaminya meninggal ditempat, sementara Ria dan anaknya hanya luka ringan saja. Akibat kejadian itu Ria diusir oleh mertuanya karena dianggap penyebab kematian anak kesayangannya.
"Enak?" tanya Aleta sambil membelai rambut Arbani. Arbani hanya mengangguk.
"Setelah ini mbak ikut denganku saja," kata Aleta.
"Maaf dek, mbak tidak bisa," ucap Ria.
"Kenapa? Bukankah mbak tidak punya tempat tinggal?" tanya Aleta.
"Aku akan mencari kerja, dan setelah itu akan mencari kontrakan," jawab Ria.
"Kebetulan mbak, aku butuh pembantu rumah tangga, kalau mbak mau," kata Aleta.
"Benarkah?" tanya Ria girang. Aleta mengangguk.
"Aku tinggal sendirian mbak, dan jarang pulang kerumah. Seharian aku bekerja," kata Aleta.
"Sayang, makan dulu. Setelah itu kita bawa kakak ini pulang," kata Ars.
Aleta pun memakan sarapannya. Dan tidak berapa lama dokter pun masuk untuk memeriksa pasien.
"Bagaimana dok?" tanya Ars.
"Ibu ini tidak apa-apa, semua sehat dan sudah boleh pulang," kata dokter itu.
Setelah itu dokter pun pamit untuk memeriksa pasien lain.
Hari ini juga Ria dan Arbani dibawa oleh Ars dan Aleta kerumah Aleta. Setelah mendapatkan izin dari dokter mereka pun keluar dari rumah sakit.
Saat ini mereka sudah berada didalam mobil, Ars mengendarai mobil dengan kecepatan sedang. Tidak seperti kemarin yang ngebuat karena panik.
"Rumahku tidak terlalu besar mbak, hanya ada 3 kamar. Satu diatas dan dua dibawah," kata Aleta.
"Terima kasih banyak dek," ucap Ria.
Aleta menyuruh Ars berhenti ditempat Aleta menyimpan motornya. Beruntung motornya masih berada disitu. Kemudian Aleta pun menaiki motor untuk kembali kerumahnya.
.
.
.