NovelToon NovelToon
RAGA LANGIT

RAGA LANGIT

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:436
Nilai: 5
Nama Author: zennatyas21

Kisah sebuah pertemanan yang berawal manis hingga renggang dan berakhir dengan saling berdamai. Pertemanan yang salah satu diantara keduanya menaruh bumbu rasa itu terjadi tarik ulur. Sampai memakan banyak kesalahpahaman. Lantas, bagaimanakah kisah selanjutnya tentang mereka? apakah keduanya akan berakhir hanya masing-masing atau asing?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zennatyas21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5. Penulis Raga Langit

Adhara langsung menuju rumah Langit yang berada di sebrang jalan. Lalu, Vano dan orang tua Adhara masuk ke rumah sambil mengobrol santai membiarkan putrinya bersama Langit.

"Gue minta lo jujur, apa bener hoodie lo ini menandakan identitas asli lo?" pertanyaan pertama keluar dari mulut sang Dhara.

Langit menatap hoodienya yang ia salah pakai yang seharusnya tidak di pakai di luar rumah.

"Gue salah hoodie," Hanya itu jawaban Langit.

Adhara bersedekap serius. "Gue nggak nanya itu." potongnya singkat.

"Iya, ini identitas asli saya. Kenapa emang?" Nah, ini jawaban yang membuat Adhara langsung histeris menangis bahagia.

"Hah? bahasanya? ini serius aku ketemu sama penulis buku 'Raga Langit'?"

Ia sangat terharu malam ini bukanlah malam yang menyebalkan bagi seorang Adhara. Tapi, malam ini adalah malam kebahagiaan yang paling di impikan sejak dua tahun yang lalu.

"Maaf, Saya tidak suka perempuan menangis." ucap Langit mengeluarkan karakter aslinya.

"Aku nggak nangis, kita duduk di depan rumah aku, ya? duduknya di rumputan nggak apa-apa, 'kan? tapi pakai tikar kok, biar nggak kotor." Banyak sekali kata yang ingin Adhara luapkan pada seseorang yang ia sukai itu.

Adhara menarik tangan Langit dan lelaki tersebut hanya menuruti tanpa berkomentar.

Gadis yang mengagumi Langit itu mengambil tikar dari ruang tamu. Kemudian, ia menggelarnya di rerumputan.

Mereka pun duduk berdua di malam hari yang begitu berharga bagi mereka.

"Nggak nyangka banget bisa ketemu secepat ini. Aku pikir bertemu dengan penulis Raga Langit itu hal mustahil, tapi, ternyata jadi kenyataan." Air mata Dhara masih mengalir seraya merenungi dirinya.

Langit tak tega melihat keadaan Dhara yang terus menangis tak henti-henti. Mungkin di sisi lain bukan hanya rasa bahagia yang sedang Dhara rasakan, namun banyak rasa yang tercampur menjadi satu. Antara kaget, tak percaya, sedih, dan bahagia.

"Jangan menangis di malam kebahagiaanmu. Bukan apa-apa, saya lebih suka kamu bahagia dan tersenyum menatap langit malam." ucap Langit.

"Langit malam? kenapa dengan langit pada malam hari?" Adhara mulai menghapus air matanya dan menatap langit malam.

Langit memberikan suatu kehangatan bagi Adhara. Lelaki itu memberikan hoodie nya pada Dhara. "Ini buat kamu, kalau kurang boleh minta lagi." kata Langit kemudian dirinya meminta Dhara untuk duduk lebih dekat dengannya.

"Duduk lebih dekat dengan saya," pinta Langit.

Adhara tersenyum, "Terima kasih, Langit Putra Ragasena."

"Berhubung kita sudah saling kenal, kita mengobrol dengan bahasa Aku dan kamu, ya?" Langit ternyata tak secuek di pikiran Adhara.

"Tapi karena kita teman, lebih enak masih pakai yang gue dan lo, iya 'kan?" kekeh gadis tersebut.

Langit tersenyum heran pada Dhara yang ada saja tingkahnya. Langit yang bikin kesepakatan, malah Dhara ikut bikin kesepakatan yang tidak mau kalah. Hahahaha ...

Suasana hening ...

krik krik krik ...

Cklek.

"Woi, pada ngapain berdua di sono?" cibir Vano keluar menghancurkan suasana.

Raut wajah Dhara berubah kesal ketika sang sepupu yang menyebalkan itu muncul. "Lo ganggu momen gue, Panoo!!" ketusnya kesal.

"Iya-iya, gue juga mau balik ke Bandung. Pesan gue jangan kabur dari rumah lagi." ucapan Vano mengubah suasana jadi sedih.

"Ih, Pano mau balik sekarang? jangan tinggalin Ara lah, Bang ..." rengek Dhara menahan tangan Vano.

Vano tersenyum lalu terkekeh pelan. "Lo kagak usah takut. Orang gue cuma bercanda, hahaha ..." Puas seorang Vano meledek Dhara.

"Dih! ya udah, sini ikut ngumpul bareng gue sama idola gue!" serunya heboh menarik tangan Vano.

"Adehh ... pasrah dah gue."

•••••••

Setelah mereka mengobrol asik di malam kebahagiaan bagi Adhara, akhirnya Vano pun pamit untuk pulang ke rumah. Karena katanya ia sudah ditelpon oleh bundanya.

"Eh, btw, gue harus balik, nih. Nggak papa 'kan? bunda gue nelpon soalnya, jadi gue harus pulang sekarang." pamit Vano berdiri.

Adhara bersalaman dengan sepupunya tersebut lalu sang sepupu membisiki sesuatu pada Langit. "Gue titip sepupu gue, jagain yang bener awas kalo sampe lecet!" bisiknya namun terdengar oleh Dhara.

"Thanks, atas kepercayaannya." jawab Langit bersalaman ala cowok ke Vano.

"Ra, gue balik." celetuk cowok itu melambaikan tangan pada Dhara.

Adhara tersenyum, "Hati-hati, Pano!" serunya.

Seusai Vano pulang kini hanya ada Langit dan Adhara. Dimana mereka mulai pembicaraan yang serius.

"Lo udah lama jadi penulis?" tanya gadis itu menatap langit malam.

Langit menoleh ke gadis di sampingnya, "Udah 2 tahun sejak masuk SMA." jawab lelaki tersebut dengan nada biasa.

"Emm ... kalo boleh tau tipe cewek lo itu kek apa sih?"

"Nggak usah kepo jadi cewek." celetuk Langit membuat Dhara diam.

Wajah gadis tersebut bahagia sekilas, ia tersenyum memandang bintang bintang di langit. "Yang pasti gue cuma temen lo dan ini yang terbaik," ujar Adhara.

"Maksud lo apa?" pertanyaan Langit sama memandangi bintang bintang di langit.

"Ada kemungkinan gue bakal pindah lagi ke desa, karena ... ada alasan pribadi yang nggak bisa gue ceritain." kata gadis tersebut sambil merenung.

Jawaban itu membuat Langit merasa salah, entah apa yang salah dari diri Langit akan tetapi jelas itu berkaitan dengan Adhara yang mulai merasa nyaman dengannya.

"Lo suka sama gue?" pertanyaan Langit mendapati anggukan dari Adhara.

"Gue nggak bisa maksain perasaan orang,"

"Kalo emang pengen curhat, curhat aja sama gue. Lo udah tau juga kalo gue ini penulis Raga Langit." ujar lelaki itu menghadap ke Dhara.

Adhara pun menghadap ke Langit dan sorot mata mereka saling bertemu. "Dulunya gue suka banget sama penulis Raga Langit itu, dan jujur gue emang ada rasa lebih dari temen ke lo. But, gue tau kalo lo nggak akan mau ngejalanin lebih dari temen." sahut Dhara.

Langit sempat berpikir sebentar. Mencoba memahami ucapan Adhara yang membuatnya penasaran. Ada masalah apa di balik wajah bahagianya?

"Skip aja tentang itu." celetuk Langit sudah tak mau membahas lagi.

"Oke."

Suasana kini kembali hening kecuali suara jangkrik dan tetangga yang mondar mandir di sebrang jalan kecil.

"Lo suka bintang, nggak?" tanya Dhara mencoba membuat topik pembicaraan baru.

Lelaki di sampingnya Dhara mendongak ke langit. "Kalo bintang jangan ditanya," jawabnya dingin.

Adhara hanya ber oh ria mendengar jawaban Langit. "Kalo gue sih ... semua bintang gue suka!" serunya senyum tipis.

"Gue cuma suka sama satu bintang di langit dan jarang ada orang yang menatapnya." balas pemuda itu merenung.

"Jangan bilang bintang itu adalah ... bunda lo?" ujar Adhara asal.

Lah, kenapa tebakan Dhara aneh sih. Masa iya bintang di langit itu bundanya. Contoh seorang Adhara kalo ngomong suka ngasal.

"Gue mau jujur tapi nggak jadi," kekeh Langit membuat Dhara kesal.

"Oh! mulai main rahasia nih, ya," gumam gadis tersebut mulai mengantuk.

Langit memperhatikan mata Dhara yang mulai menyipit. Ya, cewek yang berbakat penulis itu sudah sangat lelah.

"Udah sana tidur kalo udah ngantuk, jangan lupa sholatnya." perintah Langit di tanggapi senyuman oleh Adhara.

"Wah, siap, Ngit!" serunya seraya melipat tikar miliknya.

Adhara ingin masuk ke dalam rumah namun tiba tiba langkahnya terhenti karena mengingat sesuatu.

"Eh, tunggu-tunggu! hoodie lo, Lang?" sahut Dhara langsung berbalik badan.

"Pakai aja." pinta Langit tanpa berbalik badan.

"Ok, thank you, Langit!"

Akhirnya gadis pecinta buku Raga Langit tersebut bisa beristirahat.

Langit pun masuk ke dalam rumahnya.

..."Setiap karya memiliki karakteristik tersendiri, entah itu di tulis tentang seseorang atau dari pengalaman kisah hidupnya."...

...~Raga Langit~...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!