Amélie, seorang eksekutif muda di Paris, mulai dihantui oleh mimpi buruk yang misterius. Dia tertarik pada Lucian Beaumont, CEO karismatik di perusahaannya, yang hidupnya tampak sempurna namun belakangan terungkap penuh rahasia gelap. Kemudian Amélie menemukan tato di tubuh Lucian sama dengan simbol yang terus muncul dalam mimpinya. Mantan kekasihnya, Dominic, seorang pengusaha advertisement, memperingatkannya tentang bahaya Lucian, namun Amélie terlanjur terjerat dalam pesona Lucian
Di Inggris, Amélie menemukan bahwa keluarganya terlibat dalam mafia "9 Keluarga Ular Hitam" dan sekte pemuja Lucifer. Saat ia tahu semakin dalam, Amélie dipaksa untuk menandatangani perjanjian gelap dan menjadi pengantin Lucifer dalam sebuah ritual. Dalam pergulatan untuk bebas dari kegelapan, ia bertemu dengan Lilith, dewi kuno yang menawarkan kekuatan untuk melawan mafia dan sekte tersebut.
Amélie memutuskan untuk bersekutu dengan Lilith demi melawan Lucian dan mafia yang mengancam hidupnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leona Night, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lihatlah Ke Jendela
Dalam Black Rose Atrum, ada 20 orang yang dianggap sebagai The Aristocratic Chamber, atau perwakilan Aristokrat pengikut sekte Lucifer. Mereka adalah
Baron Cedric of Blackwood Moor
Viscount Alaric of Windermere Downs
Earl Leopold of Silverhurst
Baroness Lillian of Ravenswood Vale
Viscount Percival of Brightwater
Earl Reginald of Thornhill
Baroness Eveline of Starling Reach
Viscount Jasper of Wyndcliffe
Earl Augustus of Winterbourne
Baron Edmund of Ashbourne Heath
Viscountess Eleanor of Briarcliff
Earl Thaddeus of Greymoor
Baron Frederick of Foxglove Hollow
Viscountess Seraphina of Willowmere
Earl Victor of Stormhaven
Baroness Arabella of Evermere
Viscount Alistair of Hawkwood Ridge
Earl Edwin of Briarwood
Baron Gideon of Shadowmere Keep
Viscountess Celia of Mistwood
Ketika Pendeta Temple of Lucifer mengumumkan bahwa Amelie sebagai The Bride, salah seorang diantara mereka yaitu Earl Leopold of Silverhurst mengajukan pertanyaan pada Bapa Crowley
“Father Crowley maafkan kelancangan saya, tapi untuk meyakinkan kami, berikan sedikit penjelasan pada kami dari mana anda yakin bahwa Amelie Vitoria De Laurentiis adalah seorang The Bride,”
Bapa Crowley lalu berdiri dan menjawab, “Pada waktu itu, saya bersama keluarga Ferrara saat ibu Amelie hamil besar. Sesaat sebelum dia merasa bahwa waktu melahirkan sudah dekat, tiba tina The Master datang pada saya dengan jalan merasuki Vittorio Ferrara, Ayah Amelie. Saat itu Master berkata bahwa beberapa saat lagi anak Vittorio Ferrara akan lahir dan dia adalah The Bride. Kejadian itu disaksikan sendiri oleh ibu Amelie dan Marco Castellani ayah Lucian Castellani.”
Semua peserta rapat yang hadir saling berbisik satu sama lain. Mereka merasa ada banyak keraguan yang timbul karena tidak ada saksi dari pihak The Black Rose Atrum. Waktu itu Full Moon in Scorpio dan terjadi Fenomena Red Moon. Sehingga sangat amat jarang terjadi mediumisasi atau kerasukan The Master jika bukan terdapat even supranatural yang terjadi.
“Disamping itu ketika tiba waktu Lucifer Dawn, atau sesaat menjelang fajar, muncul penampakan Morning Star yang sangat jelas dan dekat. Dimana seperti kalian tahu Morning Star adalah simbol Venus dan juga perlambang dari The Master,” papar bapa Crowley
Namun tampaknya beberapa diantara anggota rapat masih berada dalam keraguan yang nyata. Bapa Crowley yang menyadari situasi ini kemudian berbicara pada Dominic.
“Dominic, kamu sebagai pimpinan dari The Black Rose Atrum. Semua keputusan ada padamu. Apakah kau mengikuti keyakinan dari Marco Castellani serta The Order of The Black Serpent, atau mungkin kau punya keyakinan sendiri,” kata Bapa Crowley
Peserta rapat terdiam, dan memandang ke arah Dominic, yang rupanya sejak tadi duduk dalam posisi kepala tertunduk dan nafas yang mulai berat dan dalam. Tiba Tiba Dominic menengadah dan dengan mata yang berwarna merah, dia menyapukan pandangannya ke seluruh peserta rapat.
Dengan suara mendesis seperti menahan emosi, dia berkata, “Kalian yang tidak meyakini penjelasn bapa Crowley, silahkan tinggalkan Black Rose Atrum.Aku sudah tidak sabar melihat Black Rose yang makin lama makin meragukan Filsafat Luciferianism,”
Semua peserta rapat mematung, dan dengan hikmat serta sikap hormat, mereka bersama sama mengatakan,” Kami akan setia pada Lucifer”
Setelah itu Dominic mengeluarkan suara seperti orang yang habis berendam dalam air dan kehabisan udara. Kepalanya mendongak lalu beberapa saat kemudian merunduk dan terkulai di meja.
Bapa Crowley segera berdiri, mengambil air putih yang ada di dekat meja dan memberikannya pada Dominic.
Setelah bisa bernafas Normal Dominic pun berkata, “ Aku mempercayai Bapa Crowley, kalian yang ragu silahkan keluar! The Master baru saja menggunakan ragaku untuk berbicara pada kalian. Aku harap itu lebih dari cukup!”
Kemudian mereka beramai ramai berdiri dan meneriakkan salam mereka “ Hail Lucifer “ sebanyak 7 kali. Lalu rapat pun berakhir.
Setelah semua orang pergi, Dominic berkata pada Bapa Crowley, “Jika saja aku tidak memutuskan Amelie waktu itu tentu kondisi tidak serumit ini, Dan mengapa bapa tidak mengatakan hal itu sesaat setelah Amelie lahir?”
“Selama ini isu penyatuan The order Of the Black Serpent dan The Black Rose Atrum tidak pernah mengemuka. Aku anggap kalian akan bekerja dan berjalan sendiri sendiri, sehingga tidak ada kepentingan dengan munculnya The Bride. Tetapi ketika isu penyatuan menguat, maka itu berarti kalian punya kepentingan dan kepercayaan yang sama dengan Sekte The Order. Tentunya kehadiran The Bride sangat penting untuk dibicarakan,”
Dominic mengangguk dan berkata,” Baiklah, aku akan mengirim mata mata ku untuk menyusup ke Del Dragon Nero dan membawa Amelie kembali ke Inggris,”
*****
Sementara itu, kondisi Amelie di Mansion Del Dragon Nero mulai sedikit demi sedikit kembali sadar. Dia membuka matanya dan perlahan serta samar melihat sekeliling.
“Amelie, Oh Syukurlah kau sudah sadar,” ucap Lucian.
Dengan lembut Lucian mengusap wajah Amelie dan mencium keningnya.
“Lucian, apa yang terjadi denganku? Aku tertidur berapa lama? Badanku sakit semua,” ujar Amelie lemah.
“Tidak ada apa apa, kau hanya kebanyakan menghisap ganja, sehingga kau tertidur hampir 24 jam. Sekarang kau aman bersamaku,”
Tiba tiba Amelie terbatuk batuk, dan Evelyn yang ada di dekat mereka segera mengambilkan air putih untuk diminum. Amelie menerimanya dengan tangan bergetar dan meminumnya perlahan.
“Lucian, aku ingin bicara denganmu,” kata Amelie
Lucian menatap mata Amelie dan kemudian berkata,” Kau istirahat dulu, nanti setelah makan siang, kita bicarakan apa yang sebenarnya terjadi denganmu. Ok?”
Amelie pasrah dan mengangguk. Lalu Lucian mencium keningnya setelah itu keluar dari kamar Amelie.
“Evelyn, apakah Tuan Lucian mendampingiku selama aku tidak sadar?”
“Oh Nona, Tuan Lucian tidak pernah sedikitpun meninggalkan anda, Beliau selalu menggenggam tangan anda. Saya ketakutan Nona, karena Tuan Lucian mengancam kami semua yang ada di mansion ini. Jika anda tidak sadar, dan mengalami hal yang tidak diinginkan, maka nyawa kami semua taruhannya,” ujar Evelyn menangis.
“Evelyn maafkan aku, Aku panik karena kejadian itu.”
“Nona, apapun yang anda alami di Kastil ini, anda harus tetap bisa menggunakan akal sehat. Jangan melakukan hal hal yang bisa membahayakan kami,” ujar Evelyn lalu meninggalkan Amelie sendirian.
Jam menunjukkan pukul 13 siang ketika Amelie datang menemui Lucian di kamar kerjanya.
“Ah Amelie, aku bersyukur kau sudah terlihat segar. Kemarilah, ada yang ingin aku tunjukkan padamu,”ujar Lucian
Amelie mendekati Lucian dan mengikuti arah kemana Lucian memintanya menghadap. Lucian menunjuk kumpulan beberapa orang yang sedang bergerombol di dekat taman yang mengarah pada jendela ruang kerja Lucian.
“ Apa yang mereka lakukan?” tanya Amelie
“Lihatlah baik baik, kau akan tahu,” ujar Lucian.
Amelie tak mengalihkan pandangannya pada kumpulan orang itu, tiba tiba ada dua orang diantara mereka diminta untuk berlutut menghadap ke arah jendela kamar Lucian. Sementara lainnya membentuk barisan setengah lingkaran menghadap ke arah jendela Lucian juga. Lalu tiba tiba dua orang mengeluarkan senapan dari balik saku mereka dan DOR DOR DOR, mereka menembak dua orang yang berlutut tadi hingga terjungkal dan bersimbah darah.
Amelie sangat terkejut, lalu memejamkan mata melihat peristiwa itu, suara memekik kaget terdengar dari mulutnya. Dia tetap memejamkan mata, tanpa menyadari Lucian sudah ada di belakangnya dengan mulut yang menempel erat di telinga Amelie.
“Amelie, lihat itu? Aku harus memecahkan kepala mereka dengan tembakan sebagai peringatan, bahwa siapapun yang lalai menjaga The Bride, dan mengakibatkan hal yang membahayakan The Bride, maka harus kehilangan nyawanya. Kali ini aku tidak menyertakan Evelyn dalam barisan pecah kepala tadi, Tapi lain kali jika kau mengulangi kelakuanmu, bisa bisa kepala Evelyn yang akan meletus berantakan. Paham sayang?”
Amelie mengangguk dengan cepat, dengan air mata mengalir dan tubuh bergetar karena ketakutan yang amat sangat. Ini adalah kali kedua dia melihat Lucian meledakkan kepala orang karena ulahnya.
“Lu…Lucian,aku sangat ketakutan waktu itu,” Ujar Amelie dengan suara bergetar sambil menangis.
“Susst..suusst..suust sayang, aku tahu. Oleh karenanya besok kau akan aku antar menginap di Basilica Tenebris Lucis, Temple Of Lucifer terbesar di eropa. Disana kau akan mempelajari hal hal yang perlu kamu ketahui sebagai The Bride sayang,” Ujar Lucian sembari menghisap leher Amelie dan menciumnya dengan buas.
Lucian memeluk tubuh Amelie dengan erat, meremas buah pir yang indah menggoda milik Amelie dan memainkan ujungnya dengan penuh nafsu. Hingga Amelie terengah engah dan menggeliat.
“Lucian, ough..aku..”
Seperti biasa Lucian tidak memperdulikan rengekan Amelie, jika dia sudah punya mau. Tangannya tetap liar meremas dan memilin lalu menjalar kelembah Amelie yang sudah basah dan lembab karena permainan itu lalu mencari titik paling sensitif dan memainkannya hingga kaki Amelie bergetar menahan gelora yang tiada tara. Suara desahan dan pekik manja Amelie mengisi ruang kerja yang hening itu saat dia mencapai pelepasannya sementara Lucian pun tersenyum menang.