mampir mampir mampir
“Mari kita berpisah,”
“Mas rasa pernikahan kita sudah tidak bisa di pertahankan, mungkin ini memang salah mas karena terlalu berekspektasi tinggi dalam pernikahan ini.” Lirih Aaron sambil menyerahkan sesuatu dari sakunya.
Zevanya melakukan kesalahan yang amat fatal, yang mana membuat sang suami memilih untuk melepasnya.
Namun, siapa sangka. Setelah sang suami memutuskan untuk berpisah, Zevanya di nyatakan hamil. Namun, terlambat. Suaminya sudah pergi dan tak lagi kembali.
Bagaimana kisahnya? jadikah mereka bercerai? atau justru kembali rujuk?
Baca yuk baca!!
Ingat! cerita hanya karangan author, fiktif. Cerita yang di buat, bukan kenyataan!!
Bijaklah dalam membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hadir di saat yang tidak tepat
Di saat kedua insan tengah merasakan sakitnya cinta, berbeda dengan Rio yang jutsru tengah merayakan pesta bersama teman-temannya.
Rio Evandra, putra tunggal keluarga Evandra.
"Terus mereka cerai?" Tanya pria yang berada di sebelah Rio.
Rio mengangguk sebelum menyesap sebuah nikotin di tangannya, dia mengeluarkan asap di nikotin itu dengan seringaian di bibirnya.
"Gue udah pernah bilang kan, apapun yang gue suka harus jadi milik gue. Kalau gue gak bisa dapat apa yang gue suka, maka yang lain pun gak boleh dapat. Setelah ini, gue akan mencoba mendekati Zeva sebagai pelipur kesedihannya. Gimana? keren kan gue?"
Tenan Rio menepuk bahu Rio dengan tersenyum lebar, dia ikut menikmati kejahatan yang temannya buat.
"Jahat lo bro!" Cetus teman RIo.
Rio mematikan rokoknya, dia menatap Rio dengan senyuman miring.
"Lo baru tahu gue jahat? Gue bahkan bisa lebih jahat dari ini. Sayangnya, Zeva gak mau gue ajak ke arah yang lebih jauh. Pesona istri orang memang menakjubkan bro!"
Teman Rio menggelengkan kepalanya, dia tahu bagaimana Rio dan Aaron bersahabat sedari SD. Persahabatan mereka hancur di karenakan seorang wanita dam Rio lah yang menghancurkannya sendiri.
"Apa hebatnya Aaron? Semua cewek yang gue deketin balik suka sama Aaron, bukan gue. Padahal Gue ganteng, kaya, dan ...,"
"Tapi lo buaya."
Sontak Rio dan temannya menoleh, seorang wanita cantik dengan gaun pendeknya mendekati Rio. dia duduk di samping Rio dengan meletakkan lengannya di bahu oria itu.
"Bukan cuman Zeva, gue juga lo deketin," ujar wanita itu.
Rio merengkuh pinggang wanita itu, dia tersenyum lebar dan menoel hidung wanita cantik tersebut.
"Lo tetep ratu di hati gue Tari, tenang aja. Gue cuman mau mereka ngerasain patah hati gue, mana mau gue menderita sendiri," ujar Rio.
Teman Rio tadi hanya bisa menggelengkan kepalanya, dia meminum jus nya dan menatap Rio kembali.
"Kalau Zeva udah bercerai dengan Aaron, apa lo bakal buang dia?" Lirik teman RIo pada wanita di samping temannya itu.
Rio melirik sejenak wanitanya, kemudian dia menatap Temannya dengan tersenyum tipis. Wanita itu menanti jawaban Rio, apakah tanggapan RIo mengenai dirinya.
"Ya enggak lah, gue mencintai mentari." Ujar Rio melempar senyum pada kekasihnya.
Mentari pun merasa lega, akhirnya dia pamit untuk menemui temannya yang lain. Selepas kepergian Mentari, teman Rio menepuk bahu Rio dengan keras.
"Manis banget rayuan lo, ampe percaya dia," ujar teman Rio heboh.
Rio hanya bisa menahan senyumnya. "Bro, wanita di dunia ini tuh banyak. Jangan munafik, kita butuh banyak wanita." Gumam Rio.
Teman Rio menggelengkan kepalanya saat mendengar isi otak jahat temannya itu, bahkan dia tidak bisa membaca ekspresi dan kebohongan Rio selama dirinya menjadi temannya.
"Dia lebih dari seorang pria yang licik, gue harus waspada." Gumam Teman Rio sambil menatap Rio yang fokus pada minumannya.
"Kenapa lo liatin gue?" Tanya Rio merasa risih dengan tatapan temannya.
"Enggak, lo ganteng."
Rio mendengar itu sontak memukul kepala temannya guna menyadarkannya.
"Kita sama-sama cowo b0d0h! j1jik gue dengernya!" Kesal Rio.
.
.
.
Hari berlalu.
Zeva mengurung dirinya di kamar, tak mau makan dan tidak mau minum. Hanya Aaron yang dia punya setelah orang tuanya tiada.
Tok!
Tok!
Zeva menghapus air matanya, wajahnya terlihat sangat pucat dan lesu. Dia membuka pintu kamarnya dan melihat pembantu nya yang datang ke kamarnya dengan membawa tas besar.
“Bi, bibi mau kemana?” Tanya Zeva.
“Non, maafkan bibi. Tapi, bibi harus kembali ke kampung. Bibi gak bisa kerja disini lagi,” ujar pembantu itu.
“Bi, Zeva sendiri disini. Kenapa bibi malah pulang ke kampung, mas Aaron sudah pergi dan sekarang bibi mau pergi?” Zeva kembali menangis, satu persatu orang di dekatnya pergi meninggalkannya. Zeva benar-benar merasakan kehilangan yang akan dalam.
Pembantu Zeva yang biasa di panggil Sri itu memegang tangan Zeva, tatapan teduhnya menatap Zeva dengan dalam.
“Nak, bibi memang pembantumu. Tapi bibi sudah menganggap kamu sebagai anak bibi sendiri. Jika kamu berpikir semua orang pergi meninggalkanmu, kamu salah. Justru kamu lah yang membuat orang itu pergi, jadi buat dia kembali. Bibi tau kamu mencintai suamimu, yang bibi tidak mengerti. Mengapa kamu bisa menyakiti pria sebaik dia?”
Mendengar perkataan Bi Sri, Zeva semakin merasa bersalah pada suaminya.
“Bi, aku merasa sangat bersalah pada mas Aaron. Aku benar-benar menyesal, aku tak berpikir panjang saat itu. Aku merasa mas Aaron terlalu sibuk, dan Rio datang padaku dengan memberikan perhatiannya. Bodohnya aku luluh pada sikapnya. Tapi jujur bi, aku tak melakukan hubungan yang jauh dengan Rio.” Isak Zeva.
“Apapun itu, kamu tetap salah. Perbaiki lah nak, sebelum terlambat. Bibi pamit,”
Zeva menangis melepas kepergian Bi Sri, dia menjatuhkan tubuhnya di ambang pintu kamar. Dadanya terasa sesak, pandangannya pun kabur. Tak lama, dia terjatuh pingsan saat itu juga.
Di kediaman Smith, Aaron tengah melakukan sarapan bersama keluarganya. Tiba-tiba dia merasakan perasaannya tidak enak, dia buru-buru meminum air untum menetralkan denyut jantungnya.
“Ada apa? Apa makanannya tidak enak? Maaf, mamah jarang memasak, karena kamu ada disini mamah mencoba memasak untukmu,” ujar Laras menatap putranya yang terdiam menatap makanannya.
“Tidak, masakan mamah enak.” Sahut Aaron dengan cepat.
Aaron melirik ponselnya yang berdering memunculkan notifikasi, dia mengambil ponselnya untuk melihat lebih jelas.
“Tahun pernikahan yang ke dua.”
Aaron tertegun, dia lupa jika hari ini adalah tepat kedua tahun pernikahannya dengan Zeva. Namun, apa yang harus dia ingat? Pasti Zeva sudah menyerahkan surat perceraian itu ke pengadilan.
“Siapa Aar?” Tanya Karas.
“Bukan siapa-siapa, hanya pengingat,” ujar Aaron kembali meletakkan ponselnya.
Laras hanya ber-oh ria saja, dia tak lagi memusingkan hal itu, sedangkan Aaron. Pria itu tampak tak bersemangat memakan sarapan nya.
.
.
.
Zeva membuka matanya perlahan, dia menyipitkan matanya ketika cahaya lampu menyorot nya dengan kuat.
“Eunghh,”
“Kamu sudah bangun nak?”
Zeva menoleh ke sebelahnya, dia melihat bi sri tengah menunggunya bangun. Selepas Zeva pingsan, rupanya Bi Lastri kembali berniat mengembalikan kunci cadangan rumah. Namun, dia malah di kejutkan dengan mantan majikannya yang pingsan.
“Kamu sudah merasa baikan? Sebentar, bibi panggil dokter dulu yah!”
Zeva mencoba untuk duduk dan bersandar di kepala ranjang, dia melihat sekelilingnya yang tampak tak asing baginya.
“Rumah sakit?” Gumam Zeva.
“Bagaimana keadaanmu nyonya? Apa kepalamu masih pusing?” Dokter masuk dan langsung bertanya mengenai kondisi Zeva.
“Sedikit pusing dok, badan saya juga lemas." Adu Zeva.
Dokter itu tersenyum, dia mengambil map yang suster berikan padanya. Dia meneliti isi dari map itu kemudian menatap Zeva yang memijat keningnya.
“Bagaimana kamu tidak pusing, kamu kekurangan asupan dan cairan. Padahal kamu sedang hamil,”
Seketika tubuh Zeva menegang, matanya menatap dokter dengan berkaca-kaca. Tangannya bergerak perlahan menyentuh perutnya yang masih rata.
“Nyonya, hamil muda itu sangat rawan terjadinya keguguran. Pastikan anda mendapatkan asupan dan nutrisi untuk janin anda,”
Zeva tak terlalu mendengarkan perkataan sang dokter, dia terlalu syok dengan apa yang terjadi pada dirinya. Di perutnya, sudah tumbuh peri kecil yang selalu di tunggu oleh dia dan sang suami.
Selepas kepergian dokter, Zeva menutup wajahnya. Dia menangis histeris, Bu Sri yang merasa kasihan pada Zeva hanya bisa mengelus bahu mantan majikannya itu.
“Anak itu anugrah, sambut dia dengan kebahagiaan. Jangan seperti ini, dia bisa saja sedih karena merasa kehadirannya tidak kamu sambut,” ujar Bi Sri mencoba menenangkan Zeva.
Zeva menghapus air matanya, dia menatap bu Sri dengan tatapan kosong.
“Anak ini yang mas Aaron tunggu-tunggu Bi, dia menunggu kehadirannya di tengah-tengah keluarga kecil kami hiks ...,”
DERT!! DERRTT!!
Ponsel Zeva berdering, dia menoleh ke arah nakas dan melihat ponselnya yang sedang memperlihatkan sesuatu.
“Selamat hari pernikahan. “
Air mata Zeva kembali terjatuh, dia menjambak kasar rambutnya. Bi sri yang tidak bisa lagi menenangkan Zeva segera kembali memanggil dokter.
“KENAPA DIA HARUS HADIR DI SAAT PERNIKAHAN KAMI HANCUR?! KENAPAAAA!!”
Dokter dan beberapa suster masuk dengan wajah panik, mereka berusaha menenangkan Zeva yang mencoba memukul perutnya.
Terpaksa dokter menyuntikkan obat penenang karena Zeva tak kunjung bisa di tenangkan. Setelah Zeva tenang, barulah dokter mencoba berdiskusi pada Bi Sri.
“Tolong jangan biarkan dia stress, akan berdampak pada janinnya. Dan dimana suaminya? Istrinya butuh dukungan darinya,” ujar sang dokter pada bi Sri.
“Ehm begini dok, dia sebelumnya majikan saya. Mereka lagi bertengkar, saya sudah menghubungi suaminya. Tapi nomornya sudah tidak aktif,” ujar Bu Sri.
“Apa dia tidak memiliki keluarga lainnya?” Tanya Dokter kembali.
“Enggak dok, orang tuanya sudah tiada. Dia juga anak tunggal, saya juga kurang tahu pasti apakah dia masih memiliki saudara sepupu atau tidak.” Jawab Bi Sri.
“Emosi pasien sedang tidak stabil, usahakan hubungi orang terdekatnya. Kandungannya baru berusia 2 bulan, benar-benar rentan keguguran.”
❗Tindak kejahatan dalam cerita tidak pantas untuk di tiru, bijaklah dalam membaca🤩
AYO DUKUNG KARYA BARU AUTHOR INI🥳🥳🥳 BERI KOMEN POSITIF, DAN JANGAN TINGGALKAN LIKE OKE🥳🥳