“Ah. Jangan tuan. Lepaskan saya. Ahhh.”
“Aku akan membuatmu mendesah semalaman.”
Jasmine Putri gadis kampung yang berkerja di rumah milyarder untuk membiayai kuliahnya.
Naas, ia ternoda, terjebak satu malam panas bersama anak majikannya. Hingga berakhir dengan pernikahan bersama Devan anak majikan tampannya.
Ini gila. Niat kuliah di kota malah terikat dengan milyarder tampan. Apakah Jasmine harus bahagia?
“Aku tidak akan pernah menerima pernikahan ini,” tekan Devan frustasi menikah dengan pelayan.
“Aku harus menemukan dia.” Kenang Devan tentang gadis misterius yang menyelamatkan tiga tahun lalu membuatnya merasa berhutang nyawa.
Bagaimana pernikahan Jasmine dengan Devan anak majikannya yang dingin dan jutek namun super tampan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon She Wawa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Panggilan
Waktu menunjukkan pukul delapan malam. Jasmine telah mengerjakan semua kewajibannya sebagai pelayan. Kini waktunya untuk melakukan perkerjaan lain. Jasmine menjalani dua pekerjaan sebagai pelayan dan sebagai pedagang online.
Selama ini Jasmine bekerja sama dengan sebuah toko yang menjual alat perabotan rumah tangga. Dari sanalah Jasmine mendapatkan keuntungan sesuai barang yang ia jual secara online. Tidak ada kata lelah dalam kamus Jasmine demi membiayai kuliahnya.
Malam ini sesuai dengan kesepakatan dengan Luna. Kali ini Jasmine akan mencoba menawarkan cream wajah milik sahabatnya itu. Lumayan jika dia berhasil dia akan mendapatkan kembali kalung kesayangan milik neneknya.
Jasmine kini telah berada di kamar, bersiap dengan ponselnya untuk melakukan Live. Untuk menjajakan cream wajah titipan Luna. Seharusnya Jasmine menjajakan alat rumah tangga namun kali ini berbeda karena Cream wajah ini milik Luna sahabatnya. Jasmine pun mencoba menawarkannya secara online.
Tak lama Jasmine telah melakukan siaran. Penonton live stremingnya telah lumayan banyak yang sebagian besar terdiri dari ibu-ibu berdaster. Ya, target pasar jualan online Jasmine selama ini adalah emak-emak berdaster.
“Tolong bantu di share ya. Biar lebih banyak yang bergabung.”
“Met malam emak-emak semua, Kali ini Mimin ngak promosi alat-alat rumah tangga ya. Kita ke produk kecantikan. Mimin punya Cream wajah baru de best,” ucap Jasmine sembari memperlihatkan Cream wajah yang ia pegang ke kamera.
“Ini kalau di pake. Muka bakal kinclong. Noda-noda bakal tertutup. Lihat nih. Mimin pake di sebelah wajah Mimin ya. Kita lihat perbandingannya."
Jasmine mengoles Cream wajah ke sebelah kanan wajahnya, memperlihatkan perbedaan.
“Lihat, jadi berubah cantik kan, glowing, bersih banget, beda banget kan yang pake cream sama yang ngak,” terang Jasmine semakin mendekatkan wajah ke layar memperlihatkan testimoni. Sembari membaca komentar penonton.
“Harganya berapa Min?” tanya penonton live.
"Untuk harganya 75 ribu aja,” balas Jasmine. Sesuai pesan dari Luna itu hanya harga promosi perkenalan.
“Mahal Min.”
“Ya elah emak ini ngak mahal. Bahannya yang terbaik. Sesuai Mak, Kalau emak pake Cream wajah ini. Muka emak bisa kinclong kaya jidat Nagita Slavina,” tambah Jasmine. Tak mengatakan putih bak pucat mayat.
“25 ribu aja,” tawar penonton lagi.
Jasmine menghela napas. Ya ampun inilah emak-emak, kalau sudah menawar, penjual yang sehat tau-tau jadi asma mendengar harga penawarannya, nyesek.
“Ya ampun mak. Ini udah harga promo. Yakin deh emak ngak akan nyesal, ini Cream wajah bagus. Bikin muka emak juga mulus, licin kaya keramik orang kaya,” tambah Jasmine lagi agar dagangannya laku. Inilah kemampuan Jasmine untuk merayu pembeli.
“Ini udah teruji ya. Dari bahan terbaik,” jelas Jasmine.
“Yang minat naikkan alamatnya.”
Jasmine bersiap dengan buku. Hendak mencatat pesanan. Namun belum ia mencatat suara ketukan di pintu kamar membuatnya terhenyak. Tak lama Rena masuk ke dalam kamar.
“Min hentikan livemu itu. Ada hal penting,” ucap Rena memasang wajah ceria.
“Apa Ren. Lagi tanggung nih. Lagi catat alamat pemesan.”
“Min cepat. Apa yang telah kau lakukan hingga Tuan Devan memanggilmu!” ucap Rena heboh.
Deg ...
Tuan Devan
Mendengar itu Jasmine gelagapan. Pemuda tampan di gilai banyak wanita yang telah menjadi suami memanggilnya.
“Tuan Devan. Untuk apa memanggilku?” tanya Jasmine panik.
Jantung Jasmine berdetak dua kali lebih cepat untuk apa Devan memanggilnya? Dengan cepat Jasmine meraih ponselnya.
“Maaf emak-emak. Mimin ada urusan mendadak. Yang minat kirim pesan aja,” ucap Jasmine cepat kemudian memutuskan sambungan setelah melambaikan tangan.
“Ah. Mimin Bagaimana bisa tuan Devan mengenalmu. Kau kan hanya pelayan bagian dapur? Kapan kalian bertemu?” cerocos Rena tentang kejadian tadi pagi yang membuatnya dan para pelayan tercengang. Pemuda cuek seperti Devan tahu seorang pelayan seperti Jasmine.
“Sejak tadi pagi dia mencarimu. Kau tahu Min, dia tahu nama lengkapmu!” seru Rena semakin heboh.
What ....
Devan menanyakannya.
Semakin gugup saja Jasmine di buatnya.
“Aku saja melayani dia bertahun-tahun dia tak pernah tahu siapa namaku.” Uhg semakin antusias saja Rena.
Jasmine menghela napas panjang. Tentu saja Devan tahu namanya. Saat pernikahan pemuda tampan itu mengikrarkan namanya sebagai istri dalam akad nikah.
“Rena. Aku harus pergi,” ucap Jasmine terburu-buru bangkit dari posisinya.
Ahhh. Baru saja dia akan mendapatkan cuan. Malah mendapatkan gangguan. Ah tapi itu tidak penting. Panggilan Devan lebih penting.
Dengan perasaan cemas. Jasmine pun bergegas ke kamar Devan. Dia tidak ingin membuat pemuda itu menunggunya. Yang menjadi pertanyaan untuk apa pemuda itu mencarinya? Bukankah mereka tidak punya urusan lagi?