Kamala Jayanti, gadis malang yang terlahir dengan tanda lahir merah menyala di kulit pipinya dan bekas luka di bawah mata, selalu menyembunyikan wajahnya di balik syal putih. Syal itu menjadi tembok penghalang antara dirinya dan dunia luar, membentengi dirinya dari tatapan penuh rasa iba dan cibiran.
Namun, takdir menghantarkan Kamala pada perjuangan yang lebih berat. Ia menjadi taruhan dalam permainan kartu yang brutal, dipertaruhkan oleh geng The Fornax, kelompok pria kaya raya yang haus akan kekuasaan dan kesenangan. Kalingga, anggota geng yang penuh teka-teki, menyatakan bahwa siapa yang kalah dalam permainan itu, dialah yang harus menikahi Kamala.
Nasib sial menimpa Ganesha, sang ketua geng yang bersikap dingin dan tak berperasaan. Ganesha yang kalah dalam permainan itu, terpaksa menikahi Kamala. Ia terpaksa menghadapi kenyataan bahwa ia harus menikahi gadis yang tak pernah ia kenal.
Titkok : Amaryllis zee
IG & FB : Amaryllis zee
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amaryllis zee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gelisah
Ganesha berdiri di depan kamar Kamala, bersandar ke tembok. Sudah 15 menit ia menunggu, tapi Kamala tak kunjung keluar. Semalam ia sudah menegaskan agar Kamala tidak terlambat, tapi pagi ini, kesabarannya benar-benar diuji. Tensi darahnya terasa naik, membuat pelipisnya berdenyut-denyut.
Ia sudah beberapa kali menghubunginya, tapi Kamala sama sekali tidak mengangkat panggilan. Ia mencoba mengetuk pintu, tapi tak ada sahutan. Tak ada pilihan lain, selain masuk ke kamar Kamala. Untungnya, ia memegang kunci cadangan. Dengan mudah, ia membuka pintu.
Saat tiba di kamar, Ganesha tak melihat keberadaan Kamala. Ponselnya tergeletak di atas meja, tasnya juga ada, dan sepatunya pun masih di sana. Ia memeriksa kamar mandi, tapi tak ada siapa-siapa. Lalu ke mana Kamala?
"Anak itu ...!" gumam Ganesha, suaranya terdengar kesal.
Ganesha menatap lemari, sebuah kecurigaan muncul di benaknya. "Apa dia sembunyi?" gumamnya dalam hati. Ia melangkah mendekati lemari, kedua tangannya terulur untuk membuka pintu lemari.
Seketika ia menghela napas lega saat melihat Kamala meringkuk di dalam lemari. "Astaga, kamu ngapain di sini?" tanya Ganesha, suaranya terdengar sedikit kesal.
"Keluar ...!" perintah Ganesha, suaranya terdengar tegas.
"Saya gak mau keluar!" jawab Kamala, suaranya terdengar lirih. Ia sudah rapi dengan pakaian perginya, tapi hatinya menciut dan merasa takut untuk pergi ke rumah sakit. "Saya takut," gumamnya, mencoba untuk menahan air matanya.
"Kenapa kamu takut?" tanya Ganesha, suaranya terdengar lembut. Ia mencoba untuk memahami rasa takut yang tengah dirasakan Kamala.
"Saya takut operasi," jawab Kamala, suaranya terdengar gemetar. Ia takut dengan rasa sakit, takut dengan perubahan yang akan terjadi pada dirinya.
"Kamu sendiri yang minta untuk operasi, kenapa sekarang mesti takut?" tanya Ganesha, suaranya terdengar sedikit kesal. Ia merasa heran dengan sikap Kamala yang berubah-ubah.
Posisi Kamala yang masih meringkuk, ia menatap Ganesha dengan pandangan memohon. "Operasinya bisa dibatalkan, gak?" tanyanya, suaranya terdengar lirih.
Ganesha menatap tajam dan melotot, "Gak bisa dibatalkan!" tegasnya, suaranya terdengar keras.
"Kenapa gak bisa dibatalkan?" tanya Kamala, suaranya terdengar kecewa.
"Saya sudah membayar biaya operasinya, Kamala," jawab Ganesha, suaranya terdengar datar.
"Tapi ..., saya takut!" keluh Kamala, menahan air matanya. Ia merasa takut dengan operasi, takut dengan rasa sakit yang akan ia alami.
"Gak perlu kamu takutkan, dokter tidak akan membunuhmu, paling merubah wajahmu menjadi barbie," ucap Ganesha, mencoba untuk menghibur Kamala.
"Janganlah, saya gak mau seperti barbie, saya mau wajah saya seperti ini," lirih Kamala, suaranya terdengar putus asa. "Dokter hanya boleh menghilangkan tanda lahir dan bekas luka."
"Jika kamu ingin cantik. Kamu harus berani melewati operasi," tegas Ganesha, menatap Kamala dengan pandangan serius. Ia ingin agar Kamala mengerti bahwa operasi adalah jalan terbaik untuk menghilangkan tanda lahir dan bekas luka.
Kamala menarik napas dalam-dalam, mencoba meyakinkan dirinya untuk bisa melewati proses menuju cantik. "Gimana pun juga, ingin cantik itu harus berjuang," gumamnya dalam hati. Ia teringat perkataan sahabatnya , Tiara, "Iya kali, wajah cantik tanpa uang."
"Dimana ada uang, disitulah para wanita bisa cantik," gumamnya lagi, mengingat semua produk kecantikan yang ditawarkan di berbagai media. "Bukan hanya modal facial wash saja."
Selama memiliki suami yang tajir, yang uangnya tidak ada habisnya, kenapa tidak dimanfaatkan? "Jangan hanya pacarnya saja yang bisa menikmati hartanya," pikirnya. "Istri sah harus bisa menggunakan uangnya sebaik mungkin."
Kamala keluar dari dalam lemari, dan berjalan mengekori langkah Ganesha yang sudah lebih dulu berjalan. "Aku harus cantik," gumamnya dalam hati, sebuah tekad terbersit di matanya.
******
Sandiga mengerutkan kening, fokus menatap layar komputer. Pekerjaan menumpuk di mejanya, terutama sejak Ganesha pergi. Ia harus mengambil alih semua keputusan, bekerja dua kali lipat lebih cepat. Tubuh dan pikirannya lelah, tapi demi bonus yang menanti, ia terus bersemangat.
Tiba-tiba, seorang perempuan tinggi dengan rambut pirang dan riasan tebal berdiri di depan mejanya. Sandiga mengelus dada, siap-siap untuk menghadapi badai. Ia mengenal perempuan itu. Camelia, kekasih Ganesha, yang terkenal cerewet. Mulutnya seperti burung beo, selalu mengeluarkan kata-kata yang tak mengenakkan.
"Ini pasti si Camelia," pikirnya, mencoba untuk bersiap menghadapi serangan verbal.
"Mana Ganesha?" tanya Camelia, suaranya terdengar dingin. Ia menatap Sandiga dengan pandangan tajam, seolah ingin menerkamnya.
Perempuan tersebut adalah Camelia, pacar Ganesha. Ia merasa tidak terima karena tiba-tiba Ganesha menghilang tanpa kabar. "Kenapa dia bisa menghilang begitu saja?" gumamnya dalam hati, mencoba untuk menahan amarahnya.
"Apa dia gak tahu, kalau Ganesha pergi?" gumam Sandiga dalam hati, mencoba untuk berpikir cepat. Ia tak ingin membocorkan keberadaan Ganesha, takut akan konsekuensinya.
"Pacarmu itu lagi pergi ke Prancis," jawab Sandiga, berbohong. Ia sudah berjanji kepada Ganesha untuk tidak membocorkan keberadaannya.
"Ngapain Ganesha pergi ke Prancis?" tanya Camelia lagi, suaranya terdengar semakin dingin. Ia merasa curiga dengan jawaban Sandiga.
"Kemarin dia dapat kabar, jika perusahaan yang disana ada masalah," jawab Sandiga, mencoba untuk meyakinkan Camelia. Ia berharap Camelia akan percaya dengan alasannya.
"Terus kenapa Ganesha tidak kasih kabar?" tanya Camelia lagi, suaranya terdengar semakin tajam. Ia merasa ada yang disembunyikan oleh Sandiga.
"Mungkin dia sangat sibuk," jawab Sandiga, mencoba untuk menghindar. Ia tak ingin berlama-lama berhadapan dengan Camelia, takut akan kemarahannya.
"Awas, jika sampai kau berbohong!" ancam Camelia, suaranya terdengar tajam. Ia lalu melangkah meninggalkan tempat kerja Sandiga.
Sandiga yang merasa lega karena berhasil meloloskan diri dari pertanyaan-pertanyaan Camelia.
"Untung Tiara gadis yang baik-baik," gumam Sandiga, menatap punggung Camelia yang menjauh. Ia merasa beruntung memiliki Tiara sebagai kekasihnya seorang perempuan yang pengertian dan yang selalu bersikap baik.
Sandiaga menghela napas lega, mencoba untuk menenangkan dirinya. Ia kembali melanjutkan pekerjaannya, mencoba untuk melupakan kejadian yang baru saja terjadi. "Gue harus fokus," gumamnya dalam hati, menatap layar komputer. Ia harus menyelesaikan semua pekerjaan yang menumpuk, ingin agar ia bisa mendapatkan bonus yang dijanjikan Ganesha.
*****
Di ruang tunggu rumah sakit, Kamala tak bisa diam. Ia terus menggerak-gerakkan pantatnya ke kiri dan ke kanan, badannya terasa dingin dan tangannya gemetaran. Ia gugup, takut, dan tak sabar. Detak jantungnya berpacu kencang, menyaingi deru mesin pendingin ruangan.
Ganesha memperhatikan Kamala yang nampak gelisah. Entah kenapa, ia mengulurkan tangan dan mengenggam tangan Kamala. Ia melupakan sejenak semua rasa benci, rasa kecewa pada Kamala. Untuk saat ini, ia akan menjadi temannya, temannya yang memberikan kekuatan dan semangat.
"Tenang, Kamala. Semuanya akan baik-baik saja. Anggap saja, saat ini kamu lagi berada di taman yang indah, taman yang banyak bunga yang bermekaran. Kamu harus rileks, segala sesuatu itu butuh perjuangan dan pengorbanan dan kamu harus bersyukur mendapatkan kesempatan ini!" ucap Ganesha, suaranya terdengar lembut, mencoba untuk menenangkan Kamala.
Kamala tiba-tiba terdiam. Yang membuatnya diam, tangannya digenggam oleh Ganesha. Hal yang mustahil dilakukan oleh Ganesha. Tiba-tiba ia mendengar suara lembut Ganesha yang membuatnya merasa tenang. "Kenapa dia bersikap baik?" gumam Kamala dalam hati, merasakan jantungnya berdebar kencang.
Saat seorang perawat keluar memanggil nama Kamala Jayanti, tiba-tiba jantung Kamala berdebar kencang. Ketakutan masih melanda, saking takutnya membuat Kamala sulit untuk bergerak. Seakan di depannya beputar-putar dan tiba-tiba rasa sakit kepalanya menyerang.
"Tuan, kepala saya sakit ...!" keluh Kamala, suaranya terdengar gemetar. Ia memegang kepalanya, mencoba untuk meredakan rasa sakit yang menjalar di kepalanya.
Terimakasih sudah suka dengan cerita ini
kalo bisa 2 atau 3🙏
jangan lama lama up nya dan banyakin up nya pls😭