Arumi Khoerunisa, seorang wanita yatim piatu yang peristri oleh seorang pria yang selalu saja menghina dirinya saat dia melakukan kesalahan sedikit saja.
Tapi kehidupan seketika berubah setelah kehadiran tetangga baru yang rumahnya tepat disampingnya.
Seperti apakah perubahan kehidupan baru Arumi setelah bertemu tetangga baru?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
"Rika!" Erlan sangat terkejut melihat kehadiran Istrinya, begitu juga dengan Arumi.
"Kalian lagi video call-an?" Rika mengulangi pertanyaannya.
"Emhhh, itu, Rik. Aku terpaksa ngerepotin Arumi. Habis aku mau diajarin sama dia bikin telor ceplok, pas lagi kelaparan tadi."
"Telor ceplok?" Rika seketika merasa heran.
"Iya. Coba kamu lihat!"
Erlan sedikit mengangkat telor ceplok buatannya yang hanya tersisa sebagian di atas piring dan berhasil membuat Rika seketika tertawa.
"Kamu, tuh, ada-ada aja deh, Lan! Kenapa gak beli aja, sih?" celetuk Rika.
Sedangkan Erlan hanya tersenyum meringis menanggapi ucapan Istrinya.
"Halo Mbak Arumi!" sapa Rika setelah ia meraih ponsel milik Erlan yang dari tadi masih terhubung dengan Arumi.
"H-h-hai, Rika!" jawab Arumi terbata.
"Maaf ya, Mbak. Erlan udah ngerepotin banget, ya? Bikin telor ceplok aja minta diajarin sama Mbak Arumi."
"I-i-ya, gak papa."
"Harap maklum ya, Mbak. Biasa, dulu kan dia Tuan muda manja pas sebelum nikah. Mau ngapain aja udah ada yang ngelayanin. Jadi hal yang sepele aja, dia belum tentu bisa." Ucap Rika menjelaskan sambil melirik ke arah Erlan dan sambil menahan tawa yang ia tunjukkan untuk Suaminya.
Sedangkan Arumi juga ikut tertawa. Lebih tepatnya Arumi terpaksa untuk ikut tertawa.
"Ya udah, makasih banget ya, Mbak, udah nolongin Suami aku."
"Iya, sama-sama, Rika." jawab Arumi.
Lalu selang beberapa menit kemudian, Arumi izin untuk mengakhiri panggilan video itu.
Karena pada kenyataannya, Arumi ingin melarikan diri akibat kemunculan Rika di tengah-tengah obrolannya dengan Erlan.
Arumi kini merasa sedikit lega. Setidaknya Rika sama sekali tak menaruh curiga padanya dan juga suaminya.
***
Hari berikutnya....
Arumi melihat sosok Erlan berdiri di depan studio foto. Erlan juga melihat Arumi.
Senyuman Erlan seketika merekah yang tertuju pada Arumi. Sebuah senyuman yang mampu menyejukkan jiwa siapa pun.
Arumi juga membalas senyuman itu.
"Arumi!" panggil Erlan tanpa suara hanya dengan bahasa bibir.
"Ya, Erlan?" Arumi menjawab dengan melakukan hal yang sama.
Tentu saja dengan jarak mereka yang lumayan jauh, mereka tak mungkin bicara dengan berteriak sehingga membuat orang lain juga akan ikut mendengarnya.
"Kangen!" Bibir Erlan mengucapkan hal itu dengan sangat jelas.
"Aku juga, Erlan." balas Arumi.
"Juga apa?"
Arumi bungkam, ia masih malu untuk mengucapkan kalimat kangen itu.
"Hem?" Erlan mengangkat dagu.
"Kangen juga.." jawab Arumi pada akhirnya.
Beberapa saat kemudian tangan Erlan menulis sesuatu di udara.
I .... Love .... U
Itulah yang Arumi lihat.
"I love u to." balas Arumi pada Erlan.
Arumi dan Erlan seketika tertawa karena kelakuan mereka yang seperti anak-anak.
Namun suasana itu tak berlangsung lama karena Rika tiba-tiba datang mengacaukan segalanya.
Arumi melihat Rika memeluk tubuh suaminya. Memeluk tubuh Erlan, seseorang yang baru saja mengucapkan kata cinta padanya.
Tak hanya itu, sebuah ciuman kecil juga mendarat di pipi Erlan dengan gegabahnya.
Hati Arumi seketika memanas menyaksikan hal itu. Walaupun ia tahu, inilah konsekuensi dari hubungan mereka.
Tapi sungguh, tak bisa Arumi pungkiri kalau ia amat cemburu. Cemburu menyaksikan kemesraan dua insan yang memang seharusnya seperti itu.
Arumi bergegas pergi. Ia tak sanggup kalau harus menyaksikan itu lebih lama lagi. Arumi takut hatinya tak bisa ia kendalikan.
Arumi keluar dari dapur dan segera masuk ke kamar. Ia merebahkan diri di sana.
Bayang-bayang Rika dan Erlan masih terlihat meski Arumi berusaha menepisnya.
"Jadi kaya gini ya rasanya kalau kita lagi cemburu, tapi gak bisa melarang atau marah sama seseorang yang udah bikin kita cemburu?" batin Arumi yang kini menatap kosong langit-langit kamar.
Arumi menghela nafas panjang. Lima belas menit kemudian ponselnya tiba-tiba berdering.
Panggilan dari Erlan.
Awalnya panggilan itu Arumi abaikan. Tapi akhirnya, Arumi menerima panggilan itu meski dengan perasaan sedikit marah pada Erlan.
"Halo." Suara Arumi terdengar sedikit ketus.
"Kamu marah?" tanya Erlan seolah bisa membaca pikiran Arumi.
"Marah buat apa?" Arumi pura-pura tak mengerti maksud pertanyaan Erlan.
"Marah karena apa yang dilakukan Rika tadi."
"Enggak." jawab Arumi singkat. Jawaban yang sebenarnya penuh kebohongan.
"Kok galak?"
"Siapa yang galak?"
"Kamu."
Arumi seketika terdiam.
"Hei!" panggil Erlan.
Arumi tetap terdiam.
"Arumi!" panggilan Erlan kini terdengar memohon.
"Please, jangan marah, ya! Kamu juga boleh kok ngapain-ngapain. Terserah kamu." rengek Erlan.
"Ngapa-ngapain gimana maksudnya?" Tanya Arumi bingung.
"Kamu juga boleh peluk aku, cium apalagi. Gak aku pungut biaya, kok. Malah sangat aku anjurkan." Ucap Erlan yang akhirnya berhasil membuat Arumi luluh.
Ya, Arumi tertawa seketika setelah mendengar candaan Erlan.
"Nah ... Ketawa gitu kan cantik." celetuk Erlan.
"Cantik? Emang kamu lihat?"
"Lihatnya lewat hati." Ucap Erlan seraya tertawa kecil.
"Dasar, gombal!"
Mereka berdua akhirnya sama-sama tertawa.
"Ikut aku, yuk!" ajak Erlan tiba-tiba.
"Kemana?"
"Nyari bahan sama peralatan buat objek foto. Lumayan kan kita bisa sekalian kencan."
"Dasar!" umpat Arumi bercanda.
"Gimana? Kamu mau?"
Cukup lama Arumi berfikir.
"Kalau ada yang lihat gimana?" tanya Arumi.
"Biarin aja. Mereka kan punya mata."
"Aku serius, Erlan." Ucap Arumi kesal karena jawaban Erlan yang terdengar menyepelekan.
"Gak bakal ada yang tau."
"Kok kamu yakin?"
"Ya, di sana kan kebanyakan yang datang orang-orang pecinta seni. Gak mungkin tetangga kita ada di sana. Apalagi Mas Ibrahim atau Rika."
"Kamu yakin?"
"Iya Arumiku sayang."
Arumi seketika tertawa menanggapi jawaban Erlan yang selengean. Dan akhirnya Arumi mengiyakan ajakannya.
***
Mereka berjalan-jalan di sepanjang jalan yang memang hanya menjual beragam pernak pernik untuk objek foto.
Tangan Arumi terus di genggam oleh Erlan. Seolah mereka bukanlah pasangan terlarang yang perlu di sembunyikan.
Sesekali Erlan juga merangkul tubuh Arumi. Dan Arumi sama sekali tak merasa keberatan dengan apa yang Erlan lakukan. Malah ia merasa sangat bahagia.
"Erlan!" Ucap Arumi lirih di tengah-tengah perjalanan santai mereka.
"Ya, Arumi?"
"Gak papa kita kaya gini?"
"Maksud kamu?"
"Kita udah berdosa sama Mas Ibrahim maupun Rika."
Langkah Erlan seketika terhenti. Begitu juga dengan Arumi yang ikut melakukan hal yang sama.
"Bukannya kita cuma mau bahagia, Arumi." ungkap Erlan. Arumi sejenak memikirkan ucapan Erlan.
"Boleh kan kita sekali-kali egois. Gak membohongi diri sendiri. Ya inilah kebahagiaan aku. Sama kamu, Arumi." tambah Erlan.
"Kamu juga sama, kan?" tanya Erlan saat melihat Arumi hanya tertegun.
Arumi mengangguk menanggapi ucapan Erlan.
"Iya, Erlan. Kebahagiaan aku juga saat sama kamu kaya gini."
Seketika Erlan meraih tubuh Arumi. Ia semakin mendekap tubuh Arumi dengan sangat erat.
Tapi, beberapa saat kemudian ponsel milik Erlan berdering yang ternyata sebuah pesan.
Wajahnya Erlan kini sedikit murung setelah selesai membaca pesan itu.
"Dari siapa?" tanya Arumi saat mereka mulai berjalan kembali.
Meski sedikit ragu, akhirnya Erlan menjawab pertanyaan Arumi.
"Rika."
Arumi sedikit tertegun.
"Rika kenapa? Gak kamu balas?"
Erlan menggeleng pelan.
"Enggak. Dia cuma nanya aku lagi di mana." jawab Erlan sambil memasukkan kembali ponselnya yang sebelumnya ada dalam genggamannya ke dalam saku celana yang ia kenakan.
**************
**************
dan jika saling sadar jika pernikahan termasuk dalam hal ibadah kpd Tuhannya, maka seharusnya Memiliki rasa Takut ketika melakukan hal diluar yg dilarang dalam suatu pernikahan itu sendiri....
walau bagaimanapun alasannya, alangkah baiknya jika diselesaikan dulu yg sekiranya sdh rusak...
Jika masih dalam suatu hubungan pernikahan itu sendiri, Jangan coba-coba melakukan hal yg berganjar: Dosa besar !!!!
bodohmu itu lho ,,